Berbakti kepada orang tua akan terus ada selama kita
hidup, karena berbakti kepada orang tua bukan hanya ketika mereka hidup, namun
juga ketika mereka telah meninggal dunia. Berbakti kepada orang tua adalah
syiar Islam, yang dengannya diketahui keindahan Islam dalam berakhlak mulia. Sekaligus
menunjukkan bahwa agama Islam sangatlah perhatian dengan akhlak seorang muslim
kepada orang tuanya.
Kewajiban Berbakti pada Orang Tua
Berbakti kepada orang tua adalah kewajiban yang utama. Bahkan
Allah mengiringkan perintah berbakti kepada orang tua dengan perintah
mentauhidkannya. Dia berfirman dalam ayat tentang berbakti kepada orang tua:
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا
تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ
الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا
وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ
وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
“Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan
beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada
ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai
berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau
mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak
keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah
dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Ya Rabb-ku,
sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu
kecil.’” (QS. al-Isra’ [17]: 23-24)
Sahabat Abu Darda radhiyallahu 'anhu pernah berkata:
Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
الوَالِدُ
أَوْسَطُ أَبْوَابِ الجَنَّةِ، فَإِنْ شِئْتَ فَأَضِعْ ذَلِكَ البَابَ أَوْ
احْفَظْهُ
“Orang tua adalah pintu surga yang di tengah. Jika kalian
mau, sia-siakanlah pintu itu atau jagalah.” (HR. at-Tirmidzi 1900, dishahihkan
oleh Syaikh al-Albani dalam Shahihut Tirmidzi 1900)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga
pernah bersabda:
رَغِمَ
أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ. قِيلَ: مَنْ يَا رَسُولَ
اللَّهِ؟ قَالَ: مَنْ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِ أَحَدَهُمَا أَوْ
كِلَيْهِمَا ثُمَّ لَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ
“Sungguh terhina, sungguh terhina, sungguh
terhina.” Beliau ditanya, “Siapa wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Orang
yang mendapati orang tuanya sudah berusia lanjut, baik salah satunya atau
keduanya, tapi dia tidak masuk surga.” (HR. Muslim 2551)
Renungkanlah Jasa Kebaikannya
Bersyukurlah kita yang masih memiliki orang tua, terutama
ibu. Sungguh jasa yang begitu sangat besar telah ia berikan kepada kita sebagai
anaknya, namun begitu banyak anak yang berbuat durhaka kepada ibunya. Cobalah
kita hitung berapa besar jasa ibunda kita kepada diri kita sejak dalam
kandungan hingga saat ini. Hendaknya kita merenungkannya.
عَنْ
أَبِيْ هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللهِ صلى الله
عليه وسلم فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِيْ؟
قَالَ: أُمُّكَ قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمُّكَ قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمُّكَ
قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: ثُمَّ أَبُوْكَ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkaata:
“Ada seorang laki-laki datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam lalu bertanya, ‘Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak
untuk aku pergauli dengan baik?’ beliau menjawab, ‘Ibumu’, ia kembali bertanya,
‘Kemudian siapa lagi?’, Nabi menjawab, ‘Ibumu!’, ‘Kemudian siapa lagi?’, Nabi
menjawab, ‘Ibumu’, orang tersebut bertanya lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi
menjawab, ‘kemudian Bapakmu’.” (HR. Bukhari 5971 dan Muslim 2548)
Dalam hadits yang sedang kita bahas ini, Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam menjelaskan kepada kita tentang kedudukan ibu yang tiga
kali lebih besar daripada bapak kita.
Imam Ibnu Hajar al-Asqalani menyebutkan perkataan Ibnu
Baththal rahimahullah ketika menjelaskan hadits: “Kandungan hadits ini yaitu
bahwasanya hak ibu dalam kebaikan adalah tiga kalinya hak bapak. Yang demikian
itu adalah karena kesusahannya dalam kehamilannya, melahirkan dan menyusui. Hal
ini hanya dialami oleh ibu, dan ia pun merasakan kepayahan karenanya, kemudian ia
juga ikut berperan membantu seorang bapak dalam pendidikan anaknya. Telah
terdapat isyarat akan hal ini di dalam Firman Allah:
وَوَصَّيْنَا
الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ
كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا
‘Dan Kami perintahkan manusia untuk
berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah
payah, dan melahirkannya dengan susah payah pula. Masa mengandung sampai
menyapihnya selama tiga puluh bulan.’ (QS. al-Ahqaf [46]: 15)
Dalam ayat ini Allah menyamakan di antara bapak dan ibu
dalam perintah berbakti kepada keduanya, hanya saja Allah mengkhususkan ibu
dengan tiga perkara (hamil, melahirkan dan menyusui).” (Fathul Bari
13/494)
Sesekali coba lihatlah ibu kita ketika sedang tidur,
tataplah wajahnya dengan seksama, wajah yang tanpa ekspresi, lihatlah ia yang
telah berletih membesarkan kita, raut wajahnya yang berkeriput karena usianya,
tangannya yang telah berpeluh mengurusi kita, badannya yang kian melemah
seiring bertambahnya umur hidupnya, betapa mulianya hatinya, betapa banyak
jasanya kepada kita, betapa sedikitnya kebaikan kita kepadanya dibanding
kebaikannya kepada kita. Kemudian tataplah sekali lagi dengan seksama, lalu bayangkanlah
ia telah tiada. Lihatlah bagaimana perasaanmu jika engkau harus kehilangan dia.
Demikian pula bapak kita, tentang bagaimana jerih
payahnya mencari nafkah untuk kita, perhatiannya kepada kita selama ini,
nasehatnya, tegurannya, dan mungkin terkadang ia tak bisa tidur memikirkan
kita, memikirkan biaya sekolah dan apa yang akan kita makan esok hari, bahkan dia
lah yang paling bertanggung jawab atas kita di dunia ini dan di akhirat nanti.
Maka lihatlah, balasan apakah yang telah kita berikan kepada kedua orang tua
kita.
عَنْ
أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: لاَ يَجْزِى
وَلَدٌ وَالِدًا إِلاَّ أَنْ يَجِدَهُ مَمْلُوكًا فَيَشْتَرِيَهُ فَيُعْتِقَهُ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata:
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Seorang anak tidak
akan bisa membalas jasa orang tuanya, kecuali jika ia mendapati orang tuanya
sebagai budak, kemudian ia membelinya dan memerdekakannya.” (HR. Muslim 1510)
Berbaktilah dan Jangan Durhaka
Saudara dan saudariku… Sungguh kita tak akan pernah tahu,
sampai kapan kita masih bisa melihat orang tua kita. Maka selagi keduanya atau
salah satunya masih ada di dunia ini, berbaktilah kepadanya semampu kita. Sebelum
kita menyesal karena kurangnya kepedulian kita terhadap mereka. Benar-benar
terus menerus mereka mencurahkan kasih sayangnya kepada kita hingga mereka
meninggal dunia.
Jika demikian keadaannya, apakah engkau tega menyakiti
hatinya?! Maka janganlah engkau berbuat durhaka kepada orang tuamu, berbuat
baiklah selalu kepadanya; hormatilah ia, patuhilah perintahnya selama bukan
dalam perbuatan dosa dan keburukan, janganlah engkau mengangkat suaramu
melebihi suaranya, dengarkanlah ketika ia berbicara, janganlah engkau
membentaknya meski engkau sedang marah, tahanlah wajahmu untuk tidak cemberut di
hadapannya, jagalah kehormatannya dan hartanya, jangan sampai engkau
membicarakan keburukannya di hadapan orang lain, bantulah pekerjaannya, meminta
ijinlah atau pamitlah ketika engkau hendak pergi, ia pasti selalu memikirkanmu
dan menghawatirkanmu, sering-seringlah mengunjunginya jika tempat tinggalmu
jauh darinya, atau paling tidak sapalah ia melalui telfon atau sms, sisihkanlah
nafkah untuknya jika engkau mampu, dan janganlah lupa untuk senantiasa
mendoakan kebaikan dan ampunan baginya.
Apabila engkau mendapati orang tuamu tak sesuai
keinginanmu, dia berbuat salah atau berbuat tidak baik kepadamu, maka
bersabarlah, berusahalah untuk selalu memaafkannya, ia adalah orang tuamu yang
telah membesarkanmu dan menyebabkan kelahiranmu. Coba nasehatilah ia dengan
lemah lembut bila engkau mampu, atau dengan cara lain yang tidak menyinggung
perasaannya; dengan mengajaknya ke tempat pengajian, atau memberikannya buku
agama tentang nasehat, atau menyetelkan untuknya ceramah di radio dan televisi
Islam, atau engkau meminta orang lain yang dihormati olehnya untuk menasehati
orang tuamu. Semoga Allah memuliakanmu dan mengampuni dosa-dosamu.
Ingatlah selalu bahwa Nabi kita shallallahu 'alaihi wa
sallam telah bersabda:
لَا
يَدْخُلُ الْجَنَّةَ عَاقٌّ
“Tidak akan masuk surga anak yang durhaka
kepada orang tuanya.” (HR. Ahmad 6892, dinilai hasan oleh Syaikh al-Albani
dalam ash-Shahihah 675)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga
pernah bersabda:
أَلاَ
أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ؟ ثَلاَثًا. قَالُوا: بَلَى يَا رَسُولَ
اللهِ قَالَ: الإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ وَجَلَسَ، وَكَانَ
مُتَّكِئًا فَقَالَ: أَلاَ وَقَوْلُ الزُّورِ قَالَ: فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا
حَتَّى قُلْنَا لَيْتَهُ سَكَتَ
“Maukah kalian kuberi tahu tentang dosa besar yang paling
besar?” -beliau mengucapkannya tiga kali-. Para sahabat radhiyallahu 'anhum
berkata, “Mau, wahai Rasulullah.” Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda: “Berbuat kesyirikan dan durhaka kepada kedua orang tua, dan beliau
duduk, sedangkan sebelumnya bersandar, kemudian beliau bersabda: “Dan perkataan
dusta”. Sahabat berkata: “Nabi terus mengulanginya sampai kami berkata, ‘Semoga
beliau diam.’” (HR. Bukhari 2654 dan Muslim 87)
Orang tua adalah harta karun yang hilang dari anak-anak
yang durhaka, semoga kita tidak termasuk mereka.
رَبَّنَا
اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ
“Ya Rabb kami, ampunilah kami, kedua orang
tua kami, dan semua orang yang beriman pada hari ditegakkannya hisab (hari
perhitungan amal).”
Abu Ibrohim Ari bin Salimin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.