Shalat
adalah rukun Islam yang kedua sekaligus seutama-utama amal setelah persaksian
bahwa tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah dan
bahwasanya Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Menjaga shalat adalah merupakan
tanda baiknya keislaman seseorang. Sebaliknya, perbuatan menyia-nyiakan shalat merupakan
tanda buruknya keislaman seseorang dan lemahnya dia dalam menjalankan
kewajibannya terhadap Rabbnya.
Maka
alangkah sangat menyedihkannya ketika banyak dari kaum muslimin di zaman ini
meremehkan shalat lima waktu. Di antara mereka ada yang asal shalat tanpa
memperhatikan rukun dan syarat sahnya, di antara mereka pula ada yang
menunda-nunda shalat hingga keluar dari waktunya, bahkan yang lebih parah lagi
dengan tenangnya di antara mereka ada yang senantiasa meninggalkan shalat tanpa
udzur sedikitpun.
Tidak
takutkah mereka akan ancaman yang begitu besar menanti orang-orang yang
meninggalkan shalatnya??!. Semoga melalui tulisan yang singkat ini dapat
menjadi pengingat kaum muslimin akan pentingnya shalat dan bahaya
menyia-nyiakannya.
Kedudukan Shalat Lima Waktu Dalam Islam
Shalat mempunyai kedudukan yang sangat
penting di dalam Islam. Sampai-sampai, khusus untuk perintah shalat, Rasulullah
shallalahu ‘alaihi wa sallam diangkat ke langit oleh Allah ta’ala
pada peristiwa isra’ mi’raj. Hal ini menunjukkan kedudukan shalat
yang sangat agung di dalam Islam, sehingga kita sebagai seorang muslim harus
selalu menjaganya dan memperhatikannya dengan sungguh-sungguh.
1. Shalat
merupakan rukun Islam
Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ
أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ وَإِقَامِ
الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ
“Islam
dibangun di atas lima perkara, yaitu persaksian bahwa tidak ada Tuhan yang
berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan
Allah, mendirikan shalat, membayar zakat, haji, dan puasa di bulan Ramadhan.”
(HR. Bukhari)
Imam Ibnu Rajab al-Hambali rahimahullah berkata tentang hadits ini,
“Makna dari hadits ini adalah bahwa islam dibangun di atas lima perkara ini,
yang kelimanya itu seperti tiang-tiang bagi bangunannya.” (Jami’ul Ulum wal
Hikam, hal. 145)
Hadits di
atas menunjukkan tentang rukun-rukun Islam, yang mana shalat adalah rukun Islam
yang kedua setelah mengucapkan dua kalimat syahadat. Shalat adalah perkara
teerpenting dalam agama ini setelah kalimat syahadat.
2. Shalat
adalah tiangnya agama
Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلاَمُ، وَعَمُودُهُ
الصَّلاَةُ، وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الجِهَادُ
“Pokok segala urusan adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan
puncaknya adalah jihad.” (HR. at-Tirmidzi, dan dinyatakan shahih oleh Syaikh al-Albani dalam Shahihut
Targhib wat Tarhib)
Seseorang yang menegakkan shalat maka
ia telah menjaga bangunan agamanya, sebagaimana tiang yang menopang sebuah
bangunan agar tidak goyah dan roboh. Sebaliknya, jika ia menyia-nyiakan shalat
maka ia telah membahayakan dirinya dan bangunan agamanya.
3.
Shalat adalah amalan yang pertama kali
dihisab
Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ
العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ، فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ
أَفْلَحَ وَأَنْجَح، وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ
“Amalan
seorang hamba yang pertama kali dihisab di hari kiamat adalah shalatnya, jika
shalatnya baik maka ia beruntung dan selamat, jika shalatnya jelek maka ia
celaka dan merugi.” (HR. at-Tirmidzi dan an-Nasa’i, dishahihkan
oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah)
Dalam hadits ini kita dapat melihat
bagaimana shalat menjadi penentu tentang keadaan seseorang di akhirat nanti.
Jika shalatnya baik, maka ia akan mendapatkan keberuntungan dan diselamatkan
dari siksa. Adapun jika shalatnya jelek, maka ia akan menjadi orang yang merugi
dan menderita.
Ancaman Bagi Orang yang Menyia-nyiakan Shalat
Ancaman bagi orang yang meninggalkan
shalat sangatlah besar, tidak sama dengan dosa-dosa yang lain karena shalat
termasuk rukun Islam. Berikut ini adalah ancaman yang ditujukan bagi
orang-orang yang menyia-nyiakan dan meninggalkan shalat:
1. Menyia-nyiakan
shalat termasuk perbuatan orang yang celaka
Allah ta’ala berfirman:
فَوَيْلٌ
لِلْمُصَلِّينَ. الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu)
orang-orang yang lalai dari shalatnya.” (QS. al-Ma’un [107]: 4-5)
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di
rahimahullah menjelaskan tentang makna lalai pada ayat di atas di dalam
kitab tafsirnya dengan mengatakan “Maksudnya adalah meremehkannya,
meninggalkannya hingga habis waktunya, dan meninggalkan rukun-rukunnya.” (Taisiirul
Kariimirrahman fii Tafsir Kalaamil Mannaan hal. 895)
Dalam ayat ini Allah subhanahu wa
ta'ala mensifati orang yang lalai dari shalatnya dengan kecelakaan,
sedangkan tidak ada tempat lain di akhirat bagi orang-orang yang celaka selain
neraka yang menyala-nyala. Tentunya ini adalah ancaman yang harusnya
diperhitungkan matang-matang oleh orang-orang yang melalaikan shalatnya.
2. Meninggalkan
shalat diancam dengan kekafiran
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
العَهْدُ الَّذِي بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمُ
الصَّلاَةُ، فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ
“Perjanjian antara kita dengan mereka
adalah shalat, barang siapameninggalkannya maka ia kafir.” (HR.
at-Tirmidzi, an-Nasa’i dan Ibnu Majah, Syaikh al-Albani menghukuminya shahih
dalam Shahihut Targhib wat Tarhib)
Dalam
hadits lain, beliau juga bersabda:
بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ
تَرْكُ الصَّلاَةِ
“Pembatas antara seseorang dengan kesyirikan dan kekafiran
adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim)
Meskipun ada perbedaan penafsiran di
antara ulama tentang makna kafir di sini, namun kedua hadits ini sudah cukup
menunjukkan akan besarnya dosa meninggalkan shalat, hingga ancamannya sampai
kepada derajat kekufuran, karena shalat merupakan rukun Islam yang kedua.
3. Meninggalkan
shalat penyebab masuk neraka saqar
Allah ‘azza wa jalla berfirman dalam surat al-Muddatsir
ayat ke 42-43:
مَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَ.
قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ
“Apakah yang memasukkan kamu ke dalam
neraka saqar? Mereka menjawab: ‘Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang
mengerjakan shalat.’”
Lihatlah bagaimana jawaban penduduk
neraka ketika mereka ditanya tentang apa yang menyebabkannya masuk ke dalam
neraka sehingga mereka menderita karenanya, dibakar hidup-hidup dan disiksa dengan siksaan yang
pedih tiada bandingnya.
Mereka menjawab bahwa dahulu mereka tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan
shalat ketika masih hidup di dunia. Semoga Allah melindungi kita dari hal
itu.
Marilah kita menjaga shalat-shalat kita
sebagai bentuk ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala, sekaligus
sebagai bentuk rasa syukur kita kepada-Nya atas karunia yang telah kita
dapatkan, sehingga kita selamat dan terhindar dari ancaman yang menimpa orang
yang menyia-nyiakan shalatnya. Banyak kita saksikan kaum muslimin yang hidup di
negeri-negeri yang mayoritas penduduknya non muslim, tak terdengar suara adzan
menggema di waktu shalat, bahkan terkadang mereka harus sembunyi-sembunyi untuk
bisa melakukan shalat. Maka Alhamdulillah di negeri ini kita bebas melaksanakan
shalat berjamaah, yang dikumandangkan adzan di setiap waktu shalat
memanggil-manggil dan mengingatkan kaum muslimin untuk menghadirinya. Sudah
seharusnya bagi seorang hamba untuk selalu bersyukur dan mentaati perintah
Rabbnya.
Abu Ibrohim Ari bin Salimin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.