Senin, 13 Februari 2017

MENUJU PRIBADI MUSLIM SHALIH DAN SHALIHAH

Keshalihan seorang muslim adalah bekal utama yang harus dan wajib dimiliki untuk memperoleh ridho Allah ta’ala, yang dengan ridho-Nya, seorang muslim akan berbahagia di dunia dan akhirat. Keshalihan seorang muslim adalah bentuk ketaatan dan ketundukannya kepada Allah ta’ala atas perintah-perintah dan larangan-laranganNya, yang juga merupakan realisasi dari rasa syukurnya kepada Allah yang telah memberi nikmat kepadanya, baik nikmat Islam, Iman, kesehatan maupun yang lainnya. Dengan kata lain, orang yang shalih adalah seorang muslim yang selalu bertakwa kepada Allah kapan dan dimanapun berada. Tentunya, untuk menjadi pribadi yang shalih ataupun shalihah tidak semudah yang dibayangkan, karena pastinya ada ujian yang harus dihadapi oleh setiap muslim dalam perjalanan hidupnya, terlebih dalam usahanya mentaati Allah 'azza wa jalla.
Maka pastilah dibutuhkan kesabaran yang ekstra dan sikap yakin akan besarnya pahala dan ganjaran dari Allah ta’ala yang akan diperolehnya, baik di dunia maupun di akhirat. Berikut ini adalah beberapa kiat yang semoga bisa membantu kita untuk menjadi pribadi muslim yang shalih dan shalihah, sehingga kita bisa beristiqomah dalam ketakwaan kepada Allah 'azza wa jalla hingga kematian menjemput kita.
Keyakinan yang Kuat Akan Balasan Surga Bagi Orang-orang yang Shalih
Sungguh Allah telah menyiapkan balasan yang begitu besar dan tiada terkira bagi orang-orang yang shalih, yang selalu mentaati Allah dan menjauhi larangan-Nya. Dalam sebuah hadits qudsi, Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
أَعْدَدْتُ لِعِبَادِي الصَّالِحِينَ مَا لاَ عَيْنٌ رَأَتْ، وَلاَ أُذُنٌ سَمِعَتْ، وَلاَ خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ
“Aku telah menyiapkan bagi hamba-hambaKu yang shalih apa-apa yang tidak pernah terlihat oleh mata, tak perna terdengar oleh telinga, dan tak pernah terbayang dalam pikiran manusia.” (HR. Bukhari 4779 dan Muslim 2824)
Niat yang Ikhlas dan Sungguh-sungguh
Keshalihan adalah kewajiban bagi setiap muslim, maka niat yang kuat disertai keikhlasan akan membantu seseorang menjadi pribadi yang shalih dan bertakwa. Karena ketika niatnya jujur, maka ia akan berusaha bersungguh-sungguh mendapatkan surga yang ia cita-citakan. Niat yang kuat ini harus ada pada diri masing-masing muslim, mengingat begitu banyak rintangan yang menghadang ketika ingin menjadi orang yang shalih dan bertakwa. Apalagi syaitan dan para pengikutnya yang merupakan musuh nyata bagi manusia, mereka pasti akan selalu berusaha menghalangi manusia dari jalan Allah dan dari surga-Nya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menganjurkan kita untuk bersungguh-sungguh meraih apa-apa yang bermanfaat untuk kita. Beliau bersabda:
احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجَز
“Bersungguh-sungguhlah memperoleh apa yang bermanfaat untukmu, mintalah pertolongan kepada Allah dan janganlah kamu lemah.” (HR. Muslim 2664)
Memperbanyak Mengingat Kematian
Tak diragukan bahwa kematian akan dialami oleh siapa saja yang hidup di dunia ini. Meskipun kita tak pernah tahu kapan kematian akan menjadi giliran kita. Yang jelas, Allah dan Rasul-Nya telah menjelaskan bahwa kita akan dimintai pertanggungjawaban atas apa saja yang kita perbuat di dunia ini. Bagi orang-orang yang berbuat baik dan senantiasa bertakwa kepada Allah ta’ala, maka ia akan memetik keberuntungan dan kebahagiaan sejak di alam kuburnya. Namun alangkah malangnya bagi orang-orang yang datang kepada Allah dengan membawa dosa tanpa ampunan dari-Nya, ia akan merana sejak saat kematian menjemputnya. Maka orang yang selalu ingat akan hari-hari itu, ia akan mempersiapkan bekal yang sebaik-baiknya, sedangkan sebaik-baik bekal adalah takwa. Tak heran apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menganjurkan kita untuk banyak-banyak mengingat kematian, agar kita tidak terpedaya dengan kehidupan yang fana ini. Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ يَعْنِي الْمَوْتَ
“Perbanyaklah mengingat penghancur kenikmatan, yaitu kematian.” (HR. at-Tirmidzi 2307, dinilai hasan shahih oleh Syaikh al-Albani dalam Shahihut Targhib wat Tarhib 3333)
Dalam riwayat Ath-Thabrani di kitab beliau Mu’jamul Ausat terdapat tambahan:
فَإِنَّهُ لَمْ يَذْكُرْهُ أَحَدٌ فِيْ ضِيْقٍ مِنَ الْعَيْشِ إِلاَّ وَسَّعَهُ عَلَيْهِ، وَلاَ ذَكَرَهُ فِيْ سَعَةٍ إِلاَّ ضَيَّقَهَا عَلَيْهِ
“Karena sesungguhnya tidaklah seseorang mengingatnya di waktu susah, kecuali akan membuatnya merasa longgar. Dan tidaklah seseorang mengingatnya di waktu senang, kecuali akan membuatnya merasa sempit.” (Dihasankan Syaikh al-Albani dalam Shahihul Jami’ no. 1211)
Menuntut Ilmu Agama dan Berusaha Mengamalkannya
Peran ilmu tak akan pernah lepas menyertai kesuksesan seorang muslim dalam bertakwa kepada Allah 'azza wa jalla, bahkan ilmu adalah peran yang paling utama. Tanpa ilmu, seorang muslim tak akan bisa membedakan antara kebaikan dan keburukan. Karena ilmu itu adalah cahaya yang menerangi gelapnya kebodohan. Maka tentu berbeda antara orang yang berilmu dengan yang tidak berilmu. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
Katakanlah, apakah sama antara orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu?” (QS. az-Zumar [39]: 9)
Sehingga ketika kita telah memiliki ilmu, maka kita usahakan untuk bisa mengamalkannya. Karena tidaklah seseorang itu dikatakan bertakwa kecuali setelah ia membuktikannya dengan amalannya.
Berteman dengan Orang-orang Shalih
Teman atau lingkungan yang shalih akan sangat membantu kita dalam bertakwa kepada Allah 'azza wa jalla. Oleh karena itu, seorang muslim harus memilih dengan cermat siapa yang akan menjadi temannya, terutama teman dekatnya. Karena lingkungan atau teman dekat akan sangat mempengaruhi kita meskipun tanpa kita sadari. Jika ia baik, kita akan ditarik olehnya ke arah kebaikan, dan sebaliknya, jika ia buruk, kita pun akan ditarik olehnya ke arah keburukan. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda:
الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seseorang itu berada pada agama teman dekatnya, maka hendaklah salah seorang di antara kalian melihat siapakah yang dia jadikan teman dekatnya.” (HR. at-Tirmidzi 2378, dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahihut Tirmidzi 2378)
Maka hendaklah kita pandai-pandai memilih teman, harus yang baik dan shalih. Karena persahabatan yang dibangun di atas ketakwaan itulah yang akan menyelamatkan kita, sedangkan pertemanan yang di bangun di atas saling kerja sama dalam berbuat dosa kepada Allah, maka justru akan berubah menjadi permusuhan di akhirat nanti, meskipun di dunia mereka saling mencintai, baik karena alasan satu partai, satu komplotan, satu geng, karena pacaran, ataupun alasan yang lainnya. Allah ta’ala berfirman:
الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ
Teman-teman akrab pada hari kiamat nanti sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS. az-Zukhruf [43]: 67)
Berdoa
Kiat berikutnya yang seyogyanya senantiasa diperhatikan oleh seorang muslim adalah doa yang selalu ia panjatkan kepada Rabbnya. Sebagai seorang manusia, kita hanyalah makhluk yang lemah tanpa pertolongan dari Allah ta’ala. Bahkan, kelebihan apapun yang kita miliki, hakikatnya semua adalah titipan dari Allah ta'ala. Maka kita sangat perlu meminta kepada Allah, bahkan doa adalah ungkapan kelemahan seorang hamba di hadapan-Nya, sekaligus menunjukkan kebutuhan kita terhadap-Nya. Bahkan Allah sendiri berjanji akan mengabulkan siapa saja yang memohon kepada-Nya, maka janganlah kita ragu untuk terus berdoa.
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
Dan Rabbmu berfirman: ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengabulkan doamu.” (QS. Ghafir [40]: 60)
Di antara doa yang bisa kita panjatkan adalah salah satu doa yang telah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam agar kita menjadi orang yang shalih dan bertakwa yaitu:
اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى
“Ya Allah, aku memohon kepadamu hidayah, ketakwaan, kehormatan diri dan kecukupan.” (HR. Muslim 2721)

Semoga Allah memudahkan kita untuk menjadi hamba-hambaNya yang shalih dan bertakwa hingga kita kembali menghadap-Nya. Allahumma amin.

Abu Ibrohim Ari bin Salimin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.