Saudara-saudaraku para suami,
Sayangilah istrimu, sungguh dia telah berlelah dan berletih dalam menjalani kehidupannya
bersamamu untuk mendampingimu.
Lihatlah kesetiaannya di saat-saat yang telah engkau lalui
bersamanya selama ini.
Pelayanannya saat kau sehat, perhatiannya saat kau sakit,
kasih sayangnya saat kau dekat, dan kekhawatirannya saat kau jauh.
Ingatlah keteguhannya saat-saat melewati masa-masa yang sulit
bersamamu.
Sungguh ia telah meninggalkan orang tua dan keluarganya yang
ia sayangi untuk berharap bisa hidup bahagia bersamamu.
Ia rela mengurus tempat tinggalmu, membersihkan dan mengepel
lantainya, menyapu halamannya, merapihkan isinya, dan memperindah kamarmu
untukmu.
Dialah juga yang mencucikan pakaianmu, menyetrika bajumu, memasak
dan menyiapkan makanan untukmu, serta selalu mengupayakan kebahagiaan bagimu.
Ia pun bersusah payah menjadi ibu dengan mengandung,
melahirkan dan mengurusi anak-anakmu.
Bahkan ia pun rela begadang dengan sedikit tidur di malam hari
untuk merawat bayi kecilmu.
Dengan sabar ia menimang-nimang saat anakmu menangis dengan
penuh rasa sayang.
Ia mencebokinya saat anakmu buang air besar ataupun kecil berulang-ulang.
Ia pun selalu siap bangun menyusuinya meskipun rasa kantuk yang
sangat dari segala penjuru datang.
Ya, ia selalu teguh dengan sifat bawaannya sebagai seorang
perempuan yang lemah dan kurang.
Di saat yang sama, tak jarang engkau justru tertidur pulas
tanpa sedikitpun tahu apa yang ia lakukan.
Saudaraku, sayangilah ia…
Semua itu ia lakukan karena ia yakin benar ada kebagiaan yang
besar dengan menjalani hidup bersamamu.
Ia
percaya engkau bisa membimbingnya menjadi hamba yang taat sepanjang
waktu.
Istri shalihah menjadi predikat yang ia usahakan di setiap
hari-harinya yang telah berlalu.
Ia yakin bisa saling bantu-membantu meraih ketakwaan
bersamamu.
Meraih keridhaan Allah ar-Rahman hingga bisa masuk surga
bersamamu.
Saudaraku, cintailah istrimu…
Ia memang bukan wanita sempurna yang tak pernah
berbuat salah.
Ia juga memiliki kekurangan-kekurangan yang mungkin semakin
banyak saja kau temukan.
Namun sadarilah bahwa semua itu karena memang ia adalah
seorang perempuan.
Ingatlah bahwa ia tercipta dari tulang rusuk yang bengkok.
Apabila engkau memaksanya maka engkau akan mematahkannya.
Namun apabila engkau membiarkannya maka ia akan tetap
bengkok.
Maka pergaulilah ia dengan penuh kelembutan dan rasa kasih sayang.
Bukan dengan kekerasan, gertakan, celaan dan caci makian.
Perbaikilah dan bimbinglah ia dengan disertai ilmu agama dan lantunan
doa di siang malam.
Bahkan itu adalah tugas dan amanah yang besar yang
harus engkau emban.
Iringilah perjalanan rumah tanggamu dengan kesabaran dan
harapan pahala pada Allah ar-Rahman.
Ingatlah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang
telah menuturkan:
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا،
وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ
“Mukmin yang paling baik keimanannya adalah yang paling baik
akhlaknya, dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada istrinya.”
(HR. at-Tirmidzi 1162, dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahihut
Targhib wat Tarhib 2660)
Ingatlah, ia butuh cintamu, kasih sayangmu, tanggung jawabmu, bimbinganmu, keteladananmu,
kesabaranmu, pengertianmu, kelembutanmu, pujianmu, senyumanmu, kemesraanmu dan
kebaikan-kebaikanmu yang lain.
Semoga Allah menjadikan rumah tangga kalian rumah tangga yang
sakinah (penuh ketenangan) mawaddah (penuh cinta) warahmah (penuh kasih sayang)
dan penuh berkah.
-------
Abu Ibrohim Ari bin Salimin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.