Pemuda mana yang tak kenal
dengan istilah pacaran?? Perilaku
yang banyak dilakukan oleh para pemuda dan pemudi ini seolah menjadi hal yang
mubah dan lumrah, karena telah menjadi kebiasaan yang menyebar di masyarakat.
Sinetron dan film di televisi pun ramai menayangkan budaya pacaran di tengah
para pemuda yang sedang mengenyam bangku sekolah ataupun kuliah. Bahkan terkadang,
jika ada pemuda yang tak mau pacaran akan dinilai kuper, tidak gaul, tidak
laku, dan cap-cap negatif lainnya. Kecenderungan seseorang untuk menyukai dan
mencintai lawan jenis adalah hal yang wajar, namun apakah harus disalurkan
dengan cara berpacaran?. Agama Islam telah mengatur bagaimana seharusnya
menyikapi hal ini.
DOSAKAH PACARAN?
Pertama-tama perlu diingat
sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang menuturkan kepada
kita, bahwa merupakan sebesar-besar fitnah/ujian bagi laki-laki adalah godaan
wanita. Sehingga menjadi keharusan bagi setiap laki-laki untuk selalu
mewaspadai fitnah ini agar tidak terjatuh ke dalamnya, dan bagi wanita agar
senantiasa menjaga diri agar tidak menjadi fitnah bagi kaum laki-laki. Kalaupun
telah terjatuh ke dalam fitnah ini, maka diharapkan agar segera “mengerem”
sampai berhenti, dengan mengingat peringatan dari Rasulullah ini dan sabda-sabdanya yang lain. Beliau
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَا تَرَكْتُ بَعْدِيْ فِتْنَةً هِيَ أَضَرُّ
عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ
“Tidaklah aku meninggalkan setelahku
nanti, sebuah ujian yang lebih berbahaya bagi laki-laki melebihi godaan
wanita.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Termasuk fitnah wanita yang
banyak menimpa laki-laki saat ini adalah dengan maraknya pacaran di
tengah-tengah masyarakat, dimana di dalam pacaran terdapat banyak dosa dan
kemaksiatan yang mempunyai akibat buruk bagi seorang hamba.
Lalai dari Mengingat Allah
Seseorang yang sedang jatuh
cinta, pasti pikirannya akan selalu sibuk dengan seorang yang dicintainya itu.
Terlebih lagi dalam pacaran, ia akan selalu memikirkan orang yang tidak halal
baginya alias bukan mahram. Bahkan ia lebih banyak memikirkan pacarnya daripada
mengingat Allah subhanahu wa ta’ala yang selalu memberinya kenikmatan
setiap saat. Sampai-sampai dikatakan “Mau makan ingat dia, ketika minum ingat
dia, kapanpun dan dimanapun selalu ingat dengan pacarnya, hingga tak bisa hidup
tanpanya”. Maka ketika seorang laki-laki banyak memikirkan/merindukan wanita
yang tidak halal baginya sampai pada keadaan seperti itu, atau seorang wanita
terhadap seorang lelaki, ini adalah merupakan pintu gerbang yang akan
mengantarkan kepada perkara yang lebih besar.
Memandang yang Tidak Halal
Allah subhanahu wa ta'ala
memerintahkan kita untuk menundukkan pandangan melalui Firman-Nya:
قُلْ
لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ
أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ. وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ
يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ
“Katakanlah kepada laki-laki
yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara
kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Dan katakanlah kepada
wanita-wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya dan
kemaluannya...” (QS. an-Nur [24]: 30-31)
Ayat di atas sekaligus
merupakan ayat yang menunjukkan tidak diperbolehkannya seorang laki-laki
memandang wanita yang bukan mahram baginya ataupun sebaliknya, karena akan
menimbulkan fitnah. Sebagaimana dikatakan dalam sebuah ungkapan yang telah
masyhur, “Dari mana datangnya cinta? Dari mata turun ke hati”, sehingga bisa
juga dikatakan, “Dari mana datangnya fitnah? Dari mata masuk ke hati”. Dalam
pacaran tentu hal ini selalu terjadi, sehingga merupakan salah satu kemaksiatan
yang terdapat dalam pacaran.
Berdua-duaan Dengan yang Bukan Mahram
Berikutnya, kemaksiatan yang
terjadi dalam pacaran adalah berdua-duaan saja antara laki-laki dan wanita tanpa disertai mahram. Padahal Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
telah melarang hal ini melalui sabdanya:
لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلاَّ
وَمَعَهَا ذُو مَحْرَمٍ وَلاَ تُسَافِرِ الْمَرْأَةُ إِلاَّ مَعَ ذِي مَحْرَمٍ
“Janganlah sekali-kali
seorang laki-laki berduaan dengan perempuan kecuali bersama mahramnya, dan
janganlah perempuan bepergian jauh kecuali dengan mahramnya.” (HR. Muslim)
لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلاَّ
كَانَ ثَالِثَهُمَا الشَّيْطَانُ
“Tidaklah seorang laki-laki berduaan
bersama perempuan, kecuali yang ketiganya adalah setan.” (HR. Tirmidzi dan
beliau menghukuminya hasan shahih dan Syaikh al-Albani menyepakatinya dalam Irwaa’ul
Ghaliil)
Menyentuh yang Tidak Halal
Di antara dosa yang
seringkali terjadi di dalam pacaran adalah menyentuh wanita yang bukan
mahramnya, minimalnya adalah berjabat tangan dan bahkan seringkali lebih dari
itu. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
لأَنْ يُطْعَنَ فِي رَأْسِ أَحَدِكُمْ
بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيْدٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لَا تَحِلُّ
لَهُ
“Sungguh ditusuknya kepala salah seorang
di antara kalian menggunakan jarum dari besi adalah lebih baik baginya,
daripada ia menyentuh seorang perempuan yang tidak halal baginya.” (HR.
Thabrani dan Syaikh al-Albani menghukuminya hasan shahih dalam Shahihut
Targhib wat Tarhib)
Ini adalah peringatan yang
sangat tegas dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bagi orang
yang baru hanya menyentuh perempuan yang tidak halal baginya, maka bagaimana
kalau sampai berciuman, atau bahkan sampai berzina dengannya?! Semoga Allah
menjauhkan kita dari hal itu.
Perantara Menuju Zina
Allah subhanahu wa ta'ala
berfirman:
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ
كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
“Dan janganlah kamu mendekati zina;
sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang
buruk.” (QS. al-Isra’ [17]: 32)
Pacaran adalah merupakan
sarana yang paling banyak mengantarkan pelakunya menuju zina, dan telah banyak
kita dengar seorang perempuan yang hamil di luar nikah, karena sebab pacaran
yang berujung pada zina. Padahal zina termasuk salah satu dosa besar yang
membinasakan, yang hukumannya telah ditetapkan di dunia dan akhirat. Tidak
jarang pula, seorang wanita yang hamil di luar nikah kemudian menggugurkan
kandungannya atau membunuh bayinya sendiri. Semoga Allah subhanahu wa ta'ala
melindungi kaum muslimah dari tertimpa hal tersebut.
Setelah kita melalui
pemaparan di atas, maka kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa pacaran
hukumnya haram, meskipun banyak orang melakukannya. Dan tentu tidak
dapat dibenarkan adanya istilah “pacaran Islami”, mengingat berbagai
kemungkaran yang terdapat dalam pacaran, sebagaimana yang telah dikemukakan di
atas.
SOLUSI MENINGGALKAN PACARAN
Berikut ini adalah beberapa
solusi yang dapat dijadikan untuk membentengi diri, agar tidak terjerumus ke
dalam pacaran yang mengandung banyak dosa dan kemaksiatan.
Menyibukkan Diri Dengan Hal-hal yang Bermanfaat
Seseorang yang tidak
menyibukkan dirinya dengan hal-hal yang bermanfaat niscaya ia akan sibuk dengan
hal-hal yang sia-sia atau bahkan perbuatan maksiat. Sebaliknya, seorang yang
menyibukkan dirinya dengan hal-hal yang bermanfaat seperti menuntut ilmu agama
dengan membaca buku, menghadiri majelis ilmu, menghafal al-Qur’an dan
hadits-hadits Nabi, niscaya akan dengan mudah dapat meninggalkan pacaran.
Mengingat Kenikmatan Surga dan Pedihnya Siksa Neraka
Ketika terbetik dalam
pikiran kita keinginan untuk melakukan maksiat, ketika itu ingatlah bahwa
orang-orang yang bertakwa dengan senantiasa mentaati perintah Allah dan
menjauhi larangan-Nya, akan mendapatkan balasan yang agung di akhirat, berupa
surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, di dalamnya ia dikaruniai
bidadari-bidadari yang cantik jelita, serta kenikmatan-kenikmatan lainnya yang
telah dijanjikan oleh Allah ta'ala dan rasul-Nya shallallahu 'alaihi
wa sallam. Dimana di dalamnya tidak ada lagi penderitaan, kesengsaraan
maupun kesedihan, tetapi yang ada hanyalah kenikmatan, kebahagiaan, dan
kesenangan yang kekal selama-lamanya tanpa ada hentinya. Dengan mengingat
surga, niscaya kita akan lebih bisa bersabar dan menahan diri untuk tidak
berbuat maksiat kepada Allah Yang Maha keras siksaan-Nya. Dan bahwasanya Allah subhanahu
wa ta'ala juga menyediakan ancaman berupa neraka, dengan segala macam
keganasan siksaan di dalamnya bagi orang-orang yang mendurhakai perintah-Nya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam bersabda:
إِنَّ أَهْوَنَ أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا
يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَرَجُلٌ تُوضَعُ فِيْ أَخْمَصِ قَدَمَيْهِ جَمْرَتَانِ
يَغْلِيْ مِنْهُمَا دِمَاغُهُ
“Sesungguhnya
siksaan penduduk neraka yang paling ringan di hari kiamat nanti adalah, seorang
lelaki yang diletakkan di kedua telapak kakinya bara api sehingga otaknya
mendidih.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Berteman dengan Orang Shalih
Salah satu sebab mengapa
seseorang buruk akhlaknya adalah karena ia sering bergaul atau berteman dengan
orang-orang yang tidak baik, buruk perangainya, dan jelek agamanya, sehingga ia
tertular. Pembicaraan mereka banyak berisi kata-kata yang jelek dan kotor,
saling mengejek, dan jauh dari nasihat yang baik. Sebaliknya, bila berteman
dengan orang-orang yang shalih, baik agama dan akhlaknya, maka akan selalu ada
kebaikan di majelisnya; berisi nasihat dan motivasi yang baik dan bermakna,
saling mengucapkan salam di awal maupun di akhir pertemuan, serta selalu
dihiasi dengan saling mendoakan kebaikan di antara mereka, dengan doa yang baik
nan ikhlas yang datang dari dalam hatinya. Hal ini tentu akan membuahkan kebaikan
bagi mereka.
Puasa atau Menikah
Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ
مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ
لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ
“Wahai para pemuda, siapa saja di
antara kalian yang telah mampu menikah, maka menikahlah, karena hal itu lebih
menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan, dan siapa yang belum mampu,
maka berpuasalah karena hal itu adalah perisai baginya.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
Dalam hadits ini Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam memberikan solusi berupa pernikahan agar lebih bisa
menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Dan bila belum mampu maka kita
disuruh untuk berpuasa, bukan disuruh pacaran terlebih dahulu. Inilah perintah
Rasulullah yang tidak berkata kecuali berdasarkan wahyu dari Allah subhanahu
wa ta'ala.
Berdoa
Kiat berikutnya adalah
senantiasa berdoa kepada Allah 'azza wa jalla agar diberi keistiqamahan
dalam menjalankan ketaatan kepada-Nya dan menjauhi larangan-Nya, memohon kepada
Allah ta'ala agar dihindarkan dari keburukan di dunia dan akhirat.
Berdoalah kepada Allah, karena sesungguhnya hanya Allah lah yang mampu
mengabulkan segala permohonan orang yang meminta kepada-Nya, karena Dia adalah
penguasa langit dan bumi, Maha Mendengar lagi Maha Pemberi, dan Dia Maha Kuasa
atas segala sesuatu.
Demikianlah apa yang dapat
kami sampaikan dalam pembahasan ini, ingatlah bahwa Allah subhanahu wa
ta'ala lebih mengetahui apa-apa yang terbaik bagi hamba-Nya, dan Ia
senantiasa menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya. Begitu pula dengan Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam, beliau adalah nabi yang penyayang, yang menginginkan
kita semua sebagai umatnya agar masuk ke dalam surga, negeri yang penuh dengan
kenikmatan.
Abu Ibrohim Ari bin Salimin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.