Ramadhan adalah bulan
yang ditunggu-tunggu kedatangannya oleh orang-orang yang beriman. Betapa tidak,
di dalamnya terdapat berbagai keutamaan yang tidak terdapat di waktu-waktu yang
lainnya. Oleh karena itulah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan
para ulama salaf sama sekali tak menyia-nyiakan bulan mulia ini. Semoga tulisan
singkat ini dapat memotivasi kita untuk meningkatkan amal ibadah di bulan Ramadhan
yang begitu sangat mulia dan istimewa.
Indahnya Ramadhan
Bulan Ramadhan adalah
bulan yang mendatangkan kebahagiaan, hal ini akan dirasakan oleh orang-orang
yang menghayatinya. Bagaimana mungkin seorang mukmin tidak berbahagia,
sedangkan pada waktu itu pintu-pintu surga sedang dibuka. Bagaimana seorang
muslim tidak bersuka cita, sedang pada waktu itu adalah momen yang sangat tepat
untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan sedekat-dekatnya. Bagaimana pula
orang yang bertaubat tidak merasa gembira, sedangkan saat itu adalah lahan
untuk memperoleh ampunan dari dosa-dosa. Sesungguhnya bulan Ramadhan adalah
bulan al-Qur’an, bulan Ramadhan adalah bulan ampunan, bulan Ramadhan adalah
bulan semangat beramal.
Ramadhan Bulan Penuh Ampunan
Ramadhan adalah bulan
yang istimewa, ladang untuk meraih ampunan Allah atas dosa-dosa kita dan meraih
pahala sebanyak-banyaknya, yang dapat kita lakukan dengan berpuasa dan
mengerjakan shalat malam bersama kaum muslimin.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا
غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.
“Barangsiapa shalat malam di
bulan Ramadhan dalam keadaan iman dan mengharap pahala dari Allah, maka
diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari 37 dan Muslim 759)
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا
غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.
“Barangsiapa puasa di bulan Ramadhan
dalam keadaan iman dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya
yang telah lalu.” (HR. Bukhari 38 dan Muslim 760)
Di Bulan Ramadhan Pintu surga Dibuka dan Pintu Neraka Ditutup
Betapa istimewanya bulan
ini dibanding bulan-bulan yang lain, dimana saat itu pintu-pintu surga dibuka
dan pintu-pintu neraka ditutup. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ
الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ
“Bila bulan Ramadhan telah
tiba, maka pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup, dan setan
pun dibelenggu.” (HR. Bukhari 1898 dan Muslim 1079)
إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ
رَمَضَانَ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِيْنُ، وَمَرَدَةُ الجِنِّ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ
النَّارِ، فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ، وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الجَنَّةِ،
فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ، وَيُنَادِي مُنَادٍ: يَا بَاغِيَ الخَيْرِ
أَقْبِلْ، وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ، وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ،
وَذَلكَ كُلُّ لَيْلَةٍ.
“Apabila malam pertama dari
bulan Ramadhan tiba, maka setan dan jin Ifrit dibelenggu, pintu-pintu neraka
ditutup sehingga tak ada satupun darinya yang terbuka, dan pintu-pintu surga
dibuka hingga tak ada satupun darinya yang tertutup. Kemudian ada seorang
penyeru yang menyeru, “Wahai pencari kebaikan, sambutlah! Dan wahai pencari
kejelekan, kurangilah!” Dan Allah membebaskan orang-orang dari api neraka pada
setiap malam.” (HR. at-Tirmidzi 682 dan Ibnu Majah 1642, dishahihkan Syaikh
al-Albani dalam Shahihut Targhib wat Tarhib 998)
Ramadhan Bulan Meraih Surga
Dengan berpuasa di bulan Ramadhan, kita mempunyai kesempatan untuk meraih
keutamaan dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga melalui pintu
khusus yang bernama ar-Rayyan.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda:
مَنْ صَامَ يَوْمًا فِيْ سَبِيْلِ اللَّهِ
بَاعَدَ اللَّهُ وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ سَبْعِيْنَ خَرِيْفًا
“Barangsiapa yang berpuasa
satu hari dalam rangka berjihad di jalan Allah, maka Allah akan menjauhkan
wajahnya dari api neraka sejauh perjalanan tujuh puluh tahun.” (HR. Bukhari 2840 dan Muslim 1153)
إِنَّ فِيْ الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ
الرَّيَّانُ يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لاَ يَدْخُلُ
مَعَهُمْ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُونَ فَيَدْخُلُوْنَ مِنْهُ
فَإِذَا دَخَلَ آخِرُهُمْ أُغْلِقَ فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ
“Sesungguhnya di dalam surga terdapat
sebuah pintu yang bernama ar-Rayyan. Akan masuk melalui pintu ini orang-orang
yang berpuasa pada hari kiamat nanti, tidak ada yang masuk melaluinya selain
mereka. Dikatakan: “Dimanakah orang-orang yang berpuasa?” Maka mereka pun
memasukinya, dan apabila orang yang terakhir dari mereka telah masuk, maka
pintu itu ditutup dan tidak ada lagi yang masuk selain mereka.” (HR. Bukhari 1896 dan Muslim 1152)
Ramadhan Bulan Diturunkannya al-Qur’an
Di antaranya juga yang
membuat Ramadhan begitu spesial adalah karena pada bulan inilah Allah
menurunkan al-Qur’an, sebagaimana Firman-Nya:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ
الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ
شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ
“Bulan
Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur’an sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu,
barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu,
maka berpuasalah.” (QS. al-Baqarah [2]: 185)
Di dalamnya Ada Satu Malam yang Lebih Baik dari Seribu
Bulan
Malam yang mana amalan
pada waktu itu dihitung lebih baik dari amalan-amalan yang dilakukan selama
seribu bulan di waktu-waktu yang lain adalah malam lailatul qadr. Allah 'azza
wa jalla berfirman:
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ
سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
“Malam kemuliaan
itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan
malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu
(penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. al-Qadr [97]: 3-5)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam di Bulan
Ramadhan
Di bulan Ramadhan Rasulullah sangat semangat berbuat baik, terlebih lagi
apabila telah memasuki sepuluh malam terakhir, maka beliau sangat
bersungguh-sungguh untuk beribadah demi mendapatkan malam lailatul qadr. Dari Ibnu Abbas radhiyallahu
'anhuma, ia berkata:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ بِالْخَيْرِ وَأَجْوَدُ مَا يَكُوْنُ فِيْ شَهْرِ
رَمَضَانَ لأَنَّ جِبْرِيلَ كَانَ يَلْقَاهُ فِيْ كُلِّ لَيْلَةٍ فِيْ شَهْرِ
رَمَضَانَ حَتَّى يَنْسَلِخَ يَعْرِضُ عَلَيْهِ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقُرْآنَ فَإِذَا لَقِيَهُ جِبْرِيْلُ كَانَ أَجْوَدَ
بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيْحِ الْمُرْسَلَةِ.
“Dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam adalah orang yang paling pemurah dalam memberikan kebaikan, dan
beliau lebih pemurah lagi ketika Ramadhan. Karena sesungguhnya Jibril ‘alaihis
salam senantiasa menjumpai beliau setiap malam bulan Ramadhan sampai
selesai (habis bulan Ramadhan), Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
membacakan al-Qur’an kepadanya. Dan ketika berjumpa dengan Jibril ‘alaihissalam,
beliau sangatlah dermawan dalam berbuat baik melebihi angin yang berhembus.”
(HR. Bukhari 4997 dan Muslim 2308)
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha,
ia berkata:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ
أَهْلَهُ
“Apabila memasuki sepuluh
(malam terakhir di bulan Ramadhan), Nabi mengencangkan ikatan kainnya,
menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya (istri-istrinya).” (HR.
Bukhari 2024)
Semangat Para Ulama Salaf di Bulan Ramadhan
Salafush Shalih (ulama
Islam terdahulu) adalah sebaik-baik teladan setelah Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bagi kita dalam segala hal, karena merekalah generasi terbaik
umat ini. Sesungguhnya Salafush Shalih sangatlah memanfaatkan waktunya di bulan
ramadhan untuk mendekatkan diri kepada Allah ta'ala.
Dari as-Saib bin Yazid rahimahullah
dia berkata: Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu memerintahkan Ubay
bin Ka’ab dan Tamim ad-Dari radhiyallahu ‘anhuma mengimami manusia
dengan sebelas raka’at (dalam shalat tarawih). Kemudian sang imam membaca 200
ayat, hingga kami bersandar kepada tongkat-tongkat karena lamanya berdiri,
tidaklah kami selesai dari shalat kecuali telah mendekati waktu shubuh.
(Diriwayatkan oleh Malik 379, dishahihkan Syaikh al-Albani dalam Tamamul
Minah 252)
Imam Malik rahimahullah
juga meriwayatkan, dari Malik bin Abdillah bin Abi Bakr, dia bekata: Aku
mendengar ayahku berkata: “Dahulu kami selesai dari shalat malam pada bulan
Ramadhan, kami pun bersegera mempersiapkan makan karena takut datangnya waktu
shubuh.” (Al-Muwaththa 382)
Ibnu Rajab al-Hambali rahimahullah
menyebutkan tetang kesungguhan para ulama salaf di bulan Ramadhan dalam
kitabnya Lathaiful Ma’arif (1/171):
Dahulu para ulama salaf
mengkhatamkan al-Qur’an di bulan Ramadhan dalam shalat mereka dan di luar
shalat. Dahulu al-Aswad bin Yazid mengkhatamkan al-Qur’an pada bulan Ramadhan
setiap dua malam, an-Nakha’i juga melakukan hal itu pada 10 malam terakhir
khususnya, dan pada sisa bulan ia mengkhatamkannya tiap tiga malam. Qatadah
selalu mengkhatamkan al-Qur’an tiap tujuh hari, jika datang bulan Ramadhan beliau
mengkhatamkannya selama tiga hari, dan pada 10 hari terakhir Ramadhan beliau
mengkhatamkannya pada setiap malam. Imam asy-Syafi’i pada bulan Ramadhan mengkhatamkan
al-Qur’an sebanyak enam puluh kali, beliau membacanya di luar shalat, Abu
Hanifah juga melakukan seperti itu.
Qatadah mempelajari
al-Qur’an di bulan Ramadhan, dan az-Zuhri apabila telah memasuki bulan Ramadhan
beliau berkata: “Sesungguhnya Ramadhan itu adalah bacaan al-Qur’an dan memberi
makan.” Al-Imam Malik bin Anas jika memasuki bulan Ramadhan beliau meninggalkan
pelajaran hadits dan majelis ahlul ilmi, dan beliau mengkonsentrasikan kepada
membaca al-Qur’an dari mushaf. Sufyan ats-Tsauri jika telah memasuki bulan
Ramadhan ia meninggalkan seluruh ibadah (yang hukumnya sunnah -penj.)
dan bersungguh-sungguh membaca al-Qur’an.
Ibnu Rajab al-Hambali rahimahullah
melanjutkan dengan berkomentar: “Bahwasanya larangan mengkhatamkan al-Quran
kurang dari tiga hari itu adalah apabila dilakukan secara terus menerus. Adapun
pada waktu-waktu yang terdapat keutamaan padanya seperti bulan Ramadhan,
terutama pada malam-malam yang dicari/diburu padanya lailatul qadr, atau pada
tempat-tempat yang memiliki keutamaan seperti Makkah bagi siapa saja yang
memasukinya selain penduduk negeri itu, maka disukai pada saat itu untuk
memperbanyak membaca al-Qur’an, dalam rangka memanfaatkan (keutamaan) waktu dan
tempat tersebut. Ini adalah pendapat Ahmad, Ishaq, dan selainnya dari kalangan
ulama.” (Latha’iful Ma’arif 1/171)
Demikianlah keadaan para
ulama salaf terdahulu dalam menyambut Ramadhan -semoga Allah meridhai dan
merahmati mereka semuanya-. Meskipun mungkin kita tak sanggup menyamainya,
setidaknya hal itu menjadi motivasi bagi kita untuk meningkatkan amal shalih
khususnya di bulan Ramadhan.
اَللَّهُمَّ يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ يَا ذَا
الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ اِجْعَلْنَا وَجَمِيْعَ الْمُسْلِمِيْنَ مِمَّنْ صَامَ
رَمَضَانَ وَقَامَهُ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا فَغُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ
ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
“Ya Allah Yang Maha Hidup dan
Berdiri sendiri, Pemilik segala keagungan dan kemuliaan, jadikanlah kami dan
segenap kaum muslimin sebagai orang-orang yang menunaikan ibadah puasa Ramadhan
dan shalat malam dengan penuh keimanan dan harapan akan pahala lantas diampuni
semua dosanya, baik yang telah lalu maupun yang belakangan, dengan rahmat-Mu
wahai Dzat Yang Maha Penyayang.”
Abu Ibrohim Ari bin Salimin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.