عَنْ
أَبِيْ هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ:
((إِنَّ اللهَ يَغَارُ، وَغَيْرَةُ اللهِ
أَنْ يَأْتِيَ الْمُؤْمِنُ مَا حَرَّمَ اللهُ))
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah
cemburu, dan kecemburuan Allah itu ketika seorang mukmin mendatangi apa yang
diharamkan oleh Allah.” (HR. Bukhari 5223 dan Muslim 2761)
Melalui hadits ini Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam mengabarkan kepada kita akan salah satu sifat Allah ta'ala.
Dimana Allah memiliki sifat-sifat yang mulia yang sesuai dengan kebesaran dan
keagungan-Nya. Allah ta'ala bisa kita kenali dengan mempelajari
sifat-sifatNya dalam al-Qur’an dan Hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
Sebagaimana hal ini telah dijelaskan oleh salah seorang ulama besar di
zamannya, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu ta'ala yang berkata di awal kitabnya al-Aqidah
al-Wasitiyah:
وَمِنَ
الإِيْمَانِ بِاللهِ الإِيْمَانُ بِمَا وَصَفَ بِهِ نَفْسَهُ فِيْ كِتَابِهِ
وَبِمَا وَصَفَهُ بِهِ رَسُوْلُهُ مِنْ غَيْرِ تَحْرِيْفٍ وَلَا تَعْطِيْلٍ وَمِنْ
غَيْرِ تَكْيِيْفٍ وَلَا تَمْثِيْلٍ
“Termasuk keimanan kepada Allah adalah
beriman dengan apa saja yang telah Allah sifati diri-Nya dengannya di dalam
kitab-Nya dan dengan apa yang telah disifatkan oleh Rasul-Nya, tanpa
menyalah-artikannya dan menolaknya, serta tanpa bertanya tentang bagaimananya,
dan tanpa menyerupakannya dengan makhluk.”
Hadits di atas menunjukkan akan salah satu sifat Allah subhanahu
wa ta'ala yang mulia, yaitu sifat cemburu. Tentunya sifat cemburu yang
sesuai dengan kebesaran Allah ta'ala, bahwasanya Allah cemburu ketika
seorang hamba yang beriman berbuat dosa atau maksiat. Maka hendaknya hadits ini
mengingatkan kita untuk tidak bermaksiat.
Cemburu pada Diri Seorang Muslim
Adapun sifat cemburu bagi seorang muslim, maka ia adalah
sifat yang terpuji. Sebuah sifat yang akan mendorong seseorang untuk mencegah
keburukan atau kemaksiatan pada diri orang lain. Bahkan seorang laki-laki yang
tidak memiliki rasa cemburu pada keluarganya mendapatkan ancaman yang
mengerikan, yaitu tidak bisa masuk surga. Istri atau anaknya berbuat maksiat ia
diamkan saja tanpa dicegah, istri atau anak perempuannya keluar rumah tanpa
menutup aurat dibiarkan saja tanpa dilarang. Orang seperti inilah yang disebut
dengan dayyuts.
عَنْ عَمَّارٍ بْنِ يَاسِرٍ رضي الله
عنه عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ثَلَاثَةٌ لَا يَدْخُلُوْنَ
الجَنَّةَ أَبَدًا: الدَّيُّوْثُ وَالرَّجُلَةُ مِنَ النِّسَاءِ وَمُدْمِنُ الخَمْرِ
قَالُوْا يَا رَسُوْلَ اللهِ أَمَّا مُدْمِنُ الخَمْرِ فَقَدْ عَرَفْنَاهُ فَمَا
الدَّيُّوْثُ؟ قَالَ الَّذِيْ لَا يُبَالِيْ مَنْ دَخَلَ عَلَى أَهْلِهِ قُلْنَا فَمَا
الرَّجُلَةُ مِنَ النِّسَاءِ قَالَ: الَّتِيْ تَشَبَّهَ باِلرِّجَالِ
Dari Ammar bin Yasir radhiyallahu 'anhu, dari Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Ada tiga orang yang tidak akan masuk
surga selamanya: dayyuts, ar-Rajulatu minannisa`, dan pecandu khamr (minuman
memabukkan).” Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, kalau pecandu khamr
kami sudah paham, kalau dayyuts?” Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
menjawab: “Dayyuts adalah yang tidak peduli siapa-siapa yang masuk menemui
keluarganya.” Para sahabat kembali bertanya: “Kalau ar-Rajulatu minannisa`?”
Rasulullah menjawab: “Perempuan yang menyerupai laki-laki.” (HR. ath-Thabrani,
dinilai shahih lighairihi oleh Syaikh al-Albani dalam Shahihut Targhib wat
Tarhib no. 2071)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga
bersabda:
ثَلَاثَةٌ
قَدْ حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِمُ الْجَنَّةَ: مُدْمِنُ الْخَمْرِ وَالْعَاقُّ وَالدَّيُّوثُ
الَّذِي يُقِرُّ فِي أَهْلِهِ الْخَبَثَ
“Ada tiga golongan manusia yang Allah haramkan bagi
mereka surga: pecandu khamr (minuman memabukkan), anak yang durhaka pada orang
tua, dan dayyuts yaitu yang membiarkan istrinya (keluarganya) berbuat
maksiat.” (HR. Ahmad 5372, dinilai hasan lighairihi oleh Syaikh al-Albani dalam
Shahihut Targhib wat Tarhib 2366)
Maka sudah seharusnya seorang suami atau ayah untuk
selalu berhias dengan rasa cemburu. Dia harus cemburu ketika istrinya atau anak
perempuannya keluar rumah tanpa menutup auratnya dengan baik atau berasama
laki-laki yang bukan mahrom. Dia juga harus cemburu ketika keluarganya berbuat
maksiat. Sehingga dengan rasa cemburu ini seorang muslim akan berusaha selalu
menjauhkan dirinya dan keluarganya dari perbuatan dosa dan maksiat. Hendaknya
seorang muslim melihat bagaimanakah rasa cemburu yang ada pada dirinya.
Jangan-jangan ia termasuk dayyuts yang telah disebutkan dalam hadits di atas. Semoga
Allah melindungi kita dari sifat ini.
Meski demikian, kecemburuan seseorang kepada keluarganya
tidak boleh sampai berlebihan hingga membuatnya selalu berburuk sangka dan mencari-cari
aib atau kesalahan pada keluarganya, karena perbuatan ini juga dilarang oleh
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau bersabda:
إِيَّاكُمْ
وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيْثِ وَلاَ تَحَسَّسُوا، وَلاَ
تَجَسَّسُوا، وَلاَ تَبَاغَضُوا، وَلاَ تَدَابَرُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللهِ
إِخْوَانًا
“Jauhilah prasangka buruk, karena prasangka buruk adalah
sedusta-dustanya perkataan, dan janganlah kalian mencari-cari kejelekan orang
lain, saling memata-matai, saling membenci, dan saling membelakangi, jadilah
kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (HR. Bukhari 6724)
Wanita yang Tidak Menutup Aurat
Hendaknya pula para wanita untuk ikut menjaga suami atau
ayahnya agar tidak termasuk ke dalam golongan laki-laki yang tak memiliki rasa
cemburu ini (dayyuts). Terlebih para wanita yang tidak menutup auratnya juga
mendapat ancaman yang mengerikan, sebagaimana yang telah disabdakan oleh
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ
يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلاَتٌ
مَائِلاَتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ
الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ
كَذَا وَكَذَا
“Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum
pernah aku lihat: (1) Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk
memukul manusia dan (2) para wanita yang berpakaian tapi telanjang,
berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita
seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, padahal
baunya dapat tercium dari jarak sekian dan sekian.” (HR.
Muslim no. 2128)
Maka ketika seorang perempuan keluar rumahnya tanpa
memakai hijab, atau memakai jilbab namun masih menampakkan auratnya seperti
karena ketat atau transparan, berarti dia telah membahayakan diri dan suaminya
atau ayahnya. Dia telah memposisikan dirinya dan keluarganya di bawah ancaman
siksa api neraka yang menyala-nyala. Sebaliknya, ketika ia menutup auratnya
dengan baik ketika keluar rumah, berarti dia telah membantu suami atau ayahnya
dalam menjaga dirinya dan keluarganya dari api neraka.
Cemburu yang Paling Baik
Kemudian ketahuilah bahwasanya rasa cemburu yang termasuk
sebaik-baik sifat pada diri seorang muslim adalah kecemburuan terhadap
agamanya. Ia tidak rela jika Allah dimaksiati meskipun oleh dirinya
sendiri, tidak rela jika agama Islam dihinakan, tidak rela jika Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam didurhakai. Sehingga sifat ini akan membuatnya selalu
berusaha menuntut ilmu agama Islam, mengamalkannya, membelanya, dan
mendakwahkannya. Inilah cemburu yang merupakan pancaran keimanan pada diri
seorang mukmin, dimana kecemburuannya ini mendorong ia untuk beramar ma’ruf
nahi munkar, khususnya kepada keluarganya. Dan sifat cemburu yang telah
dijelaskan di atas adalah bagian dari contohnya, dan inilah yang termasuk dasar
bagi perbaikan masyarakat muslim dalam sebuah Negara. Maka berbahagialah kita
jika memiliki keluarga yang pencemburu seperti ini, ia pasti akan selalu
menyayangimu dan mencintaimu di atas ketakwaan kepada Allah 'azza wa jalla.
Semoga Allah ta'ala menumbuhkan dan menyuburkan
kecemburuan pada diri-diri kita, keluarga kita serta masyarakat kita terhadap
agama Islam ini.
_________
Abu Ibrohim Ari bin Salimin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.