Kamis, 22 November 2018

HADITS KE 09: KEUTAMAAN MENGURUSI JANDA DAN ORANG-ORANG MISKIN


عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: (( السَّاعِيْ عَلَى الأَرْمَلَةِ وَالْمِسْكِيْنِ كَالْمُجَاهِدِ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ، - وَأَحْسِبُهُ قَالَ - وَكَالْقَائِمِ الَّذِيْ لَا يَفْتُرُ وَكَالصَّائِمِ لَا يُفْطِرُ ))
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Orang yang mengurusi para janda dan orang-orang miskin adalah seperti orang yang berjihad di jalan Allah -dan aku (perawi) mengira beliau pun bersabda- seperti orang yang shalat malam terus menerus, dan seperti orang yang berpuasa tanpa berbuka.” (HR. Bukhari 5353 dan Muslim 2982)
Hadits ini dengan begitu jelas menunjukkan akan besarnya keutamaan mengurusi janda dan orang-orang miskin, dengan memenuhi kebutuhan mereka atau membantu meringankan beban mereka. Sesungguhnya para janda dan orang-orang miskin perlu mendapat perhatian di dalam sebuah masyarakat. Mereka adalah orang-orang yang lemah, dan Allah menolong umat ini dikarenakan orang-orang lemah di antara kita.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّمَا يَنْصُرُ اللهُ هَذِهِ الْأُمَّةَ بِضَعِيْفِهَا: بِدَعْوَتِهِمْ وَصَلَاتِهِمْ وَإِخْلَاصِهِمْ
“Sesungguhnya Allah menolong umat ini adalah karena orang-orang lemah di antara mereka, dengan sebab doa mereka, shalat mereka, dan keikhlasan mereka.” (HR. an-Nasa`i 3178, dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahihut Targhib wat Tarhib 6)
Beban Para Janda dan Orang-orang Miskin
Seorang wanita yang menjanda, ia menanggung beban yang berat. Betapa tidak, seorang perempuan yang memiliki sifat kelemahan dibanding laki-laki harus menempati posisi sebagai kepala rumah tangga, ia harus mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya sepeninggal suaminya, ia juga dituntut untuk menjadi pengganti sosok seorang ayah sebagai pemimpin bagi anak-anaknya, sedangkan seorang wanita disifati kurang akal dan agamanya. Di sisi lain ia juga harus lebih ekstra menjaga kehormatannya disamping keinginannya memenuhi tuntutan biologisnya sebagai seorang manusia. Belum lagi terkadang ada orang-orang di sekitarnya yang menaruh rasa curiga dan buruk sangka terhadapnya karena keadaannya sebagai janda. Sementara dengan berbagai masalah yang ia hadapi, tidak ada sandaran seorang suami yang mengayominya dan menjadi tempat untuknya meluapkan perasaan-perasaannya.
Demikian pula orang-orang yang miskin, mereka selalu hidup dalam kesusahan dan kesedihan memikirkan kebutuhan yang bisa mencukupi dirinya dan keluarganya. Belum lagi terkadang orang-orang miskin harus berat memikirkan dirinya atau keluarganya ketika sakit parah. Tak jarang ketika sakit keras, mereka pun harus benar-benar menahan penderitaan sakitnya karena mereka tak memiliki uang untuk berobat.
Tidak jarang mereka para janda dan orang-orang miskin tak tahu apa yang bisa diberikan untuk makan anak-anak dan keluarga yang menjadi tanggungan mereka. Bisa jadi ketika orang lain tertidur nyenyak, justru mereka melewati malam-malam mereka dalam kondisi kelaparan, mereka menangis sambil menatap wajah anak-anak mereka yang masih kecil-kecil dan polos, sambil berpikir apa yang bisa mengisi perut mereka besok pagi.
Ketika para janda dicukupi kebutuhannya, maka mereka akan lebih bisa menjaga diri mereka dan kehormatan mereka dengan tetap berada di rumah mengurus anak-anak mereka. Demikian pula orang-orang miskin, mereka akan sangat terbantu dan tercukupi, sehingga membuat mereka bisa keluar dari kemiskinannya atau bisa sedikit keluar dari kesulitannya.
Maka dari itulah Islam memotivasi pemeluknya untuk mengurusi janda dan orang-orang miskin dengan keutamaan yang besar. Seberapa besarkah keutamaan tersebut? Dalam hadits di atas, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menerangkan bahwa keutamaan mengurusi janda dan orang-orang miskin adalah seperti orang yang berjihad di jalan Allah, seperti orang yang shalat malam terus menerus, dan seperti orang yang berpuasa tanpa berbuka. Kini mari kita simak masing-masing dari keutamaannya!
Keutamaan Berjihad di Jalan Allah
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman menjelaskan keutamaan berjihad di jalan-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَيُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Hai orang-orang yang beriman, maukah kalian Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (Yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa kalian. Itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam Surga ‘Adn. Itulah keberuntungan yang besar.” (QS. ash-Shaf [61]: 10-12)
Keutamaan Shalat Malam
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَا أَيُّهَا اَلنَّاسُ! أَفْشُوا السَّلَامَ وَصِلُوا الأَرْحَامَ، وَأَطْعِمُوْا اَلطَّعَامَ، وَصَلُّوْا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ، تَدْخُلُوا الجَنَّةَ بِسَلَامٍ

“Wahai manusia! Sebarkanlah salam, sambunglah silaturahim, berilah makan, shalatlah di waktu malam di saat manusia yang lain tidur, kalian akan masuk ke dalam surga dengan penuh keselamatan.” (HR. Ibnu Majah 1334, dishahihkan Syaikh al-Albani dalam Shahihut Targhib wat Tarhib 616)
Keutamaan Berpuasa
Dari Abu Sa’id radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ صَامَ يَوْمًا فِيْ سَبِيلِ اللَّهِ بَعَّدَ اللَّهُ وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ سَبْعِينَ خَرِيفًا
“Barangsiapa berpuasa satu hari di jalan Allah, maka Allah akan menjauhkan wajahnya dari neraka sejauh perjalanan 70 tahun.” (HR. Bukhari 2840 dan Muslim 1153)
Itulah di antara keutamaan berjihad, shalat malam, dan berpuasa. Sampai di sini kita mengetahui begitu besarnya keutamaan yang terkandung dalam perbuatan mengurusi janda dan orang-orang miskin. Sudah sepantasnya hal ini menjadi motivasi bagi orang-orang yang diberi kelebihan harta, ini adalah ladang pahala sangat yang besar bagi mereka. Harta manusia yang sesungguhnya adalah apa yang ia infakkan untuk kebaikan. Harta itulah yang kelak akan bermanfaat baginya setelah kematian. Maka pada hadits tentang mengurusi janda di atas juga terdapat keutamaan bagi orang-orang yang menikahi janda, karena dengan menikahinya seseorang bisa menafkahinya dengan nafkah lahir dan batin sekaligus. Semoga Allah meringankan beban saudara-saudari kita yang sedang mengalami kesulitan dimanapun mereka berada, dan semoga Allah memudahkan kita untuk bisa selalu berinfak di jalan-Nya.
--------
Abu Ibrohim Ari bin Salimin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.