Dakwah merupakan sarana utama untuk
menyebarkan Islam beserta cabang-cabang ilmunya kepada manusia. Melalui dakwah
ini manusia mengetahui kewajiban mereka terhadap Allah subhanahu wa ta'ala,
dan melalui dakwah ini kebenaran akan tersebar, amar ma’ruf akan tegak, tauhid
akan menancap kuat di hati-hati manusia, dan syari’at Islam akan menjadi
pedoman yang utama dalam kehidupan sehari-hari. Tak diragukan lagi bahwa dakwah
adalah bentuk dari nasehat kepada manusia dan upaya untuk mengingatkan mereka
akan kedudukannya sebagai hamba Allah, sehingga mereka dapat merealisasikan
tugasnya beribadah dengan istiqamah, yaitu dengan ketakwaan kepada Allah subhanahu
wa ta'ala.
Kita
Berterima Kasih Kepada Mereka
Alhamdulillah masih banyak
dari saudara kita kaum muslimin yang peduli dengan dakwah Islam yang penuh
berkah ini, di antara mereka adalah orang-orang yang rela menyisihkan sebagian
harta, tenaga dan waktunya untuk membiayai para penuntut ilmu di berbagai
lembaga pendidikan; ada yang berlangganan buletin dan menyebarkannya; ada yang
membeli kemudian membagi-bagikan buku atau majalah dakwah; ada yang mengaadakan
kajian-kajian umum di berbagai tempat dan daerah; ada yang mendatangi
saudara-saudaranya bahkan sampai ke plosok-plosok desa untuk memberi sedikit
pelajaran, nasehat, ataupun khutbah jum’at; ada yang rela menghabiskan banyak
waktunya bahkan bermalam-malam untuk menulis ilmu dan nasehat yang bermanfaat
untuk kaum muslimin; dan bentuk-bentuk lain pengorbanan mereka yang berjuang
untuk agama ini.
Tak jarang di antara mereka
yang harus menempuh jauhnya perjalanan, baik dengan berjalan kaki ataupun berkendaraan
di bawah teriknya matahari dan derasnya hujan, demikian pula rasa capek dan
kelelahan hingga terkadang sakitpun harus ditahan. Melalui mereka-mereka inilah
kita bisa mengenal indahnya Islam, merasakan ketulusan jalinan persaudaraan,
memaknai agungnya nikmat hidayah, dan mengetahui jalan menuju surga. Maka kita
sangat berterima kasih kepada orang-orang seperti mereka. Mereka adalah para
muhsinin, para pejuang dakwah, orang-orang yang dengan ketulusan hatinya
menginginkan kebaikan bagi kaum muslimin dalam urusan dunia maupun akhiratnya,
besar rasa kasih sayang mereka terhadap kaum muslmin yang belum mengenal
agamanya dengan baik, mereka tidak rela bila saudaranya tetap berada dalam
ketidaktahuan sehingga terjerumus kepada perbuatan dosa dan kemaksiatan, mereka
tidak tega bila saudaranya menapaki jalan yang penuh ancaman neraka. Mereka
adalah orang-orang yang menginginkan agar bisa berkumpul bersama
saudara-saudaranya di dalam surga.
Mereka adalah pejuang Islam
yang berusaha menegakkan agama Allah di bumi-Nya. Semoga Allah ta'ala
membalas mereka dengan sebaik-baik balasan di sisi-Nya, memudahkan urusan
mereka, memanjangkan umur mereka dalam ketaatan kepada-Nya, dan memasukkan
mereka ke dalam surga-Nya yang luas. Surga yang merupakan tempat kembali
orang-orang yang bertakwa, di dalamnya terdapat kebun-kebun dan taman-taman
yang indah memukau penuh pesona, dipenuhi istana yang megah dan mewah penuh
keindahan bagi yang memandangnya, mengalir sungai-sungai yang sejuk airnya dan
lezat rasanya bagi yang meneguknya, di dalamnya terdapat segala macam
buah-buahan yang sempurna rasanya, bahkan bidadari-bidadari yang cantik jelita
lagi tetap muda, penghuninya akan mendapatkan apa saja yang ia minta, mereka
akan tinggal di dalamnya selama-lamanya. Alangkah indahnya balasan yang Allah
sediakan bagi hamba-hambaNya yang selalu beriman dan bertakwa.
Sehingga cukuplah bagi kita
janji Allah berupa surga dan neraka sebagai motivasi bagi kita untuk terus
beramal kebaikan dan meninggalkan keburukan serta mendakwahkannya, karena semua
amalan itu pasti akan ada balasannya. Allah ta'ala berfirman:
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا
يَرَهُ. وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ.
“Barangsiapa mengerjakan kebaikan
meskipun sangat sedikit sekali, ia pasti akan melihat balasannya. Dan
barangsiapa mengerjakan keburukan meski sangat sedikit sekali, ia juga pasti
akan melihat balasannya.” (QS. az-Zalzalah [99]: 7-8)
Berikut ini adalah kabar gembira yang kami
kedepankan kepada para pejuang dakwah, semoga menjadi pengingat untuk
senantiasa istiqomah di saat halangan dalam berdakwah menghampirinya.
Dakwah Adalah Tugas Para Nabi dan Rasul ‘alaihimussalam
Allah subhanahu wa ta'ala
berfirman:
وَمَا نُرْسِلُ الْمُرْسَلِينَ إِلَّا
مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ فَمَنْ آمَنَ وَأَصْلَحَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ
وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
“Dan tidaklah kami mengutus para rasul kecuali untuk
berdakwah menyampaikan kabar gembira dan memberi peringatan, maka barangsiapa
yang beriman dan berbuat kebaikan, dia tidak akan merasa takut dan bersedih.”
(QS. al-An’am [6]: 48)
Dari ayat ini, maka sesungguhnya orang-orang
yang berdakwah berarti dia telah mengambil kedudukan yang besar, yaitu
kedudukan sebagai penerus tugas para nabi dan rasul, penyambung lisan-lisan
mereka dan penyampai risalah Allah ta'ala kepada manusia.
Ucapan Yang Disampaikannya Adalah Sebaik-baik
Perkataan
Siapakah orang yang paling
baik perkataannya? Dia adalah orang yang berdakwah menyeru kepada agama Allah
sebagaimana disebutkan dalam Firman Allah subhanahu wa ta'ala:
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى
اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang
yang berdakwah menyeru kepada agama Allah dan beramal shalih, serta mengatakan
bahwa aku adalah termasuk orang-orang yang berserah diri.” (QS. Fushshilat
[41]: 33)
Mendapat Pahala Sama Seperti Orang Yang
Didakwahi
Bagaikan orang yang
menciptakan mesin uang dengan mendirikan banyak perusahaan beserta pekerjanya,
meskipun ia hanya duduk santai di rumahnya namun mesin uangnya terus menerus
bekerja menghasilkan uang dan keuntungan yang banyak baginya. Bayangkanlah
betapa besar pahala orang yang mengajak kepada kebaikan, sesungguhnya ia sedang
menciptakan mesin pahala untuk kebaikan dunia dan akhiratnya. Ketika orang yang
didakwahinya mau mengamalkan kebaikan yang diajarkannya, maka ia pun akan
mendapatkan pahala yang sama. Bahkan meskipun ia telah meninggal dunia. Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ
فَاعِلِهِ
“Barangsiapa memberi petunjuk kepada
kebaikan, maka ia akan mendapat pahala sebagaimana orang yang mengerjakannya.”
(HR. Muslim 1893)
Pahalanya Akan Terus Mengalir
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ
عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ
يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika manusia meninggal dunia maka
terputuslah amalnya kecuali tiga: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau
anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim 1631)
Tak diragukan lagi bahwa dakwah adalah
termasuk amal jariyah yang pahalanya terus mengalir meski pelakunya telah
meninggal dunia, karena dakwah adalah bentuk dari menyebarkan ilmu yang
bermanfaat kepada manusia.
Demikianlah beberapa dari keutamaan dakwah
yang akan diperoleh bagi para da’i ataupun orang-orang menyebarkan ilmu.
Tentunya ada hal yang harus selalu diperhatikan dan dijaga dalam berdakwah
kepada agama Allah, yang di antaranya dijelaskan oleh para ulama adalah harus
ikhlas, berbekal ilmu, sabar, lemah lembut, berhias dengan akhlak yang baik,
memulai dengan dakwah tauhid, memulai dari diri sendiri dan keluarga.
Rambu-rambu Bagi Para Pendakwah
Peringatan yang hendaknya selalu diingat
dan diperhatikan oleh orang-orang yang berdakwah adalah agar berusaha selalu
mengamalkan kewajiban-kewajiban dan menjauhi larangan-larangan agama yang telah
didakwahkannya sesuai kemampuannya.
Dari Abu Zaid
Usamah bin Zaid bin Haritsah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata bahwa
beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يُؤْتَى بِالرَّجُلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُلْقَى
فِي النَّارِ فَتَنْدَلِقُ أَقْتَابُ بَطْنِهِ فَيَدُورُ بِهَا كَمَا يَدُورُ الْحِمَارُ
فِي الرَّحَا فَيَجْتَمِعُ إِلَيْهِ أَهْلُ النَّارِ فَيَقُولُونَ يَا فُلَانُ مَا
لَكَ؟ أَلَمْ تَكُ تَأْمُرُ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَى عَنِ الْمُنْكَرِ؟! فَيَقُولُ
بَلَى كُنْتُ آمُرُ بِالْمَعْرُوفِ وَلَا آتِيْهِ وَأَنْهَى عَنِ الْمُنْكَرِ وَآتِيْهِ
“Pada hari
kiamat nanti akan didatangkan seseorang yang diseret lalu dilempar ke dalam
neraka sehingga usus-usus perutnya pun keluar, lalu dia pun berputar-putar dengan
usus yang terburai itu sebagaimana berputarnya keledai mengitari alat
penggilingan. Maka penduduk neraka pun mengerumuninya dan berkata, ‘Hai Fulan,
ada apa denganmu?! Bukankah engkau yang menyuruh kepada yang baik dan melarang
dari yang mungkar?’ Ia menjawab, ‘Benar, dahulu akulah yang menyuruh pada
kebaikan tetapi aku tidak mengerjakannya dan aku melarang kemungkaran tapi aku
melakukannya.’” (HR. Bukhari 7098 dan
Muslim 2989)
Dalam Syarh Riyadhush Shalihin, ketika sampai pada penjelasan
hadits ini di Bab Taghlid ‘Uqubah min Amrin bima’ruf, Syaikh Muhammad
bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah menerangkan:
“Hadits ini mengandung peringatan yang sangat keras bagi orang yang
melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar namun perbuatannya menyelisihi ucapannya…
Orang yang dilempar ke dalam api neraka dengan berputar-putar menyeret ususnya ini
-wal ‘iyyadzubillah-, keadaannya sebagaimana keledai yang berputar
mengelilingi alat penggilingan, maka para penghuni neraka akan mengerumuinya,
mereka pun berkata, “Ada apa denganmu, apa yang membuatmu datang ke tempat ini,
bukankah kamu yang dulu menegakkan amar ma’ruf dan nahi mungkar?” Maka dia
menjawab mengakui dirinya, “Dahulu akulah yang mengajak kepada kebaikan tetapi
aku tidak mengerjakannya.” Dia menyeru manusia untuk mendirikan shalat
sedangkan dia sendiri tidak shalat, ia menyuruh orang lain untuk menunaikan
zakat tapi dia sendiri tidak membayar zakat, dia menyuruh untuk berbakti kepada
orang tua namun dia sendiri tidak berbakti kepada orang tuanya. Dan
demikianlah, dia menyuruh kepada kebajikan namun dia sendiri tidak
melakukannya. Demikianlah, ia menyuruh orang berbuat kebaikan namun justru ia
sendiri melanggarnya.
Dia juga mengatakan, “Dan aku melarang kemungkaran tetapi aku
melakukannya.” Dia berkata kepada manusia “Jangan berbuat ghibah, jangan
berbuat riba, jangan menipu dalam jual beli, jangan berbuat buruk kepada
keluarga dan tetangga” serta hal-hal yang semisalnya dari perkara-perkara haram
yang dia larang. Namun dia sendiri melakukan keharaman itu, wal
iyyadzubillah.” Demikian ucapan Syaikh, Allahu a’lam.
Abu
Ibrohim Ari bin Salimin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.