Senin, 19 Maret 2018

MENGAPA UCAPAN SALAF LEBIH BERMANFAAT?


قِيْلَ لِحَمْدُوْنَ بْنِ أَحْمَدَ: مَا بَالُ كَلَامُ السَّلَفِ أَنْفَعُ مِنْ كَلَامِنَا؟ قَالَ: لِأَنَّهُمْ تَكَلَّمُوْا لِعِزِّ الإِسْلَامِ وَنَجَاةِ النُّفُوْسِ وَرِضَى الرَّحْمَنِ، وَنَحْنُ نَتَكَلَّمُ لِعِزِّ النُّفُوْسِ وَطَلَبِ الدُّنْيَا وَرِضَا الخَلْقِ
Pernah dikatakan kepada Hamdun bin Ahmad rahimahullah: “Mengapa ucapan Salaf lebih bermanfaat dibanding ucapan kita?” Ia menjawab: “Karena mereka berkata untuk kemuliaan Islam, keselamatan jiwa, dan ridha ar-Rahman, sedangkan kita berkata untuk kemuliaan diri sendiri, mencari dunia, dan mencari ridha manusia.”

Selasa, 06 Maret 2018

MALU ADALAH BAGIAN DARI IMAN


عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضي الله عنه عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ شُعْبَةً وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Iman itu tujuh puluhan cabang, dan malu adalah salah satu cabang dari keimanan.” (HR. Muslim 35)
Hadits ini menjelaskan tentang keimanan, dimana keimanan itu seperti pohon yang memiliki pokok dan cabang, seperti yang Allah sebutkan dalam firman-Nya:
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit.” (QS. Ibrahim [14]: 24)