Dari kitab al-Wasa`ilul Mufidah Lil
Hayatis Sa’idah karya Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah
Pemateri: Ust Nur Hakim Waras hafidzahullah
Tempat: Masjid al-Manshur SDIT Imam
Syafi’I, Petanahan, Kebumen
Waktu: Selasa, 8 Dzul Qa’dah 1438 H
__________
Kebahagiaan adalah harapan setiap
orang, sebagaimana yang Allah firmankan tentang sebuah doa di dalam kitab-Nya:
رَبَّنَا آتِنَا فِي
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Ya Tuhan
kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah
kami dari siksa api neraka” (QS. al-Baqarah: 201)
Kiat memperoleh kebahagiaan:
1. Iman dan Amal
Shalih sebagai dasar
Orang yang kehilangan keimanan maka
dia kehilangan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Amal shalih adalah amalan yang ikhlas
dan sesuai contoh dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Allah subhanahu wa ta'ala
berfirman:
مَنْ
عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ
حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا
يَعْمَلُون
“Barangsiapa
yang mengerjakan amal shalih baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang
baik, dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang
lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. an-Nahl [16]: 97)
Dalam ayat ini Allah
mengingatkan akan amal shalih dan keimanan. Maka orang-orang yang beriman akan
selalu bahagia dengan sabar dan syukur. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda:
عَجَبًا
لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ
لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ
ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Menakjubkan perkara seorang mukmin,
sesungguhnya seluruh perkaranya adalah kebaikan, dan hal ini tidak ada kecuali
pada diri seorang mukmin; jika ia mendapat kesenangan maka ia bersyukur, maka
itu baik baginya; dan jika ia tertimpa musibah ia pun bersabar, maka itu baik
baginya.” (HR. Muslim 2999)
2. Berilmu,
berusaha mengamalkannya, dan berbuat apa yang bermanfaat di dunia dan akhirat.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda:
احْرِصْ
عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ وَإِنْ أَصَابَكَ
شَىْءٌ فَلاَ تَقُلْ لَوْ أَنِّى فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا. وَلَكِنْ قُلْ
قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ
“Bersungguh-sungguhlah dalam apa yang
bermanfaat untukmu, minta tolonglah kepada Allah, dan janganlah kamu lemah.
Apabila sesuatu menimpamu, maka janganlah engkau mengatakan: ‘Seandainya saja
aku berbuat seperti ini dan seperti itu.’ Tetapi katakanlah: ‘Qadarullaah wamaa
syaa`a fa’al.’ Karena ungkapan ‘Seandainya’ akan membuka amalan setan.” (HR.
Muslim 2664)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam juga bersabda:
إِنَّ
لِكُلِّ عَمَلٍ شِرَّةً، وَلِكُلِّ شِرَّةٍ فَتْرَةٌ، فَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ
إِلَى سُنَّتِي، فَقَدْ أَفْلَحَ، وَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى غَيْرِ ذَلِكَ،
فَقَدْ هَلَكَ
“Sesungguhnya setiap amal ada
masa semangatnya, dan setiap semangat ada masa loyonya. Maka barangsiapa yang
masa loyonya ia arahkan kepada sunnahku, maka sungguh ia telah beruntung, dan
barangsiapa yang masa loyonya kepada selain itu, maka sungguh ia telah binasa.”
(HR. Ahmad 6764, Syaikh Syu’aib al-Arnauth mengatakan “Sanadnya shahih sesuai
syarat Syaikhain” dalam tahqiq beliau atas Musnad Ahmad)
3. Berdzikir
mengingat Allah, ingat nikmat dan selalu melihat ke bawah
Allah 'azza wa jalla
berfirman:
أَلَا
بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Ingatlah, dengan dengan dzikir
mengingat Allah hati menjadi tenang.” (QS. ar-Ra’d [13]: 28)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda:
انْظُرُوا
إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ
أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ
“Lihatlah kepada orang yang
(keadaannya) di bawahmu dan jangan melihat kepada yang (keadaannya) di atasmu,
karena hal itu akan membantumu untuk selalu mensyukuri nikmat Allah atasmu.”
(HR. Muslim 2963)
4. Usaha dan
berdoa meminta kebahagiaan di dunia dan di akhirat
Sebagaimana doa:
رَبَّنَا
آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ
“Ya Tuhan
kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah
kami dari siksa api neraka” (QS. al-Baqarah: 201)
Demikian pula doa-doa yang terdapat
dalam hadits:
اللَّهُمَّ
أَصْلِحْ لِى دِينِىَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِى وَأَصْلِحْ لِى دُنْيَاىَ
الَّتِى فِيهَا مَعَاشِى وَأَصْلِحْ لِى آخِرَتِى الَّتِى فِيهَا مَعَادِى
وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِى فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً
لِى مِنْ كُلِّ شَرٍّ
“Ya Allah, perbaikilah untukku agamaku yang merupakan penjaga
urusanku, perbaikilah untukku duniaku yang di dalamnya aku hidup, perbaikilah
untukku akhiratku yang merupakan tempat kembaliku, dan jadikanlah kehidupanku
sebagai penambah kebaikan bagiku serta jadikanlah kematian sebagai
peristirahatan untukku dari segala keburukan.” (HR. Muslim 2720)
اللهُمَّ
إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadamu ilmu yang
bermanfaat, rizki yang baik dan amalan yang diterima.” (HR. Ibnu Majah 925,
Dinilai shahih oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibni Majah
925)
اللَّهُمَّ
رَحْمَتَكَ أَرْجُو فَلاَ تَكِلْنِى إِلَى نَفْسِى طَرْفَةَ عَيْنٍ وَأَصْلِحْ لِى
شَأْنِى كُلَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ
“Ya Allah, rahmat-Mu yang aku
harapkan, maka janganlah Engkau bebankan diriku kepadaku sekejap mata
sekalipun, dan perbaikilah untukku semua urusanku, tidak ada tuhan yang berhak
diibadahi selain Engkau.” (HR. Abu Dawud 5092, dinilai hasan oleh Syaikh
al-Albani dalam Shahihul Jami 3388)
5. Persiapkan
mental menghadapi kehidupan sebagai apa saja
Apapun profesi kita ataupun kedudukan
kita, pasti selalu ada masalah dan tantangan, maka hendaknya kita selalu
mempersiapkan mental kita untuk menghadapi semua itu.
6. Tegar dan
tawakkal (berserah diri)
Kita harus selalu tegar, karena hidup
pasti ada masalah, maka setelah kita berusaha hendaklah kita serahkan semua
urusan kita kepada Allah. Allah ta'ala berfirman:
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ
عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Dan barangsiapa bertawakkal
kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. ath-Thalaq
[65]: 3)
لَوْ أَنَّكُمْ
تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ ، لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ
الطَّيْرَ ، تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَان
“Kalaulah kalian bertawakkal
kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal, pastilah Allah memberikan rizki
kepada kalian sebagaimana Allah berikan kepada burung; dia berangkat pagi dalam
keadaan lapar, namun pulang di sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR. Ahmad
205, Syaikh Syu’aib al-Arnauth mengatakan “Sanadnya kuat” dalam tahqiq beliau
atas Musnad Ahmad, Syaikh al-Albani berkata “Bahkan Shahih sesuai syarat
Muslim” dalam Silsilah ash-Shahihah 310)
7. Tidak
membenci
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda:
لاَ يَفْرَكْ
مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِىَ مِنْهَا آخَرَ
“Janganlah seorang mukmin
(suami) membenci seorang mukminah (istrinya), jika ia membenci satu akhlaknya,
niscaya dia akan ridha dengan akhlaknya yang lain.” (HR. Muslim 1469)
Setiap orang tidak ada yang sempurna,
maka hendaknya selalu melihat kebaikannya, jangan lihat kesalahannya, entah itu
pasangan kita, anak kita, anak buah kita, saudara kita, ataupun selainnya.
8. Tidak larut
dalam kesedihan
Sebagai seorang yang beriman
hendaknya kita selalu bersabar sebagaimana telah dijelaskan di poin yang
pertama.
Inilah kiat-kiat yang bisa kita bahas
pada kesempatan kali ini, semoga bermanfaat. Semoga Allah menjadikan kita
termasuk orang-orang yang berbahagia di dunia dan di akhirat. Allahumma
aamiin.
____________
Dicatat oleh: Abu Ibrohim Ari bin
Salimin
Selesai disalin pada hari Ahad 13
Dzul Qa’dah 1438 H.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.