Saudara dan saudariku,
ingatlah bahwa hidup ini adalah kehidupan yang singkat dan fana. Berapapun
lamanya seseorang hidup di dunia, ia pasti akan mati juga. Tinggallah ia
setelah itu di kehidupan yang sebenarnya, yaitu kehidupan akhirat yang tak ada
ujungnya. Hidup ini adalah ujian menuju surga. Maka seorang manusia haruslah ia
mengikuti aturan dari Sang Pencipta, agar ia bisa selamat di kehidupan dunia
dan di kehidupan setelahnya.
Meski demikian, begitu
banyak manusia lalai akan aturan Allah Sang Pencipta, lalai dari kehidupan
akhirat yang kekal abadi selama-lamanya. Hingga Allah pun berfirman:
أَلْهَاكُمُ
التَّكَاثُرُ حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ
“Bermegah-megahan telah
melalaikan kamu, hingga kamu masuk ke dalam kubur.” (QS. at-Takatsur [102]:
1-2)
Sehingga ketahuilah,
bahwa ketika ada orang yang mengingatkan kita tentang akhirat dan tentang bekal
takwa untuk menuju ke sana, maka dialah orang yang sangat peduli dengan kita.
Dia peduli dengan kebahagiaan kita yang sesungguhnya, yaitu dia berharap dan
berusaha agar kita bisa masuk surga dan tinggal di dalamnya selama-lamanya
dalam kebahagiaan yang nyata. Dia pun berusaha bagaimana agar kita bisa selamat
di dunia ini, dari berbagai macam hal yang bisa menghalangi kita masuk surga
dan menjerumuskan kita ke dalam jurang neraka.
Maka alangkah
bahagianya jika kita memiliki orang-orang yang bisa selalu mengingatkan kita
saat kita lalai dari perintah Allah 'azza wa jalla.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam
Yang pertama, orang
yang paling peduli pada kita adalah Nabi kita yang tercinta ‘alaihish
shalatu wassalam. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman tentang
beliau:
لَقَدْ
جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيْصٌ
عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَءُوفٌ رَحِيْمٌ
“Sungguh telah
datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya
penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat
belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang yang beriman.” (QS. at-Taubah [9]: 128)
Sungguh apabila kita
mengetahui bagaimana perjalanan dakwah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam, kita pasti akan mengetahui bagaimana besarnya perjuangan beliau
mengajak manusia menuju surga dan menjauhkan mereka dari api neraka. Meski
demikian, justru banyak orang yang tidak senang dengan ajakan beliau, bahkan
lebih memilih jalan lain selain jalan yang diajarkan oleh beliau shallallahu
'alaihi wa sallam. Dengarlah penuturan beliau:
مَثَلِيْ
وَمَثَلُكُمْ كَمَثَلِ رَجُلٍ أَوْقَدَ نَارًا فَجَعَلَ الْجَنَادِبُ وَالْفَرَاشُ
يَقَعْنَ فِيهَا وَهُوَ يَذُبُّهُنَّ عَنْهَا وَأَنَا آخِذٌ بِحُجَزِكُمْ عَنِ
النَّارِ وَأَنْتُمْ تَفَلَّتُونَ مِنْ يَدِيْ
“Permisalanku dengan kalian adalah
seperti seorang lelaki yang menyalakan api, sehingga mulailah serangga-serangga
dan laron jatuh ke dalamnya, padahal lelaki tersebut berusaha
menghalang-halanginya dari api itu. Sedangkan aku memegangi kalian agar tidak
jatuh ke dalam neraka, tetapi justru kalian meloloskan diri dari tanganku.”
(HR. Muslim 2285)
Saudaraku, saudariku…
Lihatlah bagaimana
kesungguhan beliau berusaha menyelamatkan kita sebagai umatnya dari api neraka,
maka taatilah beliau. Taatilah Nabimu. Yakinlah bahwa apa saja yang telah
diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya kepadamu adalah karena di dalamnya
terdapat kebaikan yang banyak untukmu, meskipun engkau tidak tahu, dan apa saja
yang telah dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya atasmu adalah karena di dalamnya
terdapat keburukan yang banyak, meskipun engkau tidak tahu apa itu. Taatilah Rasulullah,
meskipun tak sesuai dengan kemauan hawa nafsumu, karena itulah yang terbaik
untukmu.
Ingatlah bahwa Allah subhanahu
wa ta'ala telah berfirman:
وَعَسَى أَنْ
تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ
شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Bisa
jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan bisa jadi (pula)
kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang
kamu tidak mengetahui.” (QS. al-Baqarah [2]: 216)
Para Ulama dan
Penyeru Kebaikan
Yang kedua, orang yang
peduli pada kita adalah para ulama dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka
dari para penyeru kebaikan. Mereka adalah orang-orang yang sangat sayang pada
kita sebagai umat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Bahkan
mereka adalah pewaris para Nabi. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
telah bersabda:
إِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الأَنْبِيَاءِ
وَإِنَّ الأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلاَ دِرْهَمًا وَرَّثُوا
الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
“Sesunggunya
para ulama adalah pewaris para nabi, dan para nabi tidaklah mewariskan dinar
ataupun dirham, tetapi mereka mewariskan ilmu. Maka barangsiapa mengambilnya,
berarti ia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR. Abu Dawud 3643,
dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahihul Jami’ 6297)
Maka segala puji hanya milik Allah 'azza wa jalla yang telah
menjadikan pada setiap masa yang kosong dari para Rasul, pewaris yang terdiri
dari ulama yang berdakwah dan mengajak orang yang sesat kepada hidayah. Mereka
tabah dan sabar menghadapi bermacam-macam tantangan dan ujian untuk
menghidupkan mereka yang mati hatinya dengan Kitabullah dan dengan cahaya Allah
'azza wa jalla, menjadikan terbuka mata mereka yang buta. Sehingga tidak
sedikit dari mereka yang (hatinya) telah mati terbunuh oleh iblis kembali
dihidupkan, dan banyak dari mereka yang sesat dan kebingungan kembali mendapat
petunjuk. Alangkah baik warisan mereka untuk manusia, tetapi sebaliknya,
sungguh buruk penerimaan sebagian manusia terhadap warisan mereka. (Syarah
‘Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah karya ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas hafidzahullah
hal. 12-13)
Maka wahai saudara dan
saudariku, ketika kita ingin memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat,
sambutlah seruan para ulama. Kembalilah kepada mereka dalam memahami agama
Islam ini. mereka adalah orang-orang yang sangat peduli padamu.
Orang yang Mungkin Kau Tak Tahu
Selanjutnya yang
ketiga, orang-orang yang peduli pada kita adalah mereka yang bisa jadi adalah
orang terdekat kita, atau bahkan bisa jadi dia adalah orang lain yang kita tak
mengenal siapa dia.
Maka wahai Saudara dan saudariku,
coba renungkanlah…
Bisa jadi, ada seseorang di pojokan
rumahnya ia termenung.
Bukan sedang memikirkan dirinya, tapi
ia memikirkan tentangmu.
Ya, ia memikirkan tentangmu…
tentang akhiratmu…
Ia sangat ingin hidayah menyapamu.
Ia adalah orang yang sangat peduli
padamu. Peduli dengan keselamatanmu.
Ketika engkau terjatuh ke dalam
kesalahan, ia sangat ingin segera menegurmu.
Ketika engkau terjatuh ke dalam
kemaksiatan, ia ingin segera menarik tanganmu menyelamatkanmu.
Ia adalah orang yang sangat ingin
engkau masuk ke dalam surga dan selamat dari neraka.
Dalam kesendiriannya ia termenung,
memikirkan tentangmu.
Tentang bagaimana dia menyelamatkanmu
dari jurang kebinasaan.
Sesekali, ia hanya bisa tersenyum
sambil berlalu mengingatkanmu dengan sepatah ucapan:
“Mas, shalat yuk ke masjid, udah
adzan lho…”
“Mba, apa nggak pengen pake jilbab?
Jilbab itu wajib lho…”
“Pak, apa nggak pengen berhenti
merokok? Rokok itu kan banyak racunnya…”
“Bu, apa nggak dinasehatin aja
langsung, daripada ngomongin kejelekan orang terus…”
“Kak, pacaran itu dosa lho, apa nggak
takut jatuh ke dalam zina?”
“Dek, daripada dengerin musik,
mendingan baca Qur’an yuk… dapet pahala.”
Itulah sedikit ucapan yang sangat
tulus dari lubuk hatinya yang paling dalam.
Ya, baru hanya sedikit kata-kata itu
saja, tak lebih…
Bisa jadi, sebenarnya ia ingin sekali
menjelaskan kepadamu tentang lebih banyak lagi.
Ia ingin mengingatkanmu tentang
kehidupan ini yang hanya sekali saja, agar engkau memanfaatkannya dengan baik
untuk bertakwa kepada Allah ta'ala.
Ia ingin mengingatkanmu tentang
kematian yang selalu mengancammu kapan saja.
Ia ingin mengingatkanmu tentang
indahnya surga dan dahsyatnya neraka, agar kamu ingat dan segera kembali kepada
ketaatan pada Allah 'azza wa jalla.
Namun lidahnya terasa berat untuk
menjelaskan semua itu, baru hanya sepatah kata itu saja yang bisa ia ucapkan…
Yah, hanya sepatah kata itu yang tulus dari dalam hatinya.
Terkadang ia pun bingung mengapa
seperti itu.
Mungkin karena ilmunya yang masih
sedikit,
Atau karena suasana hatinya yang
merasa sangat tidak enak mengungkapkan hal itu.
Meski sebenarnya ia berusaha selalu
melawan perasaannya untuk mengucapkan kata yang lebih banyak.
Di dalam kesendiriannya ia sering
mendoakanmu…
Bahkan tanpa sepengetahuanmu…
“Ya Allah, berilah hidayah
kepadanya…”
“Ya Allah, berilah hidayah kepada
bapakku, ibuku, pamanku, bibiku, suamiku/istriku, kakakku, adikku, anakku, temanku,
guruku, muridku, tetanggaku, orang-orang di daerahku, di negeriku, kaum
muslimin, ya Allah selamatkan kami dari api neraka, kumpulkanlah kami di dalam
surga-Mu.”
Bahkan bukan tak
mungkin ia menyebut namamu di dalam doanya…
Dan terkadang
tangispun tak tertahankan menetes dan mengalir di pipinya.
Untukmu saudaraku,
untukmu saudariku, untuk kebaikanmu… untuk keselamatanmu…
Maka ketahuilah, bahwa
ia adalah orang yang sangat peduli padamu, merasa kasihan dengan keadaanmu yang
terjatuh dalam kemaksiatan.
Betapa besar
keinginannya engkau mendapatkan hidayah dalam ketaatan.
Kalaulah hidayah itu
bisa dibeli… Berapapun harta yang ia miliki akan ia tukarkan untuk membeli
hidayah itu, agar bisa ia berikan kepadamu.
Saudara-saudariku…
Maka sambutlah ajakan
orang-orang yang peduli kepadamu. Peganglah erat tangannya, dengarkanlah
nasehatnya, ia mengajakmu masuk ke dalam surga.
--------
Abu Ibrohim Ari bin Salimin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.