Sabtu, 04 Februari 2017

KASIH SAYANG KEPADA BINATANG

Kehidupan yang aman dan tenteram merupakan hak atas setiap makhluk hidup yang Allah ciptakan di atas muka bumi ini. Meski demikian, banyak bentuk kedzaliman yang dilakukan oleh sebagian makhluk kepada sebagian yang lainnya. Termasuk di antaranya adalah kedzaliman yang dilakukan oleh manusia kepada binatang. Sesungguhnya agama Islam yang mulia ini telah mengajarkan kepada pemeluknya untuk selalu berakhlak baik dan menjauhi kedzaliman, termasuk di dalamnya adalah berkasih sayang kepada binatang.

Islam Adalah Agama Kasih Sayang
Kasih sayang kepada binatang merupakan bentuk dari keindahan Islam, yaitu bahwasanya Islam adalah agama rahmat bagi seluruh alam semesta, yang mana Allah 'azza wa jalla mengutus Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai bentuk kasih sayangnya kepada seluruh makhluk yang ada di alam semesta ini. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ
Dan tidaklah Kami mengutusmu melainkan sebagai rahmat (kasih sayang) bagi semesta alam.” (QS. al-Anbiya [21]: 107)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّهُ مَنْ لَا يَرْحَمْ لَا يُرْحَمْ
“Siapa yang tidak menyayangi, ia tidak akan disayangi.” (HR. Muslim 6130)
اِرْحَمْ مَنْ فِيْ الأَرْضِ يَرْحَمْكَ مَنْ فِيْ السَّمَاءِ
“Sayangilah siapa saja yang ada di dunia, niscaya yang di langit akan menyayangimu.” (HR. al-Hakim dalam al-Mustadrak 7631 dan beliau menshahihkannya, dishahihkan juga oleh Syaikh al-Albani dalam Shahihul Jami’ 896)
Tidak diragukan lagi bahwa kedua hadits di atas menunjukkan kepada kita untuk berkasih sayang kepada sesama makhluk, termasuk kepada binatang, sampai-sampai dalam membunuh sekalipun. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الْإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ، فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوْا الْقِتْلَةَ وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوْا الذَّبْحَ؛ وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ فَلْيُرِحْ ذَبِيْحَتَهُ
“Sesungguhnya Allah menetapkan kebaikan atas segala sesuatu, maka jika kalian membunuh, bunuhlah dengan cara yang baik, dan jika kalian menyembelih, maka sembelihlah dengan cara yang baik. Tajamkanlah pisaunya dan senangkanlah hewan sembelihannya.” (HR. Muslim 1955)
Berbuat Baik Kepada Binatang Termasuk Sebab Datangnya Ampunan Allah Ta'ala
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah mengisahkan:
بَيْنَا رَجُلٌ يَمْشِي فَاشْتَدَّ عَلَيْهِ الْعَطَشُ فَنَزَلَ بِئْرًا فَشَرِبَ مِنْهَا ثُمَّ خَرَجَ، فَإِذَا هُوَ بِكَلْبٍ يَلْهَثُ يَأْكُلُ الثَّرَى مِنْ الْعَطَشِ فَقَالَ: لَقَدْ بَلَغَ هَذَا مِثْلُ الَّذِي بَلَغَ بِيْ، فَمَلَأَ خُفَّهُ ثُمَّ أَمْسَكَهُ بِفِيهِ ثُمَّ رَقِيَ فَسَقَى الْكَلْبَ، فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ. قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ وَإِنَّ لَنَا فِيْ الْبَهَائِمِ أَجْرًا؟ قَالَ: فِيْ كُلِّ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرٌ
“Suatu saat ada seorang laki-laki yang sedang berjalan, kemudian ia merasa sangat kehausan, maka ia masuk ke dalam sumur dan meminum airnya, kemudian ia keluar dari sumur itu, tiba-tiba ia mendapati ada seekor anjing yang sedang menjulurkan lidahnya menjilati tanah yang basah karena kehausan. Maka ia berkata, ‘Anjing ini telah merasa kehausan seperti apa yang aku rasakan tadi.’ Maka ia pun mengisi sepatunya (dengan air), kemudian ia membawanya dengan mulutnya, lalu ia naik dan memberikannya kepada anjing itu. Maka Allah berterima kasih kepadanya dan mengampuni dosa-dosanya.” Para sahabat bertanya, “Wahai rasulullah, apakah kita bisa meraih pahala dari binatang?”, beliau menjawab, “Pada setiap hati yang basah terdapat pahala.” (HR. Bukhari 2363 dan Muslim 2244)
Lihatlah betapa luasnya rahmat Allah subhanahu wa ta'ala kepada hamba-Nya, memberi minum anjing menjadi sebab laki-laki tersebut diampuni dosa-dosanya. Maka bagaimana lagi jika yang dibantu/dipenuhi kebutuhannya itu adalah manusia yang kehausan, kelaparan dan tak memiliki pakaian??
Larangan Menyakiti Binatang
Siapa di antara kita yang ingin disakiti? Bahkan hewan pun menolaknya. Terkadang kita pun merasa iba ketika melihat saudara kita yang sakit. Tetapi ada saja orang yang begitu tega menyakiti binatang, bahkan menjadikan hal itu sebagai bahan hiburan. Perhatikanlah hadits berikut ini.
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu 'anhu, ia bercerita:
كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْ سَفَرٍ فَانْطَلَقَ لِحَاجَتِهِ، فَرَأَيْنَا حُمَّرَةً مَعَهَا فَرْخَانِ فَأَخَذْنَا فَرْخَيْهَا فَجَاءَتِ الْحُمَّرَةُ فَجَعَلَتْ تَفْرُشُ، فَجَاءَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: مَنْ فَجَعَ هَذِهِ بِوَلَدِهَا رُدُّوا وَلَدَهَا إِلَيْهَا. وَرَأَى قَرْيَةَ نَمْلٍ قَدْ حَرَّقْنَاهَا فَقَالَ: مَنْ حَرَّقَ هَذِهِ؟ قُلْنَا نَحْنُ. قَالَ: إِنَّهُ لَا يَنْبَغِيْ أَنْ يُعَذِّبَ بِالنَّارِ إِلَّا رَبُّ النَّارِ
“Suatu hari kami bepergian bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di tengah perjalanan, beliau memisahkan diri untuk menunaikan hajat. Saat itu kami melihat induk burung bersama kedua anaknya yang masih kecil. Maka kami mengambil dua anak burung itu, sehingga induk burung mengepak-epakkan sayapnya (karena gelisah). Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang, beliau bertanya, “Siapa yang menyakiti burung ini (dengan mengambil) anaknya? Kembalikan anaknya kepada induknya!” Beliau juga melihat ada sarang semut telah dibakar. Beliau pun berkata, “Siapa yang membakar ini?”. “Kami”. Maka beliau berkata: “Tidak pantas menyiksa dengan api kecuali Penguasa api.” (HR. Abu Dawud 2675 dan dishahihkan Syaikh al-Albani dalam Shahih Abi Dawud 2675)
Menyakiti Binatang Termasuk Sebab Masuk Neraka
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
عُذِّبَتْ امْرَأَةٌ فِيْ هِرَّةٍ سَجَنَتْهَا حَتَّى مَاتَتْ فَدَخَلَتْ فِيهَا النَّارَ لَا هِيَ أَطْعَمَتْهَا وَلَا سَقَتْهَا إِذْ حَبَسَتْهَا وَلَا هِيَ تَرَكَتْهَا تَأْكُلُ مِنْ خَشَاشِ الْأَرْضِ
“Seorang perempuan diadzab karena sebab seekor kucing, ia mengurungnya hingga mati, maka ia masuk neraka karenanya. Ia tidak memberinya makan maupun minum ketika mengurungnya, tidak juga ia membiarkannya agar memakan serangga yang ada di bumi.” (HR. Bukhari 3482 dan Muslim 2242)
Hadits ini adalah peringatan yang keras bagi orang-orang yang menyiksa hewan. Hadits di atas menunjukkan tidak adanya rasa kasih sayang pada diri perempuan tersebut kepada binatang, sehingga ia tega berbuat demikian. Maka hendaknya orang-orang yang suka menjadikan hewan sebagai aduan, sasaran tembak atau panah (bukan untuk berburu) dan bentuk penyiksaan lainnya untuk merenungi hadits ini, agar tidak mendapatkan hal yang sama seperti perempuan tersebut, yaitu diadzab di dalam neraka.
Hewan yang Boleh Dibunuh
Meskipun Islam mengajarkan untuk berkasih sayang kepada binatang, dalam Islam juga terdapat beberapa hewan yang boleh untuk dibunuh apabila mengganggu dan berbahaya. Di ataranya seperti yang disebutkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sabdanya:
خَمْسٌ فَوَاسِقُ يُقْتَلْنَ فِى الْحَرَمِ الْفَأْرَةُ، وَالْعَقْرَبُ، وَالْحُدَيَّا، وَالْغُرَابُ، وَالْكَلْبُ الْعَقُورُ
Ada lima jenis hewan fasiq (berbahaya) yang boleh dibunuh ketika sedang ihram, yaitu tikus, kalajengking, burung rajawali, burung gagak dan anjing galak yang suka menggigit.(HR. Bukhari no. 3314 dan Muslim no. 1198)
Setelah kita melalui pembahasan di atas, maka sudah seharusnya bagi kita untuk selalu berkasih sayang terhadap hewan dan menahan diri untuk tidak menyakitinya, sebagaimana telah diajarkan dalam agama kita yang merupakan agama kasih sayang.


Abu Ibrohim Ari bin Salimin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.