DOA SEBAGAI TAWASSUL
Adapun perkara yang paling agung dan
paling penting adalah doa. Sebagaimana hal ini ada dalam riwayat salah seorang
ulama salaf:
تَذَكَّرْتُ مَا جِمَاعُ
الخَيْرِ، فَإِذَا الخَيْرُ الكَثِيْرُ الصَّوْمُ وَالصَّلَاةُ، وَإِذَا هُوَ فِيْ
يَدِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَإِذَا أَنْتَ لَا تَقْدِرُ عَلَى مَا فِيْ يَدِ اللهِ
عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا أَنْ تَسْأَلَهُ فَيُعْطِيْكَ، فَإِذَا جِمَاعُ الخَيْرِ الدُّعَاءُ
“Aku teringat tentang apakah
yang mengumpulkan semua kebaikan, ternyata kebaikan yang banyak ada pada puasa
dan shalat. Namun ternyata kebaikan yang banyak itu hanya ada di tangan Allah
'azza wa jalla, dan ternyata engkau tak akan mampu memperoleh apa yang ada di
tangan Allah 'azza wa jalla kecuali dengan meminta kepada-Nya, sehingga Dia pun
akan memberimu. Maka ternyata yang mengumpulkan semua kebaikan adalah doa.”
(Ucapan Mutharrif rahimahullah dalam Az-Zuhd Imam Ahmad hal. 193, Lihat Mawa’idz
Shalihin wash Shalihat oleh Syaikh Hani al-Hajj hal. 422)
Dan Allah tidak akan menolak doa
orang-orang yang memohon kepada-Nya. Allah 'azza wa jalla berfirman:
وَقَالَ رَبُّكُمُ
ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
“Dan Rabb-Mu berfirman: ‘Berdoalah
kepadaku, maka Aku akan mengabulkannya.’” (QS. Ghafir [40]: 60)
وَإِذَا سَأَلَكَ
عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ
“Apabila hamba-hambaKu bertanya
kepadamu tentangku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang
yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku.” (QS. al-Baqarah [2]: 186)
Maka hendaknya seorang hamba untuk
memperbanyak doa kepada Allah ta'ala.
Adapun agar doanya mudah dikabulkan
dan menjadi doa yang bermanfaat baginya, maka ia harus berdoa dengan ikhlas
kepada Allah dan mengikuti tuntunan dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda:
إِذَا سَأَلْتَ
فَاسْأَلِ اللَّهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ
“Jika kamu meminta, maka
mintalah kepada Allah, dan bila kamu memohon pertolongan, mohonlah pertolongan
kepada Allah.” (HR. at-Tirmidzi 2516, dinilai shahih oleh Syaikh al-Albani
dalam Shahihul Jami’ 7957)
Allah subhanahu wa ta'ala
berfirman:
ادْعُوا رَبَّكُمْ
تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ
“Berdoalah kepada Rabb-mu
dengan rendah hati dan suara lembut. Sungguh Dia tidak menyukai orang-orang
yang melampaui batas.” (QS. al-A’raf [7]: 55)
Menyelisihi tuntunan (sunnah) Nabi
dalam berdoa adalah melampaui batas. Dan seorang muslim harus mewaspadai berdoa
kepada selain Allah.
وَمَنْ أَضَلُّ
مِمَّنْ يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ مَنْ لَا يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
وَهُمْ عَنْ دُعَائِهِمْ غَافِلُونَ
“Dan siapakah yang lebih sesat
daripada orang-orang yang menyembah selain Allah yang tidak bisa mengabulkan
doanya hingga hari kiamat, dan mereka lalai dari memperhatikan doa mereka.”
(QS. al-Ahqaf [46]: 5)
BENTUK TAWASSUL DALAM DOA
Doa adalah salah satu pintu terbesar dalam tawassul, maka
seorang muslim harus memperbaiki tawassulnya sehingga doanya pun menjadi mudah
dikabulkan. Maka seorang muslim harus mengetahui macam-macam tawassul yang
diperbolehkan dan tawassul yang dilarang.
1. Menyebut Nama Allah dan Sifat-Nya
Adapun tawassul dalam doa yang paling agung adalah dengan
menyebut nama-nama Allah yang indah dan sifat-sifatNya yang mulia. Allah subhanahu
wa ta'ala berfirman:
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا
“Dan Allah memiliki nama-nama yang indah (Asmaul husna),
maka berdoalah kepada Allah dengan menyebut nama-namaNya.” (QS. al-A’raf
[7]: 180)
قُلِ ادْعُوا اللَّهَ أَوِ ادْعُوا الرَّحْمَنَ أَيًّا
مَا تَدْعُوا فَلَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى
“Katakanlah (Muhammad), ‘Serulah Allah atau serulah
ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu dapat menyeru, karena Dia mempunyai
nama-nama yang terbaik (Asma’ul husna).” (QS. al-Isra’ [17]: 110)
2. Mengulang-ulang Doa
Demikian pula dengan mengulang-ulang doa, permintaan ataupun
permohonan disertai dengan keyakinan pasti akan dikabulkan oleh Allah subhanahu
wa ta'ala. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالْإِجَابَةِ
“Berdoalah kepada Allah dan kalian yakin akan dikabulkan.”
(HR. at-Tirmidzi 3479, dinilai hasan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahihul
Jami’ 245)
Di antara doa yang bagus yang telah diajarkan oleh Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam yaitu seperti doa:
اللهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ، وَابْنُ عَبْدِكَ، ابْنُ
أَمَتِكَ، نَاصِيَتِي بِيَدِكَ، مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ، أَسْأَلُكَ
بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ،
أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ
عِنْدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِي، وَنُورَ صَدْرِي، وَجِلَاءَ حُزْنِي،
وَذَهَابَ هَمِّي
“Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak dari hamba
laki-lakiMu, dan anak dari hamba perempuan-Mu, ubun-ubunku ada di tangan-Mu,
hukum-Mu berlaku terhadap diriku, adalah adil ketentuan-Mu atas diriku. Aku
memohon kepada-Mu dengan semua Nama yang menjadi Nama-Mu, yang Engkau namai
diri-Mu dengannya, atau yang Engkau turunkan dalam kitab-Mu, atau yang telah
Engkau ajarkan kepada salah seorang hamba-Mu, atau yang Engkau rahasiakan di
dalam ilmu ghaib yang ada di sisi-Mu; agar Engkau jadikan al-Qur’an sebagai
penyejuk hatiku, cahaya di dadaku, penghibur kesedihanku dan penghilang
kesusahanku.” (HR. Ahmad 4318, dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahihut
Targhib wat Tarhib 1822)
اللَّهُمَّ أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ وَبِمُعَافَاتِكَ
مِنْ عُقُوبَتِكَ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْكَ لاَ أُحْصِى ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا
أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ
“Ya Allah, aku berlindung dengan keridhaan-Mu dari
kemurkaan-Mu, dengan maaf-Mu dari hukuman-Mu, dan aku berlindung kepada-Mu dari
siksa-Mu. Aku tidak mampu menghitung pujian kepada-Mu, Engkau adalah
sebagaimana Engkau telah memuji diri-Mu sendiri.” (HR. Muslim 486)
3. Menunjukkan Kebutuhan kepada Allah
Demikian pula tawassul dalam berdoa yaitu dengan menunjukkan
kefakiran, kebutuhan dan kelemahan di hadapan Allah ta'ala. Allah subhanahu
wa ta'ala berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى
اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ
“Wahai manusia, kalianlah yang memerlukan Allah; dan Allah
Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.” (QS. Fathir [35]:
15)
Lihatlah doa-doa para Nabi!
Nabi Zakaria 'alaihissalam berdoa:
رَبِّ إِنِّي وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّي وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ
شَيْبًا وَلَمْ أَكُنْ بِدُعَائِكَ رَبِّ شَقِيًّا
“Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan
kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada
Engkau, ya Tuhanku.” (QS. Maryam [19]: 4)
Doa Nabi Ayyub 'alaihissalam:
وَاذْكُرْ عَبْدَنَا أَيُّوبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي
مَسَّنِيَ الشَّيْطَانُ بِنُصْبٍ وَعَذَابٍ
“Dan ingatlah hamba Kami Ayyub, ketika dia menyeru
Tuhannya: ‘Sesungguhnya aku diganggu setan dengan penderitaan dan bencana.”
(QS. Shad [38]: 41)
Demikian pula di antara doa yang menunjukkan kelemahan dan
kebutuhan yaitu:
يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ
أَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ وَلَا تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ
“Wahai Rabb Yang Maha Hidup, Wahai Rabb Yang Maha Berdiri
sendiri, dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan, perbaikilah urusanku
semuanya dan jangan Engkau bebankan diriku kepadaku sekejap mata sekalipun.”
(HR. an-Nasai dalam Amalul Yaum Wallailah 575, dinilai hasan oleh Syaikh
al-Albani dalam Shahihut Targhib wat Tarhib 661)
Tidak akan mungkin bagi seorang hamba tidak membutuhkan Allah
meskipun hanya sekejap mata saja.
4. Menyebutkan Keimanan dan Ibadah yang
Telah diperbuat
Kemudian yang termasuk tawassul dalam doa yaitu dengan
menyebutkan keimanan seorang hamba kepada Allah dan kecintaannya kepada Allah
dan Rasul-Nya, perbuatannya meneladani rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam, dan dengan semua ibadah. Ada banyak nash yang menunjukkan akan hal
ini. Di antaranya:
رَبَّنَا آمَنَّا بِمَا أَنْزَلْتَ وَاتَّبَعْنَا الرَّسُولَ
فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ
“Wahai Rabb kami, kami telah beriman kepada apa yang telah
Engkau turunkan dan kami telah mengikuti Rasul, karena itu tetapkanlah kami
bersama golongan orang yang memberikan kesaksian.” (QS. Ali Imran [3]: 53)
5. Doa Seorang Muslim Tanpa Sepengetahuannya
Di antaranya juga doa seorang yang shalih untuk saudaranya
dari kalangan kaum muslimin, juga doa seorang muslim kepada saudaranya tanpa
sepengetahuannya.
عَنْ أَبِيْ الدَّرْدَاءِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ:
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يَدْعُوْ
لِأَخِيْهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ، إِلَّا قَالَ الْمَلَكُ: وَلَكَ بِمِثْلٍ
Dari Abu Darda radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidaklah seorang muslim mendoakan saudaranya
dengan kebaikan tanpa sepengetahuannya, kecuali malaikat akan berkata: ‘Dan
semoga bagimu juga apa yang engkau doakan.’” (HR. Muslim 2732)
TAWASSUL
YANG DILARANG
Kemudian waspadalah dengan tawassul
yang tidak ada dalilnya dari al-Qur’an dan sunnah, maka hendaknya seorang
muslim untuk mengetahuinya, yang di antaranya adalah tawassul yang mengandung
kesyirikan. Sebagaimana Firman Allah ta'ala:
وَيَعْبُدُونَ مِنْ
دُونِ اللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا
“Dan mereka
menyembah selain Allah, apa yang Allah tidak menurunkan keterangan tentang itu.” (QS. al-Hajj [22]: 71)
وَالَّذِينَ
اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى
اللَّهِ زُلْفَى
“Dan
orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): ‘Kami tidak
menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan
sedekat-dekatnya.’” (QS. az-Zumar [39]: 3)
Kemudian juga tawassul dengan menggantungkan
diri kepada selain Allah, tawassul yang bid’ah, dan juga tawassul yang tidak
ada asalnya dari agama Islam. Dan berhati-hatilah, karena ada juga da’i yang
memasukkan kesyirikan ke dalam tawassul.
Akhirnya beliau menutup ceramahnya
dengan berdoa memohon kebaikan kepada Allah dengan perantara nama-namaNya yang
indah dan sifat-sifatNya yang tinggi.
_____________
Dicatat oleh Abu Ibrohim Ari bin
Salimin
Selesai disalin pada hari Senin 14 Dzul
Qa’dah 1438 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.