Banyak kelompok di negeri ini yang
menyandarkan diri kepada Islam, namun cara beragama mereka berbeda-beda antara
satu dengan yang lainnya. Di antara mereka ada yang mengerjakan amalan-amalan
baru dalam agama, ada yang mengajak untuk memberontak kepada penguasa, bahkan
ada pula kelompok yang menganggap bahwa orang-orang di luar kelompok mereka
adalah kafir, dan lain sebagainya. Padahal dari kelompok-kelompok yang ada itu,
semuanya mengaku berjalan di atas al-Qur’an dan Hadits. Ini menunjukkan betapa
perpecahan umat telah menjalar di negeri kita yang tercinta ini, sehingga hal
ini pun membuat banyak dari kaum muslimin merasa bingung, bagaimanakah cara
beragama Islam yang benar sehingga selamat dari fitnah perpecahan?
Perpecahan Umat Pasti Terjadi
Meski agama Islam itu satu dan tak
akan pernah terpecah hingga hari Kiamat, namun sesungguhnya umat ini pasti akan
mengalami perpecahan, sebagaimana dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam yang tidak berkata kecuali berdasarkan wahyu dari Allah ta'ala.
Beliau bersabda:
وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِيْ
عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ مِلَّةً، كُلُّهُمْ فِيْ النَّارِ إِلاَّ مِلَّةً وَاحِدَةً،
قَالُوْا: وَمَنْ هِيَ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِيْ.
“Umatku akan terpecah menjadi tujuh
puluh tiga golongan, semuanya di neraka kecuali satu” Para sahabat bertanya:
“Siapakah yang satu itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Orang-orang yang
mengikuti jalan hidupku dan para sahabatku.” (HR. Tirmidzi 2641, dihasankan
Syaikh al-Albani dalam Shahihul Jami’ 5343)
Kenyataan perpecahan umat telah kita
saksikan saat ini, maka melalui hadits ini kita mengetahui bahwa hanya satu
yang selamat, mereka adalah yang mengikuti para sahabat Rasulullah radhiyallahu
'anhum dalam beragama, yaitu dalam memahami al-Qur’an dan Hadits sebagai
dua sumber utama agama Islam. Lalu mengapa keselamatan itu hanya dengan
mengikuti pemahaman sahabat Rasulullah? Berikut inilah jawabannya.
Mengikuti Sahabat Adalah Jalan yang
Lurus yang Kita Mohon Tiap Hari
Sesungguhnya setiap hari kita meminta
kepada Allah ta'ala agar ditunjuki jalan yang lurus dalam shalat-shalat kita,
yaitu ketika kita membaca ayat dalam surat al-Fatihah “ihdinashshiraathal
mustaqiim (Ya Allah, tunjukilah kami jalan yang lurus).” Imam Ibnul Qayyim rahimahullah
menjelaskan makna jalan yang lurus dalam ayat ini dengan berkata: “Mereka
adalah orang-orang yang mengetahui kebenaran dan berusaha untuk mengikutinya….,
maka setiap orang yang mengetahui kebenaran dan berusaha untuk mengikutinya, ia
lebih tepat (untuk dikatakan) berada di atas jalan yang lurus. Dan tidak
diragukan lagi bahwa para sahabat Rasulullah radhiyallahu 'anhum, mereka
adalah orang-orang yang lebih berhak untuk menyandang sifat (gelar) ini
daripada orang-orang rafidhah…., oleh karena itulah ulama salaf menafsirkan
makna “jalan yang lurus dan orang-orang yang berada di atasnya” dengan Abu
Bakar, Umar dan para sahabat radhiyallahu 'anhum.” (Madarijus Salikin
1/72)
Sahabat dan Orang-orang yang
Mengikuti Mereka dengan Baik Akan Masuk Surga
Dengan kita mengikuti sahabat
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berarti kita mengikuti
orang-orang yang telah dijamin masuk surga oleh Allah ta'ala, dan Allah pun
ridha kepada orang-orang yang mengikuti para sahabat dengan baik, sebagaimana
yang Allah kabarkan melalui Firman-Nya:
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ
مِنَ الْمُهَاجِرِيْنَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِيْنَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوْا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِيْ تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ
خَالِدِيْنَ فِيْهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ
“Orang-orang yang terdahulu lagi
yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar dan
orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan
mereka pun ridha kepada Allah. Dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga
yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di
dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. at-Taubah [9]: 100)
Mengikuti Jalannya Selain Para
Sahabat Adalah Kesesatan
Dengan mengikuti para sahabat berarti
kita mengikuti jalannya kaum mukminin, maka kita akan selamat dari kesesatan
yang menjerumuskan ke dalam neraka Jahannam. Allah 'azza wa jalla
berfirman:
وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ
مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيْلِ الْمُؤْمِنِيْنَ
نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيْرًا
“Dan barangsiapa yang menentang
Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan selain jalannya
orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah
dikuasainya itu, dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu adalah
seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. an-Nisa’ [4]: 115)
Mengikuti Para Sahabat Berarti
Mengikuti Sebaik-baik Umat
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda:
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِيْ
ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ
“Sebaik-baik manusia adalah
generasiku (para sahabat), kemudian setelahnya, kemudian setelahnya.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Para sahabat adalah murid-murid
bimbingan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang menyaksikan
langsung saat-saat wahyu turun kepada beliau. Baiknya keislaman mereka pun
telah terbukti, melalui perjuangan mereka dalam membela, mengamalkan dan
mendakwahkan agama Islam yang mulia ini.
Sehingga ini dia, Imam al-Qurtubi rahimahullah
menyebutkan perkataan seorang sahabat mulia Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu
'anhu dalam kitab tafsirnya:
مَنْ كَانَ مِنْكُمْ مُتَأَسِّيًا
فَلْيَتَأَسَّ بِأَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَإِنَّهُمْ
كَانُوْا أَبَرَّ هَذِهِ الأُمَّةِ قُلُوْبًا، وَأَعْمَقـُهَا عِلْمًا، وَأَقَلُّـهَا
تَكَلُّـفًا، وَأَقْوَمُهَا هَدْيًا، وَأَحْسَنـُهَا حَالًا، اِخْتَارَهُمُ اللهُ لِصُحْبَةِ
نَبِيِّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَإِقَامَةِ دِيْنِهِ، فَاعْرِفُوْا لَهُمْ
فَضْلَـهُمْ، واتَّبـِعُوْهُمْ فِيْ آثَارِهِمْ، فَإِنَّهُمْ كَانُوْا عَلَى الْهُدَى
الْمُسْتَقِيْمِ
“Barangsiapa yang hendak mencari
teladan, maka teladanilah sahabat Rasulullah. Karena merekalah yang paling baik
hatinya di antara umat ini, paling dalam ilmunya, paling sedikit memaksakan
diri, paling lurus petunjuknya dan paling baik keadaannya. Mereka adalah kaum
yang dipilih oleh Allah untuk menemani Nabi-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam
dan untuk menegakkan agama-Nya. Maka kenalilah keutamaan mereka dan ikutilah
petunjuk mereka, karena sesungguhnya mereka benar-benar di atas petunjuk yang
lurus.” (Tafsir al-Qurtubi 1/60)
Mencela Sahabat Adalah Sebab
Datangnya Laknat
Demikian besarnya keutamaan sahabat,
sampai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun sangat melarang kita
mencela sahabatnya, bahkan mengabarkan bahwa laknat akan menimpa orang yang
mencela sahabatnya.
لاَ تَسُبُّوْا أَصْحَابِيْ
لاَ تَسُبُّوا أَصْحَابِيْ، فَوَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ
أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا أَدْرَكَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلاَ نَصِيْفَهُ
“Janganlah kalian mencela para
sahabatku, janganlah kalian mencela para sahabatku! Demi Dzat yang jiwaku
berada ditangan-Nya, seandainya seorang dari kalian menginfakkan emas sebesar
gunung uhud, niscaya tidak akan mencapai segenggam kebaikan seorang dari mereka
dan tidak pula setengahnya.” (HR. Bukhari 3673, dan Muslim 6651)
مَنْ سَبَّ أَصْحَابِيْ
فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ وَالْمَلائِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ.
“Barangsiapa yang mencela para
sahabatku maka baginya laknat Allah, malaikat dan semua manusia.” (HR.
ath-Thabrani dalam al-Mu’jamul Kabir 12709, dinilai hasan oleh Syaikh
al-Albani dalam Shahihul-Jami’ 6285)
Maka jelaslah bagi kita berbagai
keutamaan para sahabat, bahwasanya mereka adalah orang-orang yang dijamin masuk
surga oleh Allah 'azza wa jalla, dan orang yang menyelisihi jalan mereka
akan jatuh kepada kesesatan, bahkan mencela mereka akan mendapatkan laknat yang
besar. Sehingga wajib bagi kita untuk mengikuti pemahaman para sahabat dalam
beragama, agar kita selamat dari fitnah perpecahan dan masuk ke dalam surga
seperti mereka.
Hakikat Mengikuti Para Sahabat
Dari pemaparan di atas, maka kita
ambil kesimpulan bahwa hakikatnya sederhana saja, bahwa mengikuti para sahabat
dalam beragama yaitu kita hanya mengikuti para sahabat dalam beramal. Apabila
amalan itu dikerjakan oleh Rasulullah dan para sahabatnya, maka kita pun
mengamalkannya, dan apabila suatu amalan itu tidak dikerjakan oleh Rasulullah
dan para sahabatnya, maka kita pun tidak mengamalkannya. Sehingga kita tidak
perlu membuat amalan-amalan baru dalam agama yang tidak pernah dicontohkan oleh
Rasulullah dan para sahabatnya, tidak pula kita mengikuti orang-orang yang
mengerjakan amalan-amalan baru dalam agama, meski mereka dianggap sebagai orang
yang berilmu dan paham agama. Kita juga meneladani para sahabat dalam berbagai
sisi kehidupan mereka, baik dalam aqidah, ibadah, akhlak, muamalah, dan
lainnya.
Sehingga dengan dalil-dalil yang
telah disebutkan di atas kita mengetahui, bahwa perpecahan umat dan perbedaan
di antara kaum muslimin dalam beragama adalah karena mereka tidak mengikuti
cara beragamanya para sahabat radhiyallahu 'anhum. Jadi, sudahkah amalan
kita sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam dan para sahabatnya radhiyallahu 'anhum?! Dan sudahkah
kita mengikuti mereka dengan baik?! Semoga...
Abu Ibrohim Ari bin Salimin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.