Seorang muslim meyakini bahwa
hidupnya di dunia ini hanyalah sekejap saja dan tak ada apa-apanya bila
dibandingkan dengan kehidupan akhirat yang kekal abadi selama-lamanya. Sehingga
perhatiannya akan selalu tertuju pada kehidupan akhirat kapan dan dimanapun ia
berada serta apapun kondisinya. Maka seorang muslim akan selalu berusaha
memperbaiki dirinya, dengan memperbaiki agamanya serta memperbaiki hubungannya
dengan Allah Yang Maha Kuasa Sang Pencipta alam semesta.
Amalan Kita akan Ditimbang
Di antara keyakinan kita sebagai
seorang muslim adalah bahwa amalan kita kelak akan ditimbang di akhirat. Siapa
yang timbangan kebaikannya berat, maka beruntunglah ia, namun apabila timbangan
kebaikannya ringan maka celakalah ia.
Allah ta'ala berfirman:
فَأَمَّا مَنْ ثَقُلَتْ
مَوَازِينُهُ فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَاضِيَةٍ وَأَمَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُمُّهُ
هَاوِيَةٌ
“Adapun orang yang berat
timbangan (kebaikan)nya, maka ia berada dalam kehidupan yang menyenangkan, dan
adapun orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka tempat kembalinya adalah
neraka Hawiyah.” (QS. al-Qari’ah [101]: 6-9)
Bukti lain yang menyatakan bahwa
amalan kita akan ditimbang yaitu sabda Nabi kita yang mulia Muhammad ‘alaihish
shalatu wassalam:
كَلِمَتَانِ خَفِيْفَتَانِ
عَلَى اللِّسَانِ ثَقِيْلَتَانِ فِي الْمِيْزَانِ حَبِيْبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ
سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ
“Ada dua kalimat yang ringan di
lisan, berat di timbangan amal, dan dicintai oleh Allah ar-Rahman: ‘Subhaanallaahi
wabihamdih, subhaanallaahil ‘adziim’ (Maha Suci Allah dan bagi-Nyalah
segala pujian, Maha Suci Allah Yang Maha Agung).” (HR. Bukhari 6682 dan Muslim
2694)
Maka hendaklah kita mengingat
hari-hari ketika kita berada di akhirat, di hari itu tidak akan bermanfaat lagi
harta sebanyak apapun. Saat itu hanyalah kebaikan yang bermanfaat untuk kita,
kebaikan yang pernah kita tanam sebelum kematian kita. Saat itulah kita akan
memetik buahnya.
Jangan Pernah Meremehkan Kebaikan
Maka seorang muslim akan terus
berupaya memperberat timbangan amal kebaikannya, oleh karena itu janganlah kita
meremehkan kebaikan sekecil apapun.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda:
لَا تَحْقِرَنَّ مِنَ
الْمَعْرُوْفِ شَيْئًا، وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلِقٍ
“Janganlah kalian meremehkan kebaikan
sekecil apapun, meski sekedar engkau bertemu saudaramu dengan wajah yang
ceria.” (HR. Muslim 2626)
Dalam hadits ini beliau shallallahu
'alaihi wa sallam bermaksud memotivasi kita untuk tetap berbuat kebaikan
meskipun sedikit, karena memang biasanya sesuatu yang sedikit itu diremehkan atau
disia-siakan oleh manusia.
Beliau shallallahu 'alaihi wa
sallam juga bersabda:
اتَّقُوا النَّارَ
وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ
“Takutlah (halangilah) diri kalian
dari api neraka meski hanya dengan (bersedekah) separuh butir kurma.” (HR.
Bukhari 1417 dan Muslim 1016)
Allah ta’ala berfirman:
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ
ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ
“Barangsiapa beramal kebaikan sekecil
apapun maka ia akan melihat balasannya.” (QS. az-Zilzalah [99]: 7)
Bisa jadi kita menganggap sebuah
amalan itu kecil dan sepele, tapi ternyata itu besar di sisi Allah ta'ala.
Bahkan ada amalan yang memang itu kecil namun justru bisa menjadi besar dan berlipat-lipat
dengan sebab niat yang tulus ikhlas, disertai rasa cinta, harap, dan takut
kepada Allah subhanahu wa ta'ala.
عَنْ أَبِيْ
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: إِذَا أَحْسَنَ أَحَدُكُمْ إِسْلَامَهُ فَكُلُّ حَسَنَةٍ
يَعْمَلُهَا تُكْتَبُ لَهُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِ مِئَةِ ضِعْفٍ،
وَكُلُّ سَيِّئَةٍ يَعْمَلُهَا تُكْتَبُ لَهُ بِمِثْلِهَا
Dari
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Apabila Islam salah seorang dari kalian baik,
maka setiap kebaikan yang ia lakukan akan ditulis (pahalanya) sepuluh sampai
tujuh ratus kali lipat, dan setiap kejelekan yang ia lakukan akan ditulis
semisalnya.” (HR. Bukhari 42 dan Muslim 129)
Abdullah bin Mubarak rahimahullah
berkata:
رُبَّ عَمَلٍ صَغِيْرٍ تُعَظِّمُهُ النِّيَّةُ،
وَرُبَّ عَمَلٍ كَبِيْرٍ تُصَغِّرُهُ النِّيَّةُ
“Berapa banyak amalan yang kecil
menjadi besar disebabkan karena niat, dan berapa banyak amalan yang besar
menjadi kecil disebabkan oleh niat.” (Jami’ul Ulum wal Hikam hal. 71)
Sungguh kita tidak tahu amalan
manakah yang akan mengantarkan kita masuk ke dalam surga. Kita tidak tahu
secara pasti manakah amalan kita yang diterima oleh Allah. Tugas kita di dunia
ini adalah melaksanakan kewajiban-kewajiban yang telah Allah tetapkan, sambil
terus berusaha memperbanyak bekal dengan beribadah dan berbuat kebaikan.
Berdoalah Agar Amalan Kita Diterima
Sesungguhnya para ulama kita dan
orang-orang shalih di masa lalu, mereka lebih memikirkan tentang diterimanya
amal daripada amalan itu sendiri. Imam Ibnu Rajab al-Hambali rahimahullah
berkata:
كَانَ السَّلَفُ الصَّالِحُ
يَجْتَهِدُوْنَ فِيْ إِتْمَامِ العَمَلِ وَإِكْمَالِهِ وَإِتْقَانِهِ، ثُمَّ يَهْتَمُّوْنَ
بَعْدَ ذَلِكَ بِقَبُوْلِهِ وَيَخَافُوْنَ مِنْ رَدِّهِ، وَهَؤُلَاءِ الَّذِيْنَ: }يُؤْتُوْنَ مَا آتَوْا
وَقُلُوْبُهُمْ وَجِلَةٌ{
“Dahulu Salafush Shalih
bersungguh-sungguh dalam melengkapi amalannya, menyempurnakannya dan
memantapkannya, kemudian mereka perhatian dengan (sebab-sebab) diterimanya amal
dan takut amalannya ditolak, mereka itulah orang-orang yang (disebutkan dalam
Firman Allah QS. al-Mu’minun: 60) ‘Memberikan apa yang telah mereka berikan
dengan hati penuh rasa takut’.”
Kemudian beliau rahimahullah membawakan
ucapan-ucapan Ulama Salaf, berikut ini di antaranya:
رُوِيَ عَنْ عَلِيِّ
رضي الله عنه قَالَ: كُوْنُوْا لِقَبُوْلِ الْعَمَلِ أَشَدَّ اِهْتِمَامًا مِنْكُمْ
بِالْعَمَلِ، أَلَمْ تَسْمَعُوْا اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقُوْلُ: إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ
اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu
'anhu, beliau berkata: “Jadikanlah diterimanya amalan itu lebih kalian
perhatikan daripada amal itu sendiri, tidakkah kalian mendengar Firman Allah 'azza
wa jalla: ‘Sesungguhnya Allah hanya menerima (amalan) dari orang-orang yang
bertakwa’”
وَعَنْ فُضَالَةَ بْنِ
عُبَيْدٍ قَالَ: لَأَنْ أَكُوْنَ أَعْلَمُ أَنَّ اللهَ قَدْ تَقَبَّلَ مِنِّيْ مِثْقَالَ
حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا، لِأَنَّ اللهَ
يَقُوْلُ: }إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ
اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ {
Dari Fudhalah bin ‘Ubaid rahimahullah,
beliau berkata: “Seandainya aku tahu dengan pasti, bahwa Allah telah menerima
dariku satu amalan kebaikan sebesar biji sawi saja, tentulah hal itu lebih aku sukai
daripada dunia dan seisinya, karena sesungguhnya Allah ta’ala berfirman:
إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ
اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
‘Sesungguhnya Allah hanya menerima
(amalan) dari orang-orang yang bertakwa.’ (QS. Al Ma-idah [5]: 27).”
وَقَالَ عَبْدُ
العَزِيْزِ بْنِ أَبِيْ رَوَّادٍ: أَدْرَكْتُهُمْ يَجْتَهِدُوْنَ فِيْ العَمَلِ
الصَّالِحِ، وَإِذَا فَعَلُوْهُ وَقَعَ عَلَيْهِمُ الْهَمُّ، أَيُقْبَلُ مِنْهُمْ
أَمْ لَا
Abdul ‘Aziz bin Abi Rawwad rahimahullah
berkata: ‘Aku mendapati mereka para Salafush Shalih bersungguh-sungguh dalam
amal shalih, dan apabila mereka telah selesai beramal, muncullah dalam
diri-diri mereka rasa bimbang bahwasanya apakah amalan mereka itu diterima
ataukah tidak.’” (Lathaiful Ma’arif hal. 375-376)
Sedikit Kebaikan Bisa Menjadi Sebab
Kebahagiaan
Bisa jadi kita melakukan amalan yang
kecil dalam pandangan manusia, namun itu menjadi sebab kebahagiaan kita di
akhirat sana. Simaklah kisah berikut ini yang pernah diceritakan oleh
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:
بَيْنَمَا رَجُلٌ
يَمْشِيْ بِطَرِيْقٍ وَجَدَ غُصْنَ شَوْكٍ عَلَى الطَّرِيْقِ، فَأَخَّرَهُ
فَشَكَرَ اللهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ
“Suatu ketika ada seorang
laki-laki yang sedang berjalan di sebuah jalan, dia menemukan ranting berduri
di atas jalan tersebut, maka ia pun menyingkirkannya, maka Allah pun berterima
kasih kepadanya dan mengampuni dosa-dosanya.” (HR. Bukhari 652 dan Muslim 1914)
Kisah lain yang pernah beliau shallallahu
'alaihi wa sallam ceritakan juga:
بَيْنَا رَجُلٌ يَمْشِي فَاشْتَدَّ عَلَيْهِ
الْعَطَشُ فَنَزَلَ بِئْرًا فَشَرِبَ مِنْهَا ثُمَّ خَرَجَ، فَإِذَا هُوَ بِكَلْبٍ
يَلْهَثُ يَأْكُلُ الثَّرَى مِنْ الْعَطَشِ فَقَالَ: لَقَدْ بَلَغَ هَذَا مِثْلُ
الَّذِي بَلَغَ بِيْ، فَمَلَأَ خُفَّهُ ثُمَّ أَمْسَكَهُ بِفِيهِ ثُمَّ رَقِيَ
فَسَقَى الْكَلْبَ، فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ. قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ
وَإِنَّ لَنَا فِيْ الْبَهَائِمِ أَجْرًا؟ قَالَ: فِيْ كُلِّ كَبِدٍ رَطْبَةٍ
أَجْرٌ
“Suatu saat ada seorang laki-laki
yang sedang berjalan, kemudian ia merasa sangat kehausan, maka ia masuk ke
dalam sumur dan meminum airnya, kemudian ia keluar dari sumur itu, tiba-tiba ia
mendapati ada seekor anjing yang sedang menjulurkan lidahnya menjilati tanah
yang basah karena kehausan. Maka ia berkata, ‘Anjing ini telah merasa kehausan
seperti apa yang aku rasakan tadi.’ Maka ia pun mengisi sepatunya (dengan air),
kemudian ia membawanya dengan mulutnya, lalu ia naik dan memberikannya kepada
anjing itu. Maka Allah berterima kasih kepadanya dan mengampuni dosa-dosanya.”
Para sahabat bertanya, “Wahai rasulullah, apakah kita bisa meraih pahala dari
binatang?”, beliau menjawab, “Pada setiap hati yang basah terdapat pahala.”
(HR. Bukhari 2363 dan Muslim 2244)
Demikianlah
Allah membalas keikhlasan atas kebaikan hamba-Nya, tak ada yang disia-siakan
sedikitpun. Maka seorang muslim ketika beramal kebaikan hendaklah yang selalu
dijadikan tujuan olehnya adalah keridhaan Allah ta'ala, bukan yang
lainnya. Sehingga dipuji ataupun dicela oleh manusia, baginya sama saja dan tak
akan mempengaruhi amalannya.
Semoga
Allah subhanahu wa ta'ala memudahkan kita dalam beramal kebaikan dan menjaga
keikhlasan kita di dalamnya.
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا
وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا
“Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu ilmu yang
bermanfaat, rizki yang baik dan amalan yang diterima.”
Abu Ibrohim Ari bin Salimin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.