Saudaraku dan saudariku yang
semoga senantiasa diberi hidayah oleh Allah ta'ala, di antara
nikmat-nikmat Allah yang agung adalah nikmat pengelihatan, yang dengannya kita
bisa menikmati segala keindahan ciptaan Allah subhanahu wa ta'ala yang
ada di muka bumi ini. Cobalah sejenak untuk memejamkan mata, lalu bayangkanlah
bahwa kita menjadi orang buta yang tidak bisa melihat apa-apa, semuanya gelap
tanpa cahaya, hanya bisa diterka dan diraba, niscaya saat itu juga kita akan
segera mengetahui bahwa, nikmat melihat merupakan nikmat yang sangat agung yang
Allah ta'ala karuniakan kepada kita.
Sudah menjadi keharusanlah bagi
kita untuk mensyukurinya dan mensyukuri segala nikmat yang ada, yang hendaknya
hanya kita gunakan untuk hal-hal yang diridhai oleh Allah Yang Maha Memberi
nikmat.
Di antara
bentuk rasa syukur kita atas nikmat pengelihatan ini adalah dengan
menggunakannya untuk mengetahui apa-apa yang Allah 'azza wa jalla
perintahkan, sehingga kita bisa melaksanakannya, dan untuk mengetahui apa-apa
yang Allah ta'ala larang, sehingga kita bisa menghindarinya dan
menjauhinya. Semua pengetahuan itu bisa kita peroleh dengan cara membaca.
Menuntut Ilmu Wajib Bagi Setiap Muslim
Ilmu merupakan lawan bagi
ketidaktahuan. Seorang muslim yang tidak memiliki ilmu agama, bagaimana ia akan
beramal di dunia? Bisa dipastikan ia hanya ikut-ikutan saja tanpa mengetahui
sudahkah amalan itu benar sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Rasulullah,
atau bisa jadi juga ia akan beramal tanpa ilmu, sehingga jadilah ia orang yang
sesat. Di sinilah pentingnya ilmu. Rasul kita yang mulia ‘alaihis shalatu
wassalam telah mengabarkan akan wajibnya menuntut ilmu bagi setiap
muslim melalui sabdanya:
طَلَبُ العِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ
مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu agama adalah
wajib bagi setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah 224, dishahihkan oleh Syaikh al-Albani
dalam Shahihut Targhib wat Tarhib)
Membaca Adalah Sarana Mudah Dalam Menuntut Ilmu
Merupakan keunggulan membaca sebagai salah satu sarana menuntut ilmu adalah
bahwa membaca mudah dilakukan kapan saja, dimana saja, dan oleh siapa saja yang
mampu membaca dan mau melakukannya. Selain itu, membaca juga bisa dijadikan
sebagai sarana untuk menjaga diri dari memandang hal-hal yang diharamkan oleh
Allah subhanahu wa ta'ala ketika berada di tempat umum. Hanya dengan duduk dan membuka lembar demi
lembar buku yang sedang dibaca, maka seseorang akan mendapatkan
informasi-informasi atau ilmu-ilmu baru yang ada dalam buku itu. Bahkan orang
yang banyak membaca, seolah-olah ia sedang menjelajahi dunia ataupun menembus
waktu ke masa lampau ataupun ke masa depan. Ia bisa mengetahui sejarah-sejarah
yang telah lalu berdasarkan keterangan dari para ahli sejarah, ataupun
mengetahui masa depan yang berupa kabar-kabar tentang masa-masa setelah
kematian, atau tentang keadaan menjelang hari kiamat dan setelahnya,
sebagaimana dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
melalui hadits-hadits yang shahih tentunya. Semua itu ia lakukan tanpa beranjak
dari tempat duduknya. Oleh karena itu, membaca adalah bagaikan membuka jendela
dunia dan akhirat. Di samping itu, seorang muslim juga bisa memperoleh banyak
pahala yang Allah ta’ala janjikan bagi orang yang membaca, yaitu membaca
al-Qur’an. Sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam:
اِقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِيْ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيْعًا لأَصْحَابِهِ
“Bacalah al-Qur’an, karena
ia akan datang di hari kiamat sebagai syafaat (penolong) bagi orang yang
membacanya.” (HR. Muslim)
Beliau juga bersabda:
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ
بِهِ حَسَنَةٌ، وَالحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا، لَا أَقُوْلُ الم حَرْفٌ،
وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيْمٌ حَرْفٌ
“Barang siapa membaca
satu huruf dari al Qur’an, maka ia mendapatkan satu kebaikan, dan setiap satu
kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan alif
lam mim satu huruf, tapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf.”
(HR. Tirmidzi, dishahihkan
Syaikh al-Albani dalam Shahihut Targhib wat Tarhib)
Seorang muslim hendaknya
juga memperhatikan apa yang dibacanya. Sebuah buku yang dapat merusak akidah
seorang muslim tentunya harus dihindari dan dijauhi, seperti buku-buku sihir
dan filsafat. Hendaknya ia hanya membaca buku-buku yang memang bermanfaat dan
mendatangkan kebaikan bagi urusan dunia dan akhiratnya. Buku yang baik adalah
buku yang ditulis oleh ahlinya. Dalam masalah agama, tentu harus yang
berlandaskan al-Qur’an dan hadits-hadits yang shahih serta pembahasannya sesuai
dengan apa yang dipahami oleh para sahabat radhiyallahu ‘anhum, yang
merupakan generasi terbaik umat ini. Dan alhamdulillah, para ulama Ahlus
Sunnah telah menulis kitab yang banyak yang berisi ilmu-ilmu keislaman dan
penjelasan tentang agama ini, tinggal kita baca dan kita pahami.
Menuntut Ilmu Harus Berguru Kepada Ahlinya
Seorang penuntut ilmu
hendaknya tidak mencukupkan diri hanya dengan membaca, hendaknya ia mempunyai
guru. Guru yang baik adalah orang yang ahli dalam bidangnya. Bisa kita
bayangkan bila seseorang berguru kepada yang bukan ahlinya, seperti seorang
yang ingin menguasai ilmu kedokteran lalu ia berguru kepada orang yang tidak
memahami ilmu kedokteran, bisa dipastikan dokter yang lulus dari berguru kepada
orang seperti ini bukan menyembuhkan, tetapi justru bisa menyebabkan kematian
pasiennya karena salah obat atau salah dalam penanganan.
Jika memang demikian dalam
urusan dunia, maka tentunya ilmu agama juga harus berguru kepada ahlinya, yang
dalam hal ini adalah para ulama atau orang-orang yang telah mengambil ilmu dari
para ulama. Dimana para ulama adalah pewaris para nabi. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الأَنْبِيَاءِ
وَإِنَّ الأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلاَ دِرْهَمًا وَرَّثُوا
الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
“Ulama adalah pewaris para nabi, dan
para nabi tidaklah mewariskan dinar ataupun dirham, tetapi mereka mewariskan
ilmu. Barang siapa mengambilnya, maka ia telah mengambil bagian yang banyak.”
(HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani
dalam Shahihul Jami’)
Jika kita menengok
perjalanan para ulama terdahulu, maka kita akan melihat bahwa mereka memiliki
guru yang banyak. Mereka berjalan kaki dari satu tempat ke tempat yang lainnya,
atau dari satu negeri ke negeri lainnya untuk mengambil ilmu dari para ulama
dan berguru kepada mereka. Mereka juga banyak mengahabiskan waktu-waktu mereka
untuk membaca kitab-kitab, menelitinya, dan mengambil faedah darinya.
Keutamaan Menuntut Ilmu
Berikut ini adalah di antara keutamaan dalam menuntut ilmu yang insyaallah
telah cukup bagi kita sebagai motivasi dalam menuntut ilmu.
Allah subhanahu
wata’ala berfirman:
يَرْفَعِ
اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat, dan Allah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan.” (QS. al-Mujadilah: 11)
Kenyataan Firman Allah ini bisa kita saksikan sendiri
melalui berbagai kisah yang telah terjadi. Orang yang berilmu dihormati dan didengar perkataannya oleh para
raja, para pejabat pun duduk di sekitarnya menyimak nasehat-nasehatnya, orang-orang
kaya terduduk khusyu mencatat faedah di majelis ilmunya, bahkan manusia datang
berbondong-bondong dari berbagai pelosok negeri untuk menimba ilmu darinya.
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam pun
telah bersabda:
مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ
عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الجَنَّةِ
“Barangsiapa mengadakan perjalanan
untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.”
(HR. Tirmidzi, dan Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahihul
Jami’)
Jelas sekali dalam hadits
ini disebutkan bahwa menuntut ilmu agama adalah sarana yang bisa memudahkan
seseorang masuk ke dalam surga. Surga yang dituju oleh orang-orang yang beriman
dan bertakwa, yang diharap-harapkan oleh orang-orang yang berlama-lama dalam
shalat malamnya, yang didambakan oleh orang-orang yang menyedekahkan
harta-hartanya, yang dicita-citakan oleh kaum muslimin yang selalu sibuk dengan
amalan-amalan kebaikannya. Itulah surga yang menjadi keinginan kita semuanya
agar dapat memasukinya. Surga itu akan dimudahkan bagi orang-orang yang
menuntut ilmu agama.
Demikianlah
uraian singkat tentang sarana mudah dalam menununtut ilmu, mari kita raih ilmu
dengan membaca, selagi kita masih diberi nikmat pengelihatan berupa mata. Kita
jadikan ilmu itu untuk beramal, sebagai bekal persiapan menghadapi kehidupan
yang kekal.
Abu Ibrohim Ari
bin Salimin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.