Telah menjadi
keyakinan yang tetap dalam al-Qur’an dan Sunnah bahwa setelah manusia meninggal
dunia maka akan ditanya tentang tiga perkara; yaitu tentang siapa Rabb-mu (Tuhanmu),
siapa Nabimu dan apa agamamu. Tulisan ini membahas dengan singkat jawaban dari
tiga pertanyaan di alam kubur, yaitu tentang Allah subhanahu wa ta'ala,
tentang Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dan tentang agama
Islam. Kita berusaha untuk mengenali dan mempelajari jawabannya agar kita bisa
mengamalkannya, sehingga semoga kita termasuk orang-orang yang bisa menjawab
pertanyaan malaikat di alam kubur nanti dan diselamatkan dari siksa kubur yang
mengerikan. Allahumma aamiin.
Mengenal
Allah subhanahu wa ta'ala
Siapakah
Rabbmu? Inilah pertanyaan pertama yang ditanyakan di alam kubur. Seorang
manusia dengan fitrah dan akalnya akan mengenali bahwa alam ini tidak ada
dengan sendirinya, akan tetapi ia meyakini bahwa alam ini ada yang
menciptakannya. Karena fitrah dan akalnya mengatakan bahwa tidak mungkin
sesuatu yang tidak ada menciptakan dirinya sendiri dengan begitu teratur. Maka
sebuah keyakinan yang tidak dapat ditolak bahwa alam ini memiliki pencipta.
Dialah Allah subhanahu wa ta'ala, Dia adalah Rabb kita, Dia adalah Penguasa
alam semesta, Penciptanya, Pemeliharanya dan Pengaturnya.
Darimana kita
tahu bahwa Allah adalah Sang Pencipta Alam semesta? Jawabannya adalah bahwa
Allah subhanahu wa ta'ala telah berfirman (berkata) dalam
kitab-Nya (al-Qur’an):
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Segala
puji bagi Allah Rabb semesta alam.” (QS. al-Fatihah [1]: 2)
Dari ayat ini
kita mengetahui bahwa Allah subhanahu wa ta'ala adalah Rabb bagi alam
semesta ini, Dia sendiri yang telah berfirman seperti itu.
Apakah
yang dimaksud dengan alam semesta?
Imam Ibnu
Katsir rahimahullah yang merupakan salah seorang ulama pakar tafsir al-Qur’an
di zamannya, berkata dalam kitab tafsirnya yang terkenal tentang makna “alam”
dalam surat al-Fatihah ayat yang kedua ini:
وَالعَالَمِيْنُ: جَمْعُ عَالَمٍ، [وَهُوَ كُلُّ مَوْجُوْدٍ
سِوَى الله عَزَّ وَجَلَّ].
“Dan lafadz
‘alamin’ adalah bentuk jamak dari kata ‘alam’ (semesta alam), yaitu setiap yang
ada selain Allah 'azza wa jalla.” (Tafsir Ibnu Katsir I/131)
Kemudian Imam
Ibnu Katsir membawakan ucapan salah seorang ulama ahli tafsir dari kalangan
sahabat Nabi, yaitu Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, bahwasanya beliau
berkata:
{الْحَمْدُ
لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ} [الفاتحة: 2] الحَمْدُ لِلَّهِ الذِّيْ لَهُ الخَلْقُ
كُلُّهُ، السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُوْنَ، وَمَنَ فِيْهِنَّ وَمَا بَيْنَهُنَّ، مِمَّا
نَعْلَمُ، وَمَا لَا نَعْلَمُ.
“(Alhamdulillahi
rabbil ‘alamin), (Maksudnya) segala puji bagi Allah yang milik-Nya lah seluruh
makhluk yang ada, baik itu langit, bumi, apa saja yang ada di dalamnya dan di
antara keduanya, baik yang kita tahu ataupun tidak kita tahu.” (Tafsir Ibnu
Katsir I/131)
Sehingga kita
tahu dengan makna ini, bahwa hanya Allah lah satu-satunya yang bisa menciptakan
makhluk -baik yang hidup maupun yang mati- dan memberi mereka rizki, maka
sebanyak apapun makhluk hidup yang ada sejak awal terciptanya bumi ini hingga
hari kiamat nanti, semuanya diberi rizki oleh Allah ta'ala. Allah,
Dialah yang mengatur silih bergantinya siang dan malam. Dialah yang telah
menumbuhkan tanaman, menurunkan hujan, dan menegakkan langit tanpa tiang.
Dialah yang telah menghidupkan dan mematikan. Dialah yang memelihara alam ini,
sehingga terjadi keseimbangan dan ketenangan dalam alam raya ini, antara satu
planet dengan planet lainnya tidak saling bertabrakan, air laut pun tidak
tumpah ke daratan, gunung-gunung tetap kokoh tegak berdiri di tempatnya
meskipun meletus, dan air hujan pun turun dengan rasa yang tawar. Allah ta'ala
berfirman:
قُلْ مَنْ
يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ
وَالْأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ
مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ فَقُلْ أَفَلَا
تَتَّقُونَ
“Katakanlah (Muhammad): ‘Siapakah yang memberi rizki kepadamu dari
langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan
pengelihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan
mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala
urusan?’ Maka mereka akan menjawab: ‘Allah.’ Maka katakanlah ‘Mengapa kamu
tidak bertakwa kepada-Nya?’” (QS. Yunus [10]: 31)
Allah ta'ala juga berfirman:
اللَّهُ الَّذِي
خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ
بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ وَسَخَّرَ لَكُمُ الْفُلْكَ لِتَجْرِيَ فِي
الْبَحْرِ بِأَمْرِهِ وَسَخَّرَ لَكُمُ الْأَنْهَارَ وَسَخَّرَ لَكُمُ الشَّمْسَ
وَالْقَمَرَ دَائِبَيْنِ وَسَخَّرَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ
“Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan
air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai
buah-buahan sebagai rizki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu
supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah
menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. Dan Dia telah menundukkan (pula)
bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan
telah menundukkan bagimu malam dan siang.” (QS. Ibrahim [14]: 32-33)
Selain Allah
tidak ada yang bisa menciptakan dan mengatur alam semesta. Kalaulah seandainya
semua yang disebut tuhan dan yang diibadahi selain Allah itu dikumpulkan dan
disuruh untuk membuat seekor lalat saja, pastilah mereka tidak akan sanggup
melakukannya. Bahkan sayapnya saja merekapun juga tak bisa.
Oleh karena
itulah kita hanya boleh beribadah kepada Allah saja. Karena Dialah Tuhan yang
sesungguhnya, adapun semua yang diibadahi selain Allah adalah tuhan yang palsu.
Allah 'azza wa jalla berfirman:
يَا أَيُّهَا
النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Wahai
manusia, sembahlah Rabb kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang
sebelum kalian agar kalian bertakwa.” (QS. al-Baqarah [2]: 21)
Allah 'azza
wa jalla juga berfirman:
ذَلِكَ بِأَنَّ
اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ هُوَ الْبَاطِلُ
“Demikianlah
(kebesaran Allah), karena Allah, Dialah (Tuhan) Yang Hak (benar). Dan apa saja
yang mereka seru selain Dia, itulah yang batil (tuhan yang palsu).” (QS.
al-Hajj [22]: 62)
Bahkan tujuan
Allah menciptakan kita di dunia ini adalah agar kita beribadah hanya kepada-Nya
saja, sebagaimana Dia sebutkan dalam Firman-Nya:
وَمَا خَلَقْتُ
الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan
tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah
kepada-Ku.” (QS. adz-Dzariyat [51]: 56)
Mengenal
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
Darimana kita
tahu bahwa yang berkata demikian tadi adalah Tuhan yang telah menciptakan kita
beserta seluruh alam semesta ini? Jawabannya adalah bahwa Dia telah mengutus
seorang utusan (Rasul) kepada hamba-hambaNya yang menjelaskan bagaimana cara kita
beribadah kepada-Nya. Namanya adalah Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam,
yang kemudian beliau disebut dengan Rasulullah (utusan Allah), dan terkadang
beliau juga disebut dengan Nabi (pembawa risalah dari Allah), bahkan beliau
adalah Nabi yang terakhir. Allah ta'ala berfirman:
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ
أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ
“Muhammad
itu bukanlah bapak salah seorang di antara kalian, tetapi dia adalah utusan
Allah dan penutup para Nabi.” (QS. al-Ahzab [33]: 40)
Allah ta'ala
juga telah berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ
إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا
“Dan
Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan kepada seluruh umat manusia
sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan.” (QS. Saba’
[34]: 28)
Sesungguhnya
utusan ini (Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam) telah datang
dengan membawa pesan (wahyu) yang ia dapatkan dari Allah Sang Pencipta alam
semesta ini, wahyu inilah yang disebut dengan al-Qur’an. Dan beliaulah yang
paling memahami isi al-Qur’an. Oleh karena itulah kita tidak bisa beribadah
kepada Allah ta'ala dengan benar kecuali dengan mengikuti tuntunan Rasul-Nya
shallallahu 'alaihi wa sallam. Sehingga kita harus mentaati perintah beliau
shallallahu 'alaihi wa sallam, mempercayai apa saja yang beliau kabarkan
dan menjauhi larangan beliau, agar kita selamat di kehidupan dunia dan
kehidupan setelah kematian (akhirat).
Allah subhanahu
wa ta'ala berfirman:
وَمَا آتَاكُمُ
الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا
“Apapun
yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah, dan apapun yang dilarang Rasul
bagimu maka tinggalkanlah.” (QS. al-Hasyr [59]: 7)
Syaikh
Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah, salah seorang ulama ahli
tafsir di abad ini berkata ketika menafsirkan ayat ini: “Perintah dalam ayat ini
mencakup keseluruhan pokok-pokok agama maupun cabang-cabangnya, yang dzahir
(nampak) maupun yang batin (keyakinan). Dan apapun yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam maka harus diambil dan diikuti, tidak halal
menyelisihinya. Apa yang ditetapkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam terhadap suatu hukum adalah sama seperti yang ditetapkan oleh Allah ta'ala.
Tidak ada keringanan maupun alasan bagi seorang pun untuk meninggalkannya, dan
juga tidak boleh mendahulukan perkataan seorang pun atas perkataan beliau shallallahu
'alaihi wa sallam.” (Taisirul Karimirrahman fi Tafsir Kalamil Mannan
hal 813)
Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
كُلُّ أُمَّتِيْ
يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى قَالُوْا: يَا رَسُولَ اللهِ، وَمَنْ
يَأْبَى؟ قَالَ: مَنْ أَطَاعَنِيْ دَخَلَ الْجَنَّةَ، وَمَنْ عَصَانِيْ فَقَدْ
أَبَى
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Setiap umatku
akan masuk surga, kecuali yang enggan.” Para sahabat bertanya: “Wahai
Rasulullah siapakah yang enggan?” beliau menjawab: “Siapa yang mentaatiku maka
ia masuk surga, dan siapa yang tidak mau mentaatiku maka ia telah enggan.” (HR.
Bukhari 7280)
Jadi, bila kita ingin masuk surga, kita tinggal mengikuti
beliau, mempercayai beliau, mentaati perintah beliau dan menjauhi larangan
beliau shallallahu 'alaihi wa sallam.
Mengenal Agama Islam
Apabila kita
telah mantap dengan keyakinan bahwa Allah adalah Tuhan kita dan Nabi Muhammad
adalah utusan Allah kepada hamba-hambaNya, maka ketahuilah bahwa ajaran yang dibawa
dan disampaikan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah
agama Islam.
Islam adalah
satu-satunya agama yang diridhai oleh Allah subhanahu wa ta'ala, adapun agama
lainnya tidak akan pernah diterima oleh Allah ta'ala dan akan merugi di
akhirat. Inilah keyakinan kita sebagai seorang muslim. Allah ta'ala
berfirman:
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ
اللَّهِ الْإِسْلَامُ
“Sesungguhnya
agama yang diridhai di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali Imran [3]: 19)
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ
الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Barangsiapa
mencari agama selain Islam maka tidak akan pernah diterima, dan di akhirat ia
akan menjadi orang-orang yang merugi.” (QS. Ali Imran [3]: 85)
Adapun makna
Islam yaitu sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah
yang merupakan salah seorang ulama besar di zamannya. Beliau berkata bahwa Islam
adalah:
الْاِسْتِسْلَامُ لِلَّهِ
بِالتَّوْحِيْدِ وَالاِنْقِيَادُ لَهُ بِالطَّاعَةِ وَالبَرَاءَةُ مِنَ الشِّرْكِ
وَأَهْلِهِ
“Berserah
diri kepada Allah dengan mentauhidkan-Nya, tunduk dan patuh dengan ketaatan,
serta berlepas diri dari kesyirikan dan pelakunya.” (Al-Ushuluts Tsalatsah
hal 13)
Syaikh
Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah, yang merupakan salah
seorang ulama dari Unaizah, Saudi Arabia menjelaskan makna Islam ini, beliau
berkata:
“Makna ini
mengandung tiga perkara: yang pertama berserah diri kepada Allah dengan
mentauhidkan-Nya, maksudnya seorang hamba berserah diri kepada Rabbnya
secara syar’i (suka rela), yaitu dengan menjadikan-Nya satu-satunya yang
diibadahi. Islam seperti inilah yang karenanya seorang hamba itu dipuji dan
mendapat pahala. Adapun penyerahan diri secara qadari (terpaksa), maka tidak
akan mendapat pahala, karena tidak ada jalan lain bagi manusia padanya.
وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ
فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُون
“Kepada-Nyalah berserah diri segala apa yang di langit dan di
bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka
dikembalikan.” (QS. Ali Imran [3]: 83)
Yang kedua tunduk
dan patuh dengan ketaatan, yang demikian itu dengan mengerjakan
perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya, karena ketaatan itu
adalah mentaati perintah dengan mengerjakannya, sedangkan mentaati larangan
yaitu dengan menjauhinya.
Yang ketiga berlepas
diri dari kesyirikan dan pelakunya. Berlepas diri dari kesyirikan yaitu membebaskan
diri darinya dan meninggalkannya, maka hal ini mengharuskan seseorang itu juga
berlepas diri dari pelaku kesyirikan. Allah ta'ala berfirman:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ
أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ
إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا
بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا
حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ
“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada
Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada
kaum mereka: ‘Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu
sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan
kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada
Allah saja.’” (QS. al-Mumtahanah [60]: 4) (Syarhul Ushul ats-Tsalatsah hal.
56-57)
Inilah
pembahasan singkat tentang jawaban dari tiga pertanyaan alam kubur, semoga bisa
dipahami, diyakini dan diamalkan. Semoga Allah menyelamatkan kita dari siksa
kubur.
Abu Ibrohim Ari bin Salimin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.