Bismillah, Segala puji bagi Allah,
semoga shalawat dan salam senantiasa terlimpah kepada Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam, kepada keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang
yang mengikuti mereka dengan baik.
Ada sebuah riwayat tentang keutamaan
surat al-Ikhlas berikut ini:
حَدَّثَنَا حَسَنٌ،
حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعَةَ، قَالَ: وَحَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ غَيْلَانَ،
حَدَّثَنَا رِشْدِينُ، حَدَّثَنَا زَبَّانُ بْنُ فَائِدٍ الْحمْرَاوِيُّ، عَنْ سَهْلِ
بْنِ مُعَاذِ بْنِ أَنَسٍ الْجُهَنِيِّ، عَنْ أَبِيهِ مُعَاذِ بْنِ أَنَسٍ
الْجُهَنِيِّ صَاحِبِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ قَرَأَ قُلْ هُوَ اللَّهُ
أَحَدٌ حَتَّى يَخْتِمَهَا عَشْرَ مَرَّاتٍ بَنَى اللَّهُ لَهُ قَصْرًا فِي
الْجَنَّةِ فَقَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ إِذَنْ أَسْتَكْثِرَ يَا رَسُولَ
اللَّهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهُ
أَكْثَرُ وَأَطْيَبُ
Telah menceritakan kepada kami Hasan,
menceritakan kepada kami Ibnu Lahi’ah, ia berkata… dan menceritakan kepada kami
Yahya bin Ghailan, menceritakan kepada kami Risydin, menceritakan kepada kami
Zabban bin Fa`id al-Himrawi, dari Sahl bin Mu’adz bin Anas al-Juhani, dari
bapaknya, Muadz bin Anas al-Juhani seorang sahabat Nabi shallallahu 'alaihi
wa sallam, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda:
“Siapa yang membaca ‘qul huwallahu ahad’ sampai selesai sebanyak sepuluh kali,
maka Allah akan membangunkan baginya istana di surga.” Umar bin Khaththab radhiyallahu
'anhu berkata: “Kalau begitu kita memperbanyak istana wahai Rasulullah?” Beliau
menjawab: “Allah lebih banyak dan lebih baik.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam
Ahmad dalam Musnad beliau no. 15610 dan dinilai shahih oleh Syaikh al-Albani
dalam Silsilah ash-Shahihah no. 589.
Penilaian shahih dari Syaikh
al-Albani rahimahullah ini telah dikomentari oleh seorang yang bernama Abu
Abdirrahman Khalid bin Umar al-Faqihi al-Ghamidi hafidzahullah dalam
sebuah tulisannya bahwa sebenarnya hadits ini adalah hadits yang dhaif (lemah).
Ia mengatakan:
وقد تناقشت أنا وبعض الإخوة
حول حديث من قرأ قل هو الله أحد عشر مرات بنى الله له قصرا في الجنة ورجعت لكلام الشيخ
الألباني رحمه الله على الحديث ( الصحيحة 589) فوجدته قد جانب الصواب غفر الله لنا
وله
“Sungguh aku dan beberapa temanku
telah berdiskusi tentang hadits “Siapa yang membaca ‘qul huwallahu ahad’ sampai selesai sebanyak
sepuluh kali, maka Allah akan membangunkan baginya istana di surga”, dan aku
telah melihat kepada ucapan Syaikh al-Albani rahimahullah atas hadits
ini dalam kitab “Ash-Shahihah no. 589”, dan ternyata aku mendapati perkataan
beliau telah meyelisihi kebenaran -semoga Allah mengampuni kita dan beliau-.”
Kemudian ia menjelaskan sebab kelemahannya, dan di akhir tulisannya ia berkata:
وبهذا يتبين أن هذا الحديث
له طريقان :
الأولى : ( طريق معاذ
بن أنس الجهني ) وفيها زبان بن فائد لا تصح روايته وخاصة عن معاذ بن أنس
الثانية : (طريق أبي هريرة
) والصواب فيه المرسل عن ابن المسيب
وأقوى الروايات هي المرسلة
“Dengan ini jelaslah bahwa hadits ini
memiliki dua jalur periwayatan:
Pertama: (jalur Mu’ad bin Anas
al-Juhani) di dalamnya ada Zabban bin Faid, riwayatnya tidak shahih dan
khususnya (yang dia riwayatkan) dari Mu’adz bin Anas.
Kedua: (jalur Abu Hurairah), yang
benar bahwa pada jalur ini diriwayatkan secara mursal dari Ibnul Musayyib.
Dan riwayat paling kuat hanyalah mursal
saja.”
Hadits mursal adalah hadits yang
terputus akhir sanadnya setelah tabi’in, maksudnya tidak disebutkan siapa
periwayat dari sahabat nabi. (lihat Taisirul Mushthalahil Hadits hal.
87)
Demikian pula hadits ini dinilai dhaif
oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Bazz rahimahullah. Beliau
mengatakan:
وهذا الإسناد ضعيف لضعف
ابن لهيعة ورشدين بن سعد وزبان بن فائد
“Sanad hadits ini dhaif, karena
kelemahan Ibnu Lahi’ah dan Risydin bin Sa’ad, serta Zabban bin Fa`id.” Penjelasan
beliau ini bisa dilihat di situs berikut: http://www.alifta.net/fatawa/fatawaDetails.aspx?BookID=4&View=Page&PageNo=7&PageID=5173&languagename=
Dinilai lemah pula oleh Syaikh Walid
bin Rasyid as-Sa’idan hafidzahullah ketika beliau menjelaskan hadits
ini, dan beliau mengatakan: “Sanad hadits ini dengan jalur ini adalah dhaif
yang jelas kedhaifannya, karena di dalam riwayatnya ada dua orang yang disebut
Risydin bin Sa’ad yang telah didhaifkan oleh jumhur ulama, Zabban bin Fa`id
yang juga dhaif, demikian pula dari riwayat Ibnu Lahi’ah. Tiga orang ini yang
terdapat dalam sanad ini menjadikan hadits ini pasti dhaif.” Kemudian beliau
berkata:
ومما هو المتقارب عند
العلماء أن الأحاديث الضعيفة ليست محل صالح لاستنباط أحكام الشرعية، لأن أحكام
الشرعية تفتقر في ثبوتها للأدلة الصحيحة الصريحة فلا ينبغي العمل بهذا الحديث حتى
وإن كان في فضائل الأعمال فلا ينبغي العمل به.
“Di antara hal yang diakui oleh
para ulama yaitu bahwasanya hadits-hadits dhaif (lemah) bukanlah sesuatu yang
tepat untuk (digunakan sebagai) penetapan hukum-hukum syar’i. Karena
hukum-hukum syar’i tidak membutuhkan hadits-hadits yang dhaif dalam
penetapannya, karena telah terdapat banyak dalil yang shahih lagi jelas. Maka tidak
sepantasnya mengamalkan hadits dhaif, meski dalam masalah keutamaan amal
sekalipun, tak selayaknya untuk beramal dengan hadits yang dhaif.” Selengkapnya
ucapan beliau ini bisa dilihat di situs: https://www.youtube.com/watch?v=w0E9R1BXDbI
Syaikh Khalid al-Mushlih hafidzahullah
(salah satu murid senior dan juga menantu Syaikh al-Utsaimin) juga mengatakan
bahwa hadits ini tidak shahih dan didhaifkan oleh ahli ilmu, lihat di https://www.youtube.com/watch?v=FAgN4y7WzcY
Syaikh Ustman al-Khamis hafidzahullah
menyatakan bahwa hadits ini dhaif, beliau berkata:
“Hadits ini ada komentar dari para
ahli ilmu, ada yang mendhaifkannya dan ada yang menghasankannya dengan
jalur-jalurnya. Allahu a’lam, yang lebih mendekati kebenaran bahwa
hadits tersebut adalah dhaif.” Lihat di https://www.youtube.com/watch?v=xWiI7kwDiSY
Syaikh Syu’aib al-Arnauth rahimahullah
juga menilai hadits ini hadits yang lemah pada tahqiq beliau terhadap Musnad
Imam Ahmad di hadits yang ke 15610. (Maktabah Syamilah)
Bahkan ternyata Syaikh al-Albani rahimahullah
juga menilai hadits ini sebagai hadits yang dhaif di kitab Dha’if Targhib
wat Tarhib hadits no. 893. (Maktabah Syamilah) Kemungkinan Syaikh
al-Albani mengoreksi penilaiannya terhadap hadits ini, kemudian menilai ulang
bahwa hadits ini adalah lemah.
Demikian yang bisa saya nukilkan
tentang kedudukan hadits keutamaan membaca surat al-Ikhlas sebanyak 10 kali,
bahwa hadits ini adalah hadits yang dhaif. Maka ketika kita telah mengetahui
bahwa hadits ini derajatnya dhaif, tidak perlu kita mengamalkannya. Cukuplah
bagi kita keutamaan-keutamaan yang lain tentang surat al-Ikhlas ini, yang
diriwayatkan dari riwayat yang shahih. Allahu a’lam bishshawab.
Abu Ibrohim Ari bin Salimin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.