Meng-esakan
Allah dalam beribadah, inilah tauhid yang merupakan inti ajaran Islam dan
dakwah seluruh Nabi dan Rasul ‘alaihimussalam. Dengan tauhid inilah
dibedakan antara penduduk surga dan penduduk neraka, antara muslim dengan
kafir, dan antara mukmin dengan munafik. Tauhid adalah kandungan dari syahadat laa
ilaaha illallaah.
Tauhidlah yang mengeluarkan manusia dari kegelapan dan kehinaan syirik yang menghambakan diri kepada makhluk, menuju penghambaan kepada Allah saja, sang Pencipta Alam semesta, satu-satunya Dzat yang berhak diibadahi. Tauhid tidak akan sempurna kecuali dengan meninggalkan kesyirikan hingga ke akar-akarnya. Kesyirikan yang diperangi oleh seluruh Nabi dan Rasul yang Allah utus ke dunia. Kesyirikan yang menjadi lawan bagi tauhid selama-lamanya, kapan dan dimanapun berada.
Makna Syirik
Syirik adalah menjadikan tandingan bagi Allah dalam kekhususan
perbuatan-Nya (rububiyyah) dan dalam peribadahan kepada-Nya (uluhiyyah). (Kitabut
Tauhid hal. 9) Artinya, selain seseorang itu beribadah kepada Allah ta'ala
ia juga beribadah kepada selain Allah, atau ia juga mengakui/meyakini bahwa
selain Allah memiliki sifat-sifat atau kemampuan yang hanya dimiliki oleh Allah
saja. Inilah kesyirikan.
Bahaya Kesyirikan
Bahaya besar menunggu siapa saja yang berbuat kesyirikan, berikut ini
di antara beberapa bahaya kesyirikan yang mengintai pelakunya:
1. Syirik
adalah dosa yang tak terampuni bila tak bertaubat.
Allah ta'ala berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ
مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa kesyirikan, dan Dia
mengampuni dosa selain kesyirikan bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. an-Nisa
[4]: 48)
2. Syirik
adalah dosa besar yang paling besar.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
أَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ
-ثَلاَثًا- الإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ
“Maukah kalian aku beri tahu dosa besar
yang paling besar? (beliau mengatakannya tiga kali): menyekutukan Allah
(syirik) dan durhaka kepada kedua orang tua.” (HR. Bukhari 2654 dan Muslim 87)
3. Syirik
menyebabkan batalnya seluruh amalan.
Allah 'azza wa jalla berfirman:
وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا
كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Sekiranya
mereka berbuat kesyirikan, pasti lenyaplah amalan yang telah mereka kerjakan.”
(QS.
al-An’am [6]: 88)
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى
الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ
مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Dan
sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) sebelummu: Sungguh
bila engkau berbuat kesyirikan, niscaya hapuslah amalmu dan tentulah engkau
termasuk orang yang merugi.” (QS. az-Zumar [39]: 65)
4. Allah
mengharamkan pelaku syirik masuk ke dalam surga.
Allah 'azza wa jalla berfirman:
إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ
فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا
لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ
“Sesungguhnya
barangsiapa berbuat kesyirikan, maka Allah mengharamkan baginya surga dan
tempat kembalinya adalah neraka, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim itu
seorang penolong pun.” (QS. al-Maidah [5]: 72)
5. Selain
itu syirik juga menyebabkan timbulnya berbagai jenis kejahatan. Sebagaimana
yang bisa kita dengar dari berita-berita tentang adanya orang-orang yang
membunuh, memperkosa, merampok dalam rangka untuk memenuhi syarat agar
mendapatkan ilmu yang berasal dari jin/setan atau yang lebih dikenal dengan
ilmu hitam. Semua ini berawal dari keyakinan bahwa selain Allah bisa memberikan
manfaat dan bahaya.
Jenis-Jenis Kesyirikan
Syaikh
Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafidzahullah menyebutkan tentang
jenis-jenis kesyirikan dalam kitab beliau yang berjudul Kitabut Tauhid
pada halaman 11-14, dan berikut ini adalah ringkasannya. Syirik terbagi
menjadi dua jenis: syirik besar dan syirik kecil. Syirik besar
bisa mengeluarkan pelakunya dari Islam dan menjadikannya kekal di dalam neraka
bila belum bertaubat hingga meninggalnya. Makna syirik ini yaitu memalingkan
ibadah kepada selain Allah, seperti berdoa kepada selain Allah, mendekatkan
diri kepada Allah dengan cara menyembelih atau bernadzar kepada selain Allah,
baik kepada jin, kuburan, maupun setan. Demikian juga takut kepada orang mati,
jin atau setan disertai keyakinan bahwa mereka bisa memberikan manfaat dan
bahaya atau sakit. Juga berharap kepada selain Allah pada sesuatu yang tidak
mampu melaksanakannya kecuali Allah, seperti memenuhi hajat dan menghilangkan
kesulitan, sebagaimana yang biasa dilakukan saat ini di sekitar kuburan para
wali atau orang-orang shalih. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا
لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ
اللَّهِ
“Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat
mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan
mereka berkata: "Mereka itu adalah pemberi syafa'at kepada kami di sisi
Allah.” (QS. Yunus [10]: 18)
Kemudian jenis kedua adalah syirik kecil
yang tidak mengeluarkan pelakunya dari Islam, namun ia megurangi tauhid dan
merupakan perantara menuju syirik besar. Syirik ini terbagi menjadi dua macam:
yang nampak dan yang tersembunyi. Syirik kecil yang nampak ada dua
bentuk yaitu perkataan dan perbuatan. Yang pertama adalah yang berupa perkataan;
seperti bersumpah dengan selain nama Allah. Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam bersabda:
مَنْ حَلَفَ بِغَيْرِ اللهِ فَقَدْ
كَفَرَ أَوْ أَشْرَكَ
“Barangsiapa
bersumpah dengan selain Allah maka ia telah berbuat kekufuran atau kesyirikan.”
(HR. at-Tirmidzi 1535, Shahihut Tirmidzi 1535)
Juga perkataan “atas kehendak Allah dan atas kehendakmu”;
perkataan “kalau bukan karena Allah dan fulan”. Adapun perkataan yang
benar (bukan kesyirikan) yaitu “atas kehendak Allah kemudian
kehendakmu”, juga “kalau bukan karena Allah kemudian fulan”. Yang
demikian itu karena kata “kemudian” menunjukkan tertib berurutan, yang berarti
kehendak hamba mengikuti kehendak Allah, sebagaimana Firman Allah 'azza wa
jalla:
وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ
اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
“Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali
apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. at-Takwir [81]:
29)
Sedangkan kata “dan” mengandung kesetaraan. Semisal perkataan yang
syirik juga adalah “saya tidak punya siapa-siapa lagi kecuali Allah dan
kamu”, “ini adalah karena berkah dari Allah dan keberkahanmu”.
Bentuk syirik kecil yang nampak yang berupa perbuatan
adalah seperti memakai gelang, kalung atau benang (atau yang biasa kita sebut
dengan “jimat” –penj.)
untuk mengangkat bala/keburukan atau mencegah kedatangannya. Jika seseorang
meyakininya hanya sebagai sebab saja, maka ini adalah syirik kecil, karena
Allah tidak menjadikannya sebagai sebab. Namun bila ia meyakini bahwa
semata-mata jimat itulah yang bisa menolak keburukan atau mencegahnya, maka ini
termasuk syirik besar, karena hal itu adalah bergantung kepada selain Allah ta'ala.
Adapun jenis syirik kecil yang tersembunyi yaitu syirik dalam kehendak
dan niat -seperti riya (beribadah agar dilihat orang) dan sum’ah (beribadah
agar didengar orang)- Seperti orang yang memperbagus shalatnya, bersedekah,
atau berdzikir dengan suara yang keras, tapi semua itu ia lakukan agar orang
lain melihatnya, kemudian mereka memujinya dan menyanjungnya. Inilah riya yang
apabila masuk ke dalam suatu amalan akan membatalkannya. Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ
الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ قَالُوا: وَمَا الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ يَا رَسُولَ اللهِ؟
قَالَ: الرِّيَاءُ
“Yang
paling aku takutkan menimpa kalian adalah syirik kecil.” Para sahabat bertanya:
“Apa syirik kecil itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “riya”. (HR. Ahmad
23630, Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah 951)
Nabi pun Takut Berbuat Kesyirikan
Ini dia Nabi Ibrahim 'alaihissalam,
beliau adalah seorang nabi yang dikenal sebagai pemimpinnya ahli tauhid, meski
demikian, beliau tetap merasa takut terjatuh ke dalam kesyirikan dan berdoa
kepada Allah agar dijauhkan darinya. Beliau ‘alaihissalam berdoa:
رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا
وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ
“Ya
Allah, jadikanlah negeri ini negeri yang aman dan jauhkanlah aku beserta anak
cucuku agar tidak menyembah berhala.” (QS. Ibrahim [14]: 35)
Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun mengajari kita
doa agar tidak terjatuh ke dalam kesyirikan:
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ
أَنْ نُشْرِكَ بِكَ شَيْئًا نَعْلَمُهُ، وَنَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لَا نَعْلَمُ
“Ya Allah,
sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari menyekutukan-Mu sedang kami
mengetahuinya, dan kami memohon ampun kepada-Mu atas apa yang kami tidak
mengetahuinya.” (HR. Ahmad 19606, dihukumi hasan lighairihi oleh Syaikh
al-Albani dalam Shahihut Targhib wat Tarhib 36)
Kesyirikan itu Bermacam Bentuknya
Syaikh Yusuf bin Abdillah
al-Wabil hafidzahullah dalam kitabnya Asyraatus Saa’ah hal. 141
menukil perkataan Imam Ibnu Katsir rahimahullah, beliau berkata:
“Bentuk-bentuk kesyirikan itu banyak, tidak terbatas hanya berupa peribadahan
kepada batu-batu, pohon-pohon dan kuburan, bahkan lebih dari itu, yaitu
menjadikan thaghut-thaghut sebagai tandingan bagi Allah ta'ala. Mereka
membuat hukum-hukum bagi manusia dari sisi mereka sendiri dan mewajibkan kepada
manusia untuk berhukum dengan hukum yang mereka buat itu, sebagaimana yang
Allah firmankan: ‘Mereka menjadikan orang-orang alim (yahudi) dan
rahib-rahib (nashrani) sebagai tuhan selain Allah.’ (QS. at-Taubah [9]: 31)
Mereka menjadikan ulama-ulama dan para ahli ibadah mereka sebagai pembuat syari’at
bagi mereka, maka mereka mengikuti apa yang dihalalkan dan diharamkan olehnya
(meski hal itu bertentangan dengan hukum Allah –penj.).”
Maka sudah seharusnya kita menuntut ilmu lebih banyak lagi tentang
hakikat kesyirikan dan macam-macamnya. Betapa banyak kaum muslimin yang
terjatuh dalam kesyirikan, namun mereka tidak menyadarinya. Semoga Allah
menjadikan penduduk negeri ini sebagai ahli tauhid dan menjauhkannya dari
kesyirikan dengan segala macam bentuknya. Aamiin yaa Rabbal ‘aalamiin.
Abu Ibrohim Ari bin Salimin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.