Keshalihan
seorang muslim adalah bekal utama yang harus dan wajib dimiliki untuk
memperoleh ridho Allah ta’ala, yang dengan ridho-Nya, seorang muslim akan
berbahagia di dunia dan akhirat. Keshalihan seorang muslim adalah bentuk
ketaatan dan ketundukannya kepada Allah ta’ala atas perintah-perintah dan
larangan-laranganNya, yang juga merupakan realisasi dari rasa syukurnya kepada
Allah yang telah memberi nikmat kepadanya, baik nikmat Islam, Iman, kesehatan
maupun yang lainnya. Dengan kata lain, orang yang shalih adalah seorang muslim
yang selalu bertakwa kepada Allah kapan dan dimanapun berada. Tentunya, untuk
menjadi pribadi yang shalih ataupun shalihah tidak semudah yang dibayangkan,
karena pastinya ada ujian yang harus dihadapi oleh setiap muslim dalam
perjalanan hidupnya, terlebih dalam usahanya mentaati Allah 'azza wa jalla.
Maka
pastilah dibutuhkan kesabaran yang ekstra dan sikap yakin akan besarnya pahala
dan ganjaran dari Allah ta’ala yang akan diperolehnya, baik di dunia maupun di
akhirat. Berikut ini adalah beberapa kiat yang semoga bisa membantu kita untuk
menjadi pribadi muslim yang shalih dan shalihah, sehingga kita bisa
beristiqomah dalam ketakwaan kepada Allah 'azza wa jalla hingga kematian
menjemput kita.
Keyakinan
yang Kuat Akan Balasan Surga Bagi Orang-orang yang Shalih
Sungguh Allah
telah menyiapkan balasan yang begitu besar dan tiada terkira bagi orang-orang
yang shalih, yang selalu mentaati Allah dan menjauhi larangan-Nya. Dalam sebuah
hadits qudsi, Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
أَعْدَدْتُ
لِعِبَادِي الصَّالِحِينَ مَا لاَ عَيْنٌ رَأَتْ، وَلاَ أُذُنٌ سَمِعَتْ، وَلاَ
خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ
“Aku
telah menyiapkan bagi hamba-hambaKu yang shalih apa-apa yang tidak pernah
terlihat oleh mata, tak perna terdengar oleh telinga, dan tak pernah terbayang
dalam pikiran manusia.” (HR. Bukhari 4779 dan Muslim 2824)
Niat yang
Ikhlas dan Sungguh-sungguh
Keshalihan
adalah kewajiban bagi setiap muslim, maka niat yang kuat disertai keikhlasan
akan membantu seseorang menjadi pribadi yang shalih dan bertakwa. Karena ketika
niatnya jujur, maka ia akan berusaha bersungguh-sungguh mendapatkan surga yang
ia cita-citakan. Niat yang kuat ini harus ada pada diri masing-masing muslim,
mengingat begitu banyak rintangan yang menghadang ketika ingin menjadi orang
yang shalih dan bertakwa. Apalagi syaitan dan para pengikutnya yang merupakan
musuh nyata bagi manusia, mereka pasti akan selalu berusaha menghalangi manusia
dari jalan Allah dan dari surga-Nya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
menganjurkan kita untuk bersungguh-sungguh meraih apa-apa yang bermanfaat untuk
kita. Beliau bersabda:
احْرِصْ عَلَى مَا
يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجَز
“Bersungguh-sungguhlah
memperoleh apa yang bermanfaat untukmu, mintalah pertolongan kepada Allah dan
janganlah kamu lemah.” (HR. Muslim 2664)
Memperbanyak
Mengingat Kematian
Tak diragukan
bahwa kematian akan dialami oleh siapa saja yang hidup di dunia ini. Meskipun
kita tak pernah tahu kapan kematian akan menjadi giliran kita. Yang jelas,
Allah dan Rasul-Nya telah menjelaskan bahwa kita akan dimintai pertanggungjawaban
atas apa saja yang kita perbuat di dunia ini. Bagi orang-orang yang berbuat
baik dan senantiasa bertakwa kepada Allah ta’ala, maka ia akan memetik
keberuntungan dan kebahagiaan sejak di alam kuburnya. Namun alangkah malangnya
bagi orang-orang yang datang kepada Allah dengan membawa dosa tanpa ampunan
dari-Nya, ia akan merana sejak saat kematian menjemputnya. Maka orang yang
selalu ingat akan hari-hari itu, ia akan mempersiapkan bekal yang
sebaik-baiknya, sedangkan sebaik-baik bekal adalah takwa. Tak heran apabila
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menganjurkan kita untuk banyak-banyak
mengingat kematian, agar kita tidak terpedaya dengan kehidupan yang fana ini.
Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
أَكْثِرُوا ذِكْرَ
هَاذِمِ اللَّذَّاتِ يَعْنِي الْمَوْتَ
“Perbanyaklah
mengingat penghancur kenikmatan, yaitu kematian.” (HR. at-Tirmidzi 2307,
dinilai hasan shahih oleh Syaikh al-Albani dalam Shahihut Targhib wat Tarhib
3333)
Dalam riwayat
Ath-Thabrani di kitab beliau Mu’jamul Ausat terdapat tambahan:
فَإِنَّهُ لَمْ
يَذْكُرْهُ أَحَدٌ فِيْ ضِيْقٍ مِنَ الْعَيْشِ إِلاَّ وَسَّعَهُ عَلَيْهِ، وَلاَ
ذَكَرَهُ فِيْ سَعَةٍ إِلاَّ ضَيَّقَهَا عَلَيْهِ
“Karena
sesungguhnya tidaklah seseorang mengingatnya di waktu susah, kecuali akan membuatnya
merasa longgar. Dan tidaklah seseorang mengingatnya di waktu senang, kecuali akan
membuatnya merasa sempit.” (Dihasankan Syaikh al-Albani dalam Shahihul Jami’
no. 1211)
Menuntut
Ilmu Agama dan Berusaha Mengamalkannya
Peran ilmu
tak akan pernah lepas menyertai kesuksesan seorang muslim dalam bertakwa kepada
Allah 'azza wa jalla, bahkan ilmu adalah peran yang paling utama. Tanpa ilmu,
seorang muslim tak akan bisa membedakan antara kebaikan dan keburukan. Karena
ilmu itu adalah cahaya yang menerangi gelapnya kebodohan. Maka tentu berbeda
antara orang yang berilmu dengan yang tidak berilmu. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي
الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
“Katakanlah,
apakah sama antara orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu?”
(QS. az-Zumar [39]: 9)
Sehingga
ketika kita telah memiliki ilmu, maka kita usahakan untuk bisa mengamalkannya.
Karena tidaklah seseorang itu dikatakan bertakwa kecuali setelah ia
membuktikannya dengan amalannya.
Berteman
dengan Orang-orang Shalih
Teman atau
lingkungan yang shalih akan sangat membantu kita dalam bertakwa kepada Allah
'azza wa jalla. Oleh karena itu, seorang muslim harus memilih dengan cermat
siapa yang akan menjadi temannya, terutama teman dekatnya. Karena lingkungan
atau teman dekat akan sangat mempengaruhi kita meskipun tanpa kita sadari. Jika
ia baik, kita akan ditarik olehnya ke arah kebaikan, dan sebaliknya, jika ia
buruk, kita pun akan ditarik olehnya ke arah keburukan. Rasulullah shalallahu
‘alaihi wa salam bersabda:
الرَّجُلُ عَلَى
دِينِ خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seseorang itu
berada pada agama teman dekatnya, maka hendaklah salah seorang di antara kalian
melihat siapakah yang dia jadikan teman dekatnya.” (HR. at-Tirmidzi 2378,
dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahihut Tirmidzi 2378)
Maka
hendaklah kita pandai-pandai memilih teman, harus yang baik dan shalih. Karena
persahabatan yang dibangun di atas ketakwaan itulah yang akan menyelamatkan
kita, sedangkan pertemanan yang di bangun di atas saling kerja sama dalam
berbuat dosa kepada Allah, maka justru akan berubah menjadi permusuhan di akhirat
nanti, meskipun di dunia mereka saling mencintai, baik karena alasan satu
partai, satu komplotan, satu geng, karena pacaran, ataupun alasan yang lainnya.
Allah ta’ala berfirman:
الْأَخِلَّاءُ
يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ
“Teman-teman
akrab pada hari kiamat nanti sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain,
kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS. az-Zukhruf [43]: 67)
Berdoa
Kiat
berikutnya yang seyogyanya senantiasa diperhatikan oleh seorang muslim adalah
doa yang selalu ia panjatkan kepada Rabbnya. Sebagai seorang manusia, kita
hanyalah makhluk yang lemah tanpa pertolongan dari Allah ta’ala. Bahkan,
kelebihan apapun yang kita miliki, hakikatnya semua adalah titipan dari Allah
ta'ala. Maka kita sangat perlu meminta kepada Allah, bahkan doa adalah ungkapan
kelemahan seorang hamba di hadapan-Nya, sekaligus menunjukkan kebutuhan kita terhadap-Nya.
Bahkan Allah sendiri berjanji akan mengabulkan siapa saja yang memohon
kepada-Nya, maka janganlah kita ragu untuk terus berdoa.
وَقَالَ رَبُّكُمُ
ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
“Dan
Rabbmu berfirman: ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengabulkan doamu.”
(QS. Ghafir [40]: 60)
Di antara doa
yang bisa kita panjatkan adalah salah satu doa yang telah diajarkan oleh Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam agar kita menjadi orang yang shalih dan bertakwa
yaitu:
اللَّهُمَّ إِنِّى
أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى
“Ya
Allah, aku memohon kepadamu hidayah, ketakwaan, kehormatan diri dan kecukupan.”
(HR. Muslim 2721)
Semoga Allah
memudahkan kita untuk menjadi hamba-hambaNya yang shalih dan bertakwa hingga
kita kembali menghadap-Nya. Allahumma amin.
Abu Ibrohim Ari bin Salimin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.