Nikmat Islam
adalah nikmat terbesar yang Allah karuniakan kepada kita, bahkan lebih besar
daripada harta sepenuh bumi sekalipun. Karena Islam adalah satu-satunya agama
yang bisa mengantarkan kita ke dalam surga, karena hanya Islamlah agama yang di
diridhai oleh Allah ta'ala. Sesungguhnya Allah ta'ala, yang telah
menciptakan surga dan neraka, menciptakan alam semesta, mengaturnya,
menguasainya dan memeliharanya, Dia telah berfirman di dalam kitab-Nya:
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ
الْإِسْلَامُ
“Sesungguhnya
agama yang diridhai di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali Imran [3]: 19)
Agama Selain
Islam adalah Kerugian
Adapun agama
selain Islam, maka hanya akan berujung di dalam kekalnya neraka, karena ia
adalah agama yang tidak akan pernah diterima oleh Allah 'azza wa jalla. Apabila
seseorang yang beragama selain Islam meninggal dunia dalam keadaan belum masuk
Islam (kafir), maka ia tak akan pernah mendapat bagian surga sedikitpun di
akhirat kelak.
Allah ta'ala berfirman:
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ
الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ
الْخَاسِرِينَ
“Barangsiapa
mencari agama selain Islam maka tidak akan pernah diterima, dan di akhirat ia
akan menjadi orang-orang yang merugi.” (QS. Ali Imran [3]: 85)
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا
وَمَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ لَعْنَةُ اللَّهِ
وَالْمَلَائِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ خَالِدِينَ فِيهَا لَا يُخَفَّفُ
عَنْهُمُ الْعَذَابُ وَلَا هُمْ يُنْظَرُونَ
“Sesungguhnya
orang-orang yang kafir dan mati dalam keadaan kafir, merka itu mendapat laknat
Allah, para malaikat, dan manusia seluruhnya. Mereka kekal di dalamnya
(laknat), tidak akan diringankan adzabnya, dan mereka tidak diberi penangguhan.”
(QS. al-Baqarah [2]: 161-162)
Syaikh Abu
Bakar Jabir al-Jazairi rahimahullah mengatakan: “Dengan kabar-kabar dari
Allah yang benar inilah, seorang muslim mengetahui bahwa seluruh agama yang ada
sebelum Islam berarti telah dihapus dengan agama Islam. Dan bahwasanya Islam
adalah agama untuk manusia seluruhnya, dan Allah tidak akan menerima agama
selainnya, dan Dia pun tidak ridha dengan syari’at selain Islam. Dari sinilah
seorang muslim mengetahui bahwa siapa saja yang tidak beragama Islam maka ia
adalah orang yang kafir.” (Minhajul Muslim 94)
Maka hal ini
membuat kita semakin bersyukur kepada Allah ta'ala atas nikmat yang amat
besar ini. Belum tentu ketika kita diuji dengan kekafiran kita bisa keluar
darinya. Nyatanya betapa banyak kita saksikan orang-orang non Islam saat ini,
mereka tak mau masuk ke dalam agama Islam, padahal mereka hidup di negeri Islam
dan melihat syiar-syiar Islam. Alangkah meruginya mereka jika hingga matinya
tetap dalam kekafirannya. Oleh karena itulah kita membaca dalam al-Qur’an
Firman Allah subhanahu wa ta'ala yang memerintahkan kita untuk tetap
berada dalam agama ini hingga kematian kita:
وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا
وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Dan
janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran
[3]: 102)
Islam Agama Yang Sempurna
Islam adalah
satu-satunya agama yang sempurna yang telah mengatur seluruh seluk-beluk
kehidupan manusia sejak dilahirkannya ke dunia hingga ia meninggal dunia, semua
urusannya telah ada aturan yang mengiringinya. Bahkan Islam adalah sumber
kebaikan pada setiap umat, tempat, dan zaman. Allah 'azza wa jalla
berfirman:
وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى
وَرَحْمَةً وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ
“Dan Kami turunkan
kitab (al-Qur’an) kepadamu untuk menjelaskan segala seuatu, sebagai petunjuk,
serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (muslim).”
(QS. an-Nahl [16]: 89)
Demikian pula
Allah subhanahu wa ta'ala juga telah berfirman tentang agama ini:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي
وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“Pada hari
ini telah Aku sempurnakan bagimu agamamu dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku
atasmu dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu.” (QS. al-Maidah
[5]: 3)
Syaikh
Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah dalam Syarh Ushulil Iman
hal. 7-8 berkata: “Agama Islam itu sempurna, baik akidah maupun syari’atnya:
1. Islam menyuruh
untuk mentauhidkan Allah ta'ala dan melarang kesyirikan.
2. Islam menyuruh
berlaku jujur dan melarang kedustaan.
3. Islam menyuruh
berbuat adil dan melarang kedzaliman.
4. Islam menyuruh
amanah dan melarang berkhianat.
5. Islam menyuruh
untuk menepati janji dan melarang mengingkarinya.
6. Islam menyuruh
berbakti pada kedua orang tua dan melarang durhaka.
7. Islam menyuruh
menyambung silaturahim yang mereka adalah kerabat dan melarang memutus tali
silaturahim.
8. Islam menyuruh
berlaku baik dalam bertangga dan melarang perbuatan buruk kepada tetangga.
Yang jelas
secara umum Islam itu menyuruh setiap akhlak yang mulia dan melarang setiap
akhlak yang rendah. Islam juga menyuruh setiap perbuatan baik dan melarang
setiap perbuatan buruk.” Kemudian beliau membawakan ayat:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي
الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
“Sesungguhnya
Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan
kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”
(QS. an-Nahl [16]: 90)
Penyesalan Orang-orang
Kafir di Akhirat
Orang kafir menyesal
mengapa mereka dulu tidak beragama Islam. Hal ini Allah jelaskan tentang
keadaan orang-orang kafir dalam Firman-Nya:
حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ لَعَلِّي
أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلَّا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا
وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ
“Hingga apabila
datang kematian kepada salah seorang di antara mereka, ia berkata: ‘Wahai
Tuhanku, kembalikanlah aku ke dunia, agar aku dapat berbuat kebajikan yang dulu
telah aku tinggalkan.’ Sekali-kali tidak, itu hanyalah perkataan yang
diucapkannya saja, dan di belakang mereka ada barzakh (pembatas) sampai hari
mereka dibangkitkan.” (QS. al-Mu’minun [23]: 99-100)
Syaikh Abdurrahman bin
Nashir as-Sa’di rahimahullah ketika menafsirkan ayat ini berkata: “Allah
mengabarkan tentang keadaan orang yang hampir mati dari kalangan orang-orang
yang melampaui batas dan orang-orang dzalim, bahwa mereka menyesali keadaan
mereka saat itu, ketika telah melihat tempat kembalinya dan melihat buruknya
amalan-amalan mereka. Sehingga mereka pun meminta agar dikembalikan ke dunia,
bukan untuk menikmati kelezatan dunia dan bersenang-senang menuruti syahwatnya,
akan tetapi sebagaimana yang mereka ucapkan: ‘Agar aku dapat berbuat kebajikan
yang dulu telah aku tinggalkan’.” (Taisirul Karimirrahman fit Tafsir Kalamil
Mannan 531)
Penyesalan yang amat
besar inilah yang membuat orang-orang kafir berandai-andai agar mereka dahulu
menjadi tanah saja, sebagaimana Allah firmankan dalam ayat berikut:
إِنَّا أَنْذَرْنَاكُمْ عَذَابًا قَرِيبًا يَوْمَ يَنْظُرُ الْمَرْءُ مَا
قَدَّمَتْ يَدَاهُ وَيَقُولُ الْكَافِرُ يَا لَيْتَنِي كُنْتُ تُرَابًا
“Sesungguhnya
Kami telah memperingatkan kepadamu (orang kafir) adzab yang dekat, pada hari
manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang kafir
berkata, ‘Alangkah baiknya seandainya dahulu aku jadi tanah saja.’” (QS.
an-Naba [78]: 40)
Cara Mensyukuri Nikmat
Islam
Sungguh Allah ta'ala
dengan rahmat-Nya telah memilih kita berada di atas agama ini, bahkan tanpa
kita minta. Maka sudah menjadi kewajiban bagi setiap muslim untuk mensyukurinya
dengan sebenar-benar syukur. Lalu bagaimana kita mensyukuri nikmat Islam? Maka
jawabannya adalah dengan kita mengenal Islam, mengamalkannya, mendakwahkannya dan
membelanya. Karena tidak bisa seseorang itu dikatakan bersyukur apabila ia
menyia-nyiakan dan tidak mempedulikan nikmat yang telah Allah karuniakan
kepadanya, apalagi nikmat Islam.
Oleh karena
itu, seorang muslim harus mengenali agamanya, dengan mengetahui apa saja
perintah-perintah serta anjuran Islam kepadanya sehingga dia bisa
mengamalkannya. Demikian pula ia harus mengetahui larangan-larangan serta
hal-hal yang dibenci oleh Allah dan Rasul-Nya sehingga ia bisa menjauhinya.
Bahkan seorang muslim dituntut untuk mengenali Allah Sang Pemberi nikmat,
sehingga ia akan menjadi sebenar-benar hamba yang hanya beribadah dan menghambakan
diri kepada Allah saja. Karena Allah subhanahu wa ta'ala telah mengaitkan antara syukur dengan
peribadahan kepada-Nya dalam Firman-Nya:
وَاشْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
“Dan
bersyukurlah atas nikmat Allah jika kalian benar-benar beribadah hanya
kepada-Nya.” (QS. an-Nahl [16]: 114)
Syaikh
Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah berkata tentang perintah
syukur dalam ayat ini: (Dan bersyukurlah atas nikmat Allah) “Yaitu
dengan mengakui nikmat Allah dengan hati, memuji Allah atas nikmat-Nya, dan menggunakannya
untuk ketaatan kepada Allah.” Kemudian pada penggalan selanjutnya (jika
kalian benar-benar beribadah hanya kepada-Nya) “Yaitu jika kalian
benar-benar ikhlas beribadah hanya kepada-Nya, maka janganlah bersyukur kecuali
kepada-Nya, dan jangan lupa kepada Sang Pemberi nikmat.” (Taisirul Karimirrahman
fit Tafsir Kalamil Mannan 426)
Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ أَنْعَمَ اللهُ عَلَيْهِ نِعْمَةً، فَإِنَّ اللهَ يُحِبُّ أَنْ يَرَى
أَثَرَ نِعْمَتِهِ عَلَى عَبْدِهِ
“Barangsiapa
yang diberi nikmat oleh Allah, maka sesungguhnya Allah suka apabila Dia melihat
pengaruh nikmat-Nya kepada hamba-Nya.” (HR. Ahmad 19934, dinilai shahih oleh
Syaikh Syu’aib al-Arnauth dkk dalam tahqiq beliau atas hadits ini dalam Musnad
Imam Ahmad)
Dan tak
diragukan bahwa menampakkan pengaruh nikmat Islam pada diri seseorang adalah
dengan menampakkan syi’ar-syi’ar Islam dan mewujudkan peribadahan kepada Allah
semata.
Demikian,
semoga Allah 'azza wa jalla menjadikan kita termasuk hamba-hambaNya yang
senantiasa mensyukuri nikmat-Nya, dengan memudahkan kita dalam mengenal Islam, mengamalkannya,
mendakwahkannya, dan membelanya. Hingga semoga Allah pun mewafatkan kita dalam
keadaan beragama Islam. Allahumma amin.
Abu Ibrohim Ari bin Salimin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.