Keimanan adalah hal yang wajib dimiliki bagi setiap orang yang mengaku
beragama Islam. Iman adalah seperti yang dikatakan oleh para ulama di
kitab-kitab akidah, yaitu meyakini dengan hati, mengucapkannya dengan lisan,
diamalkan dengan anggota badan, serta iman itu bertambah dengan ketaatan dan
berkurang dengan kemaksiatan. Iman adalah sebagaimana disebutkan dalam hadits
Jibril yang masyhur yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, yaitu iman kepada
Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, Rasul-rasulNya, hari akhir dan
iman kepada takdir yang baik maupun buruk. Dalam tulisan ini dibahas tentang
iman kepada malaikat yang merupakan rukun iman yang kedua dalam Islam dan
merupakan iman kepada yang ghaib.
Makna Iman kepada Malaikat
Iman kepada malaikat adalah mengimani akan keberadaan mereka dengan
keimanan yang kokoh tanpa disertai dengan keraguan. (Al-Wajiiz fii Aqiidatis
Salafis Shaalih hal. 32) Allah 'azza wa jalla berfirman:
آمَنَ
الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ
بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ
“Rasul
telah beriman kepada al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya,
demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah,
malaikat-malaikatNya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasulNya.” (QS. al-Baqarah
[2]: 285)
Poin-poin Iman kepada Malaikat
Kita mengimani bahwa
malaikat berjumlah sangat banyak sekali dan tidak ada yang mengetahuinya
kecuali Allah subhanahu wa ta’ala. Disebutkan dalam Shahih Bukhari dan
Muslim bahwa setiap hari ada tujuh puluh ribu malaikat mendatangi Baitul Ma’mur
untuk menunaikan shalat, dan jika mereka telah keluar dari sana, maka mereka
tak akan pernah kembali lagi.
Kita mengimani wujud mereka
dan bahwa mereka adalah hamba-hamba Allah yang diciptakan dari cahaya dan
mempunyai jasad, bukan sesuatu yang maknawi dan bukan kekuatan yang
tersembunyi. Mereka adalah merupakan salah satu makhluk Allah, dan
mereka bertempat tinggal di langit. Malaikat mempunyai bentuk yang besar, di antara
mereka ada yang mempunyai dua sayap, ada yang tiga, ada yang empat dan ada pula
yang memiliki lebih banyak lagi, telah sahih bahwa malaikat Jibril ‘alaihissalam
memiliki enam ratus sayap. Para malaikat adalah pasukan di antara
pasukan-pasukan Allah, mereka sanggup berubah wujud menjadi apapun dan mengubah
bentuk seperti manusia sesuai dengan keadaan yang diizinkan oleh Allah subhanahu
wa ta’ala. Mereka adalah makhluk yang dekat dengan Allah dan dimuliakan.
Mereka tidak disifati dengan laki-laki ataupun perempuan, tidak menikah dan
tidak berketurunan. Mereka tidak makan dan tidak minum, tetapi makanan mereka
adalah tasbih (ucapan subhanallah) dan tahlil (ucapan laa ilaaha
illallaah), dan mereka tidak merasa bosan, lelah, maupun letih. Mereka
disifati dengan kebaikan, keindahan, malu dan disiplin. (Al-Wajiiz fii Aqiidatis
Salafis Shaalih hal. 33)
Allah subhanahu
wa ta'ala berfirman mensifati malaikat-malaikatNya:
بَلْ
عِبَادٌ مُكْرَمُونَ. لَا يَسْبِقُونَهُ بِالْقَوْلِ وَهُمْ بِأَمْرِهِ
يَعْمَلُونَ
“Sebenarnya
(malaikat-malaikat itu) adalah hamba-hamba yang dimuliakan. Mereka itu tidak
mendahului-Nya dengan perkataan, dan mereka mengerjakan perintah-perintahNya.”
(QS. al-Anbiya [21]: 26-27)
وَمَنْ
عِنْدَهُ لَا يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِهِ وَلَا يَسْتَحْسِرُونَ.
يُسَبِّحُونَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لَا يَفْتُرُونَ
“Dan
malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk
menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan
siang tiada henti-hentinya.” (QS. al-Anbiya: 26-27)
Allah ta'ala menutupi mereka dari kita sehingga kita tidak bisa
melihatnya, dan terkadang Allah memperlihatkan mereka kepada sebagian dari
hamba-Nya sebagaimana Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam pernah
melihat malaikat Jibril dalam bentuknya yang asli. Ia mempunyai enam ratus
sayap yang menutupi ufuk. Malaikat Jibril pernah menemui Maryam ‘alaihassalam
dalam bentuk sama seperti manusia, malaikat Jibril berbicara kepada Maryam dan
Maryam pun berbicara kepadanya. Malaikat Jibril juga pernah mendatangi Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam dan para sahabatnya dalam rupa seorang laki-laki yang
tidak dikenal dan tidak terlihat padanya tanda-tanda orang yang sedang
bepergian, bajunya sangat putih dan rambutnya sangat hitam, kemudian ia duduk
di hadapan Nabi, lalu menyandarkan lututnya ke lutut Nabi dan meletakkan
telapak tangannya di atas kedua pahanya, lalu berbicara kepada Nabi dan Nabi
pun berbicara kepadanya. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
mengabarkan kepada para sahabatnya bahwa orang itu adalah malaikat Jibril. (Aqidah
Ahlissunnah wal Jamaah, hal. 16)
Nama-nama Malaikat dan Tugasnya
Kita mengimani bahwa para malaikat memiliki tugas-tugas yang Allah
bebankan kepada mereka. Mereka melakukan apa-apa yang diperintahkan oleh Allah
dan tidak melanggarnya sebagaimana Allah firmankan:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا
النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ
اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS.
at-Tahrim [66]: 6)
Syaikh Abdullah bin Abdul Hamid al-Atsari hafidzahullah berkata:
“Ahlus Sunnah mengimani para malaikat secara umum, adapun secara rinci maka
hanya yang datang dari hadits yang shahih dan siapa saja yang namanya
disebutkan oleh Allah ta'ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Seperti Jibril yang bertugas menyampaikan wahyu, Mika’il yang
bertugas menurunkan hujan, Israfil yang ditugaskan meniup sangkakala, Malaikat
maut yang ditugasi mencabut nyawa, Malik yang menjaga neraka, Ridwan yang
menjaga surga, dan dua malaikat yang menanyai orang mati yang bernama Munkar
dan Nakir ‘alaihimussalam. (Al-Wajiiz fii Aqiidatis Salafis Shaalih
hal. 32)
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah menyebutkan
juga nama-nama malaikat beserta tugas mereka. Di antara mereka ada malaikat
yang bertugas meniupkan ruh kepada janin di dalam rahim, dan yang lainnya ada
yang bertugas menjaga manusia. Ada juga yang bertugas mencatat amal-amal
manusia, dimana pada setiap manusia terdapat dua malaikat, Allah subhanahu
wa ta’ala berfirman:
إِذْ
يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ. مَا
يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
“(Yaitu)
ketika dua orang Malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah
kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang
diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat pengawas yang selalu hadir.”
(QS. Qaaf [50]: 17-18) (Aqidah Ahlissunnah wal Jamaah hal. 16)
Buah dari Keimanan kepada Malaikat
Iman kepada malaikat memiliki
berbagai faedah bagi seorang hamba, yang jika ia merenunginya maka akan
bertambah keimanannya kepada Allah Yang Maha Menciptakan. Syaikh Muhammad bin
Shalih al-Utsaimin rahimahullah menyebutkan faedah-faedah dari iman
kepada malaikat dalam kitabnya “Aqidah Ahlissunnah wal Jamaah” halaman
32, beliau berkata:
“Di antara
buah dari keimanan kepada malaikat adalah:
Pertama:
mengetahui keagungan, kekuatan dan kekuasaan pencipta mereka (yaitu Allah) tabaraka
wa ta’ala.
Kedua:
rasa syukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas pemeliharaan-Nya
terhadap hamba-Nya dengan mengutus malaikat kepada mereka, yang diberi tugas
menjaga dan menulis amal-amal hamba-Nya dan selainnya dari kebaikan-kebaikan
perbuatan mereka.
Ketiga:
rasa cinta kepada malaikat, dimana mereka beribadah kepada Allah dengan ibadah
yang sempurna, dan karena mereka memohonkan ampun kepada orang-orang mukmin.”
Di antara pelajaran yang dapat kita ambil juga adalah bahwa malaikat
merupakan makhluk yang berukuran sangat besar, namun mereka tetap tunduk dan
patuh kepada perintah Allah ta'ala. Sedangkan kita sebagai manusia
hanyalah makhluk kecil yang lemah dan tak mampu berbuat apa-apa tanpa
pertolongan Allah Yang Maha Kuasa. Oleh karena itu sangatlah tidak pantas bila
kita menyombongkan diri di hadapan makhluk Allah yang lain, maka sudah
semestinya kita untuk selalu mentaati Allah subhanahu wa ta'ala yang
telah memberikan kita kekuatan dan semua kenikmatan yang telah kita rasakan.
Demikianlah apa yang dapat kami sampaikan dari pembahasan singkat tentang
iman kepada Malaikat dan semoga bermanfaat.
Abu Ibrohim Ari bin Salimin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.