Sesungguhnya apapun
yang kita miliki di dunia ini hanyalah titipan dari Allah 'azza wa jalla,
maka apabila Allah telah berkehendak mengambil titipan-Nya, Dia akan
mengambilnya dari kita. Demikian pula jasad kita, ketika Allah telah
menghendaki untuk mencabutnya, maka Allah pun mengambilnya dari kita. Maka terpisahlah
ruh kita tanpa jasad. Saat itu berhentilah amal dan perbekalan. Tinggal pertanggungjawaban
atas apa yang kita lakukan di dunia selama ini. Karena sejak saat itu kita
berpindah ke alam kubur (atau disebut juga dengan alam barzakh).
Sesungguhnya Alam kubur adalah
tempat persinggahan pertama perjalanan ruh manusia setelah dicabut dari
jasadnya. Alam kubur menjadi penentu keadaan seseorang di perjalanan
selanjutnya. Maka sungguh apabila kita merenungi perjalanan ruh setelah dicabut
dari jasadnya, hal itu akan mengingatkan kita kepada kehidupan akhirat.
Sehingga bila kita sudah terlalu sibuk dengan dunia, iman kita menurun dan
ibadah terasa malas, ingatlah kematian, atau sempatkanlah berziarah ke kuburan.
Di sana ada saudara-saudara kita yang mungkin sebelumnya kita pernah
berkata-kata dengan mereka, bercanda dan saling menyapa, tapi kini mereka telah
terbujur kaku di bawah tanah. Bukan tidur sebagai peristirahatan terakhir, namun
mereka sedang mengawali perjalanan mereka yang sangat amat panjang, perjalanan
yang kita tidak pernah tahu berapa lama akan berakhir. Cepat atau lambat
kitapun akan segera menyusul mereka. Jasad kita akan dimasukkan ke dalam lubang
yang sempit, gelap gulita dan pengap tanpa udara, bahkan terendam air di saat
hujan meresap ke dalamnya. Bekal apakah yang sudah kita persiapkan?!
كَانَ عُثْمَانُ بْنُ
عَفَّانَ إِذَا وَقَفَ عَلَى قَبْرٍ يَبْكِيْ حَتَّى يَبَلَّ لِحْيَتَهُ، فَقِيْلَ
لَهُ: تُذَكَّرُ الجنَّةَ والنَّارَ وَلَا تَبْكِيْ، وتَبْكِيْ مِنْ هَذَا؟ قَالَ:
إِنَّ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: إِنَّ القَبْرَ
أَوَّلُ مَنَازِلِ الآخِرَةِ، فَإِنْ نَجَا مِنْهُ، فَمَا بَعْدَهُ أَيْسَرُ
مِنْهُ، وَإِنْ لَمْ يَنْجُ مِنْهُ، فَمَا بَعْدَهُ أَشَدُّ مِنْهُ. قَالَ:
وَقَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا رَأَيْتُ
مَنْظَرًا قَطُّ إِلَّا وَالقَبرُ أَفْظَعُ مِنْهُ
Dahulu Ustman
bin ‘Affan radhiyallahu 'anhu apabila beliau berdiri di kuburan, beliau
menangis hingga membasahi jenggotnya. Maka dikatakan kepada beliau: “Engkau
diingatkan dengan surga dan neraka engkau tidak menangis, tapi engkau menangis
karena sebuah kuburan?” Ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
pernah bersabda: “Sesungguhnya alam kubur adalah awal perjalanan akhirat,
apabila seseorang selamat di alam kubur maka setelahnya akan lebih mudah, namun
apabila tidak selamat, maka setelahnya akan lebih berat.” Ustman radhiyallahu
‘anhu berkata lagi: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Aku tidak pernah melihat suatu pemandangan pun yang lebih mengerikan
daripada kuburan.” (HR. Tirmidzi 2308, dinilai hasan oleh Syaikh al-Albani
dalam Shahihut Tirmidzi 2308)
Sebagai
seorang muslim, kita harus meyakini apapun yang dikabarkan oleh Nabi kita
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam -selama hal itu sah datangnya
dari beliau- sebagai kebenaran. Maka di antara yang beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam kabarkan adalah bahwa setiap manusia akan ditanya di alam
kuburnya. Inilah yang dimaksud oleh para ulama dengan fitnah (ujian) kubur.
Perjalanan
Ruh Orang yang Beriman
Dalam sebuah
hadits yang panjang yang banyak diriwayatkan oleh para Imam, disebutkan tentang
perjalanan ruh manusia setelah ia dicabut dari jasadnya hingga ke alam kubur. Dari
al-Barra’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:
Kami pernah
keluar bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengiringi
jenazah seorang laki-laki dari kaum Anshar. Ketika kami sampai di kuburan,
sambil menunggu liang lahatnya digali, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam duduk. Kamipun duduk di sekitar beliau (dengan tenang) seakan-akan
di kepala kami ada burung.
Di tangan
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ada ranting, beliau
mengetuk-etukannya ke tanah, kemudian beliau mengangkat kepalanya ke langit.
Lalu bersabda:
اِسْتَعِيْذُوْا
بِاللهِ مِنْ عَذَابِ القَبْرِ
“Mintalah
perlindungan kepada Allah dari adzab (siksa) kubur.” Beliau mengucapkannya dua
atau tiga kali.
Kemudian
beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Sesungguhnya
seorang hamba yang beriman ketika hendak meninggalkan dunia dan menuju akhirat,
turunlah kepadanya para Malaikat dari langit yang wajahnya putih, seolah-olah
wajah mereka seperti matahari. Mereka membawa kain kafan dari surga dan hanuth
(minyak wangi) dari surga. Merekapun duduk di sekitar hamba yang beriman itu
sejauh mata memandang. Kemudian datanglah Malaikat Maut ‘alaihissalam.
Dia duduk di samping kepalanya dan mengatakan, “Wahai jiwa yang baik, keluarlah
menuju ampunan Allah dan ridha-Nya.”
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam melanjutkan: Keluarlah ruh itu dari jasad, sebagaimana
tetesan air mengalir dari mulut ceret, maka diambillah ruhnya oleh Malaikat
Maut. Ketika telah dipegang oleh Malaikat Maut, para malaikat yang lain tidak
membiarkannya sekejap matapun berada padanya, sehingga mereka pun langsung
mengambilnya. Para malaikat menjadikan ruh itu berada di kain kafan dan hanuth
yang mereka bawa. Keluarlah ruh itu dengan sangat harum seperti harumnya parfum
yang paling wangi yang pernah ada di bumi.
Raulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan: Para
malaikat inipun membawa naik ruh itu. Tidaklah mereka melewati malaikat yang
lain, kecuali mereka akan bertanya: “Ruh siapakah yang baik ini?” Mereka
menjawab, “Fulan bin Fulan” -dengan nama terbaik yang pernah menjadi namanya di
dunia-. Hingga sampailah mereka di langit dunia, mereka minta agar pintu langit
dibukakan, lalu dibukakanlah pintu untuk mereka. Maka para Malaikat yang
terlewati di setiap langit ikut mengantarkan mereka hingga terus naik menuju
langit berikutnya. Hingga berhentilah mereka di langit ke tujuh. Kemudian Allah
'azza wa jalla berfirman, “Tulis catatan amal hamba-Ku di Illiyin, dan
kembalikanlah ia ke bumi. Sesungguhnya dari bumi lah Aku menciptakan mereka,
kepadanyalah Aku mengembalikan mereka, dan darinya Aku bangkitkan mereka untuk
yang kedua kalinya.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan: Maka
dikembalikanlah ruhnya ke jasadnya. Lalu datanglah dua malaikat dan
mendudukkannya. Keduanya bertanya kepadanya: “Siapa Rabbmu?” Hamba beriman ini
menjawab, “Rabbku Allah.” Keduanya bertanya lagi: “Apa agamamu?”, Ia menjawab:
“Agamaku islam” Keduanya kembali bertanya: “Siapakah orang yang diutus di
tengah kalian?” Ia menjawab, “Dia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
Kedua malaikat itu melanjutkan: “Apa ilmumu?” Hamba beriman ini menjawab: “Saya
membaca kitab Allah, saya mengimaninya dan saya membenarkannya.” Tiba-tiba ada
yang berseru dari arah langit, “Hamba-Ku telah berkata benar, bentangkan
untuknya permadani dari surga, pakaikanlah dia pakaian surga, dan bukakanlah
untuknya pintu menuju surga.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: Maka
datanglah kepadanya angin surga dan wanginya surga, dan kuburannya pun
diluaskan sejauh matanya memandang.
Kemudian
datanglah seseorang yang rupawan wajahnya, bagus pakaiannya, dan harum baunya.
Dia mengatakan, “Kabar gembira dengan sesuatu yang menyenangkanmu. Inilah hari
yang dulu dijanjikan untukmu.” Maka hamba beriman tadi bertanya: “Siapa kamu,
wajahmu ini wajah yang datang membawa kebaikan?” Orang yang berwajah rupawan
ini menjawab, “Saya adalah amal shalihmu.” Segeralah hamba yang beriman tadi
berkata: “Ya Rabb tegakkanlah Hari Kiamat, agar aku bisa segera kembali kepada
keluargaku dan hartaku.”
(HR. Ahmad
18534, Syaikh Syuaib Al-Arnauth menyatakan sanadnya shahih dalam tahqiq beliau
atas Musnad Imam Ahmad, dan Syaikh al-Albani menilai hadis ini
shahih dalam Shahihut Targhib wat Tarhib 3558)
Pelajaran
Tiga
pertanyaan yang nampaknya sangat mudah untuk dijawab, namun ia bukanlah
pertanyaan yang jawabannya hanya sekedar dihafal di lisan saja. Ia adalah
pertanyaan alam kubur, hanya orang-orang yang yang diberi taufik oleh Allah subhanahu
wa ta'ala sajalah yang bisa menjawabnya. Mereka adalah orang-orang yang
mempelajari agama Islam ini, mereka pun mengenal Allah, mengenal Rasulullah,
dan mengenal agama Islam ini dengan baik dan benar. Kemudian mereka pun
mengimaninya dan mengamalkannya dalam kehidupannya, sehingga jadilah mereka
hamba-hamba yang beriman. Ini nampak dari jawaban mereka ketika ditanya oleh
malaikat tentang sumber ilmu mereka, mereka mengatakan, “Saya membaca kitab
Allah, saya mengimaninya dan saya membenarkannya.” Inilah yang Allah firmankan
dalam al-Qur’an:
يُثَبِّتُ اللَّهُ
الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي
الْآخِرَةِ
“Allah
meneguhkan orang-orang yang beriman dengan perkataan yang teguh di dunia dan di
akhirat.” (QS. Ibrahim [14]: 27)
Syaikh Shalih
al-Fauzan hafidzahullah mengatakan: “Ini disebabkan keimanannya kepada
Allah dan Rasul-Nya, dan bukan karena sekedar pembelajaran ataupun
pengetahuan.” (Komentar beliau dalam Syarh Aqidah ath-Tahawiyah Libni Abil
Izz-al Hanafi hal 410)
Alangkah
bahagianya keadaan seorang mukmin ketika ia telah memasuki kuburnya dan lulus
menjawab pertanyaan malaikat. Kini ia telah berhenti dari kehidupan dunianya
yang penuh dengan kepenatan dan kelelahan menghadapi berbagai cobaan dan ujian.
Kini ia telah merasakan sebuah taman di antara taman-taman surga. Sungguh awal
kehidupan akhirat yang menyenangkan. Untuk yang seperti inilah hendaknya
manusia berlomba-lomba meraihnya. Semoga Allah subhanahu wa ta'ala
menjadikan kita termasuk ke dalam golongan mereka.
Perjalanan
Ruh Orang Kafir
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: Adapun hamba yang kafir, ketika hendak
meninggalkan dunia dan menuju akhirat, turunlah para malaikat berwajah hitam
dari langit, mereka membawa al-Musuuh (kain yang kasar). Mereka duduk di
sekitar orang itu sejauh mata memandang. Kemudian datanglah Malaikat Maut dan
duduk di samping kepalanya. Dia berkata: “Wahai jiwa yang busuk, keluarlah
menuju kebencian Allah dan kemurkaan-Nya.”
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam melanjutkan: Maka ruhnya terpencar di dalam tubuhnya.
Lalu Malaikat Maut mencabutnya sebagaimana dicabutnya gancu dari kain wol yang
basah, dan ia pun mengambilnya. Para malaikat yang lain tidak membiarkannya
sekejap matapun berada pada Malaikat Maut, sehingga mereka pun langsung
mengambilnya dan menjadikannya berada pada al-Musuuh yang mereka bawa.
Keluarlah darinya seperti bau bangkai yang paling busuk yang pernah ada di
bumi. Mereka pun membawa ruh ini naik. Setiap kali mereka melewati malaikat,
malaikat itupun bertanya, “Ruh siapakah yang busuk ini?” Mereka menjawab,
“Fulan bin Fulan.” -dengan nama yang paling buruk yang pernah menjadi namanya
di dunia- hingga sampailah mereka di langit dunia. Kemudian mereka minta
dibukakan, tetapi tidak dibukakan. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam membaca Firman Allah:
لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ
أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِي
سَمِّ الْخِيَاطِ
“Tidak
akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk
surga, hingga ada unta masuk ke lubang jarum.” (QS. al-A’raf [7]: 40)
Kemudian
Allah 'azza wa jalla berfirman, “Tulislah catatan amalnya di Sijjin, di bumi
yang paling rendah.” Kemudian ruhnya pun dihempaskan. Kemudian Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam membaca Firman Allah:
وَمَنْ يُشْرِكْ
بِاللَّهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ أَوْ
تَهْوِي بِهِ الرِّيحُ فِي مَكَانٍ سَحِيقٍ
“Barangsiapa
mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka seolah-olah ia jatuh dari langit
lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.”
(QS. al-Haj [22]: 31)
Kemudian
ruhnya dikembalikan ke jasadnya. Lalu datanglah dua malaikat dan
mendudukkannya. Keduanya pun bertanya kepadanya: “Siapa Rabmu?” Maka hamba yang
kafir ini menjawab, “Hah..hah.. saya tidak tahu.” Malaikat bertanya lagi: “Apa
agamamu?”, Ia menjawab lagi: “Hah..hah.. saya tidak tahu,” jawab si kafir. “Siapakah orang yang
diutus di tengah kalian?” Dia kembali menjawab: “Hah..hah.. saya tidak tahu.”
Tiba-tiba muncullah suara dari langit: “Dia telah berdusta, bentangkan untuknya
tikar dari neraka, dan bukakan untuknya pintu menuju neraka.”
Maka
datanglah kepadanya panasnya neraka dan racun neraka, kemudian kuburnya
disempitkan hingga tulang-tulang rusuknya saling berhimpit. Kemudian datanglah
seorang yang wajahnya sangat buruk, bajunya sangat jelek, dan baunya pun sangat
busuk. Dia berkata: “Bergembiralah dengan kabar yang buruk untukmu, inilah hari
yang dulu pernah dijanjikan kepadamu.” Si kafirpun bertanya, “Siapa kamu?
Wajahmu ini wajah yang datang membawa keburukan.” Orang tadi menjawab, “Saya
adalah amalanmu yang buruk.” Maka dia berkata: “Ya Rabb, jangan Engkau tegakkan
hari Kiamat.”
(HR. Ahmad
18534, Syaikh Syuaib Al-Arnauth menyatakan sanadnya shahih dalam tahqiq beliau
atas Musnad Imam Ahmad, dan Syaikh al-Albani menilai hadis ini
shahih dalam Shahihut Targhib wat Tarhib 3558)
Dalam riwayat
lain ada tambahan:
وَأَمَّا
الْمُنَافِقُ وَالْكَافِرُ فَيُقَالُ لَهُ مَا كُنْتَ تَقُولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ
فَيَقُولُ لاَ أَدْرِي كُنْتُ أَقُولُ مَا يَقُولُ النَّاسُ فَيُقَالُ لاَ
دَرَيْتَ، وَلاَ تَلَيْتَ وَيُضْرَبُ بِمَطَارِقَ مِنْ حَدِيدٍ ضَرْبَةً فَيَصِيحُ
صَيْحَةً يَسْمَعُهَا مَنْ يَلِيهِ غَيْرَ الثَّقَلَيْنِ
Adapun orang
kafir dan orang munafik, maka ditanyakan kepadanya: “Apa yang engkau ucapkan
terhadap orang ini (Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam)?” Dia
menjawab: “Aku tidak tahu, dulu aku hanya mengucapkan apa yang diucapkan oleh
orang-orang.” Maka dikatakanlah kepadanya: “Engkau tidak tahu dan tidak mau
tahu!” Akhirnya dipukullah ia sekali pukul dengan alat pemukul dari besi, maka
ia pun berteriak dengan sekeras-kerasnya hingga bisa didengar oleh semua
makhluk yang ada di sekitarnya, kecuali jin dan manusia. (HR. Bukhari 1374, Abu
Dawud 4753)
Pelajaran
Sungguh
mengerikannya keadaan orang-orang yang kafir dan tidak beriman di alam
kuburnya. Sungguh tak akan ada yang bisa menolongnya kecuali Allah. Namun Allah
tak akan pernah menolongnya, karena ia telah durhaka dan ingkar kepada Allah
ketika di dunia. Berbanding terbalik dengan keadaan orang yang beriman; orang
kafir tidak beriman kepada Allah dan rasul-Nya, atau tidak beriman dengan
keimanan yang benar, bahkan ia tidak peduli dengan agama Islam sebagaimana
dikatakan oleh malaikat, “Engkau tidak tahu dan tidak mau tahu!” Maka alam
kubur menjadi tempat singgah yang sangat mengerikan baginya, sebelum kelak akan
datang siksa yang jauh lebih dahsyat yang menghadangnya di neraka. Itulah
tempat kembali orang-orang yang celaka.
Syaikh Shalih
al-Fauzan hafidzahullah mengatakan: “Adapun orang-orang yang tidak
memiliki keimanan, maka ia terlambat dalam menjawabnya, mereka adalah
orang-orang munafik yang menampakkan keimanan sewaktu di dunia dan
menyembunyikan kekufuran dalam hatinya, maka orang seperti ini tak akan bisa
menjawab.” (Komentar beliau dalam Syarh Aqidah ath-Tahawiyah Libni Abil
Izz-al Hanafi hal 410)
Lalu apakah
yang mendapat siksa di alam kubur hanyalah orang-orang kafir dan munafik saja?
Ternyata tidak, karena dalam hadits yang lain disebutkan bahwa siksa kubur juga
bisa menimpa orang yang bermaksiat.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ
قَالَ مَرَّ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم بِقَبْرَيْنِ فَقَالَ إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ
وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لاَ يَسْتَتِرُ مِنَ
الْبَوْلِ، وَأَمَّا الآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ
Dari Ibnu
Abbas radhiyallahu 'anhuma, ia berkata: Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam pernah melewati dua kuburan, kemudian beliau bersabda, ”Sesungguhnya
kedua penghuni kubur ini benar-benar sedang diadzab (disiksa). Keduanya bukan
diazab karena masalah yang dianggap besar. Adapun salah satunya disebabkan
karena tidak menjaga diri dari kencingnya, sedangkan satunya lagi karena
berjalan di muka bumi mengadu domba di antara manusia.” (HR. Bukhari 218 dan
Muslim 292)
Semoga Allah subhanahu
wa ta'ala melindungi kita dari siksa kubur. Allahumma aamiin yaa
Mujiibas Saa-iliin.
Abu Ibrohim Ari bin Salimin
Abu Ibrohim Ari bin Salimin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.