Selasa, 28 Februari 2017

HADITS KE 01: DUA KALIMAT YANG MULIA

Berbahagialah lisan yang senantiasa berdzikir kepada Allah ta'ala, sungguh ia telah menggunakan nikmat lisannya untuk ketaatan kepada Allah dengan memuji-Nya. Allah 'azza wa jalla telah berfirman dalam kitab-Nya:
وَالذَّاكِرِيْنَ اللَّهَ كَثِيْرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيْمًا
Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, maka Allah menyediakan untuk mereka pengampunan dan pahala yang agung.” (QS. al-Ahzaab [33]: 35)
Di antara dzikir yang mulia adalah ucapan “subhanallah (Maha Suci Allah)”. Imam Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullah mengatakan bahwa ucapan “subhanallah” bermakna mensucikan Allah dari apapun yang tidak cocok dengan-Nya berupa setiap kekurangan. Dan ucapan “subhanallah” mengharuskan peniadaan sekutu, istri, anak, dan semua sifat-sifat yang rendah. (Fathul Bari 14/454)

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ((كَلِمَتَانِ خَفِيْفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ثَقِيْلَتَانِ فِي الْمِيْزَانِ حَبِيْبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ)) [متفق عليه: ب 6682، م 2694]
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Dua kalimat yang ringan di lisan, berat di timbangan amal, dan dicintai oleh Allah ar-Rahman: ‘Subhaanallaahi wabihamdih, subhaanallaahil ‘adziim’ (Maha Suci Allah dan bagi-Nyalah segala pujian, Maha Suci Allah Yang Maha Agung).” (HR. Bukhari 6682 dan Muslim 2694)
Dalam hadits di atas Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan salah satu lafadz dzikir dan keutamaannya yang begitu besar. Dua kalimat yang dikatakan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam begitu ringan di lisan. Ya, ia hanya dua kalimat saja, dan lihatlah keutamaannya. Maka ini adalah kabar gembira untuk kita kaum muslimin, yang bisa kita lakukan bersama kegiatan kita yang lain di banyak pekerjaan kita, semisal petani, nelayan, polisi dan penjaga keamanan, pedagang, sopir dan pengendara, pegawai kantoran, ibu rumah tangga, dan yang lainnya.
Keutamaan yang mestinya menjadi motivasi bagi kita untuk memperbanyak mengucapkannya. Dimana di sisi lain, lisan merupakan salah satu anggota badan yang banyak menjerumuskan pelakunya kepada keburukan, bahkan menjadi penyebab masuk ke dalam neraka. Betapa tidak, dari sanalah muncul kebohongan dan kedustaan, persaksian dan sumpah palsu, membicarakan keburukan orang lain, mencela, mengumpat, mengadu domba, menuduh tanpa bukti, berbicara tanpa ilmu, dan berbagai dosa serta bencana lainnya. Tak heran jika Nabi kita yang mulia 'alaihis shalatu wasallam sangat memperingatkan kita dari bahaya lisan ini.
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ فِيْهَا يَزِلُّ بِهَا فِيْ النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya ada seorang hamba yang berbicara dengan suatu perkataan yang belum jelas apakah itu baik atau buruk, sehingga membuatnya dilempar ke neraka dengan jarak yang lebih jauh daripada jarak antara timur dan barat.” (HR. Bukhari 6477 dan Muslim 2988)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga pernah bersabda:
وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسُ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ أَوْ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِم
“Bukankah manusia tersungkur di atas wajah mereka atau hidung mereka tidak lain disebabkan karena lisan mereka?!” (HR. at-Tirmidzi 2616, dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahihut Targhib wat Tarhib 2866)
Maka hendaknya kita memperbanyak kebaikan dengan lisan kita; dengan banyak berdzikir dan menggunakannya untuk berkata-kata yang baik, serta menjaganya dari ucapan yang buruk.

Ingatlah, meski hanya dua kalimat, keduanya lebih baik dari sekian banyak ucapan yang keluar dari lisan kita. Subhaanallaahi wabihamdih, subhaanallaahil ‘adziim’. Semoga Allah menjadikan kita termasuk ke dalam golongan hamba-Nya
yang selalu berdzikir mengingat-Nya. Aamiin.

Abu Ibrohim Ari bin Salimin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.