Minggu, 05 Maret 2017

HADITS KE 02: BESARNYA KEDUDUKAN SEORANG IBU

Berbakti kepada orang tua akan terus ada selama kita hidup, karena berbakti kepada orang tua bukan hanya ketika mereka hidup, namun juga ketika mereka telah meninggal dunia. Berbakti kepada orang tua adalah syiar Islam, yang dengannya diketahui keindahan Islam dalam berakhlak mulia. Sekaligus menunjukkan bahwa agama Islam sangatlah perhatian dengan akhlak seorang muslim kepada orang tuanya.
Kewajiban Berbakti pada Orang Tua
Berbakti kepada orang tua adalah kewajiban yang utama. Bahkan Allah mengiringkan perintah berbakti kepada orang tua dengan perintah mentauhidkannya. Dia berfirman dalam ayat tentang berbakti kepada orang tua:
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Ya Rabb-ku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.’” (QS. al-Isra’ [17]: 23-24)

Sahabat Abu Darda radhiyallahu 'anhu pernah berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
الوَالِدُ أَوْسَطُ أَبْوَابِ الجَنَّةِ، فَإِنْ شِئْتَ فَأَضِعْ ذَلِكَ البَابَ أَوْ احْفَظْهُ
“Orang tua adalah pintu surga yang di tengah. Jika kalian mau, sia-siakanlah pintu itu atau jagalah.” (HR. at-Tirmidzi 1900, dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahihut Tirmidzi 1900)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga pernah bersabda:
رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ. قِيلَ: مَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: مَنْ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِ أَحَدَهُمَا أَوْ كِلَيْهِمَا ثُمَّ لَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ
“Sungguh terhina, sungguh terhina, sungguh terhina.” Beliau ditanya, “Siapa wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Orang yang mendapati orang tuanya sudah berusia lanjut, baik salah satunya atau keduanya, tapi dia tidak masuk surga.” (HR. Muslim 2551)
Renungkanlah Jasa Kebaikannya
Bersyukurlah kita yang masih memiliki orang tua, terutama ibu. Sungguh jasa yang begitu sangat besar telah ia berikan kepada kita sebagai anaknya, namun begitu banyak anak yang berbuat durhaka kepada ibunya. Cobalah kita hitung berapa besar jasa ibunda kita kepada diri kita sejak dalam kandungan hingga saat ini. Hendaknya kita merenungkannya.
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِيْ؟ قَالَ: أُمُّكَ قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمُّكَ قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمُّكَ قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: ثُمَّ أَبُوْكَ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkaata: “Ada seorang laki-laki datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu bertanya, ‘Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk aku pergauli dengan baik?’ beliau menjawab, ‘Ibumu’, ia kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’, Nabi menjawab, ‘Ibumu!’, ‘Kemudian siapa lagi?’, Nabi menjawab, ‘Ibumu’, orang tersebut bertanya lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi menjawab, ‘kemudian Bapakmu’.” (HR. Bukhari 5971 dan Muslim 2548)
Dalam hadits yang sedang kita bahas ini, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan kepada kita tentang kedudukan ibu yang tiga kali lebih besar daripada bapak kita.
Imam Ibnu Hajar al-Asqalani menyebutkan perkataan Ibnu Baththal rahimahullah ketika menjelaskan hadits: “Kandungan hadits ini yaitu bahwasanya hak ibu dalam kebaikan adalah tiga kalinya hak bapak. Yang demikian itu adalah karena kesusahannya dalam kehamilannya, melahirkan dan menyusui. Hal ini hanya dialami oleh ibu, dan ia pun merasakan kepayahan karenanya, kemudian ia juga ikut berperan membantu seorang bapak dalam pendidikan anaknya. Telah terdapat isyarat akan hal ini di dalam Firman Allah:
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا
Dan Kami perintahkan manusia untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah pula. Masa mengandung sampai menyapihnya selama tiga puluh bulan.’ (QS. al-Ahqaf [46]: 15)
Dalam ayat ini Allah menyamakan di antara bapak dan ibu dalam perintah berbakti kepada keduanya, hanya saja Allah mengkhususkan ibu dengan tiga perkara (hamil, melahirkan dan menyusui).” (Fathul Bari 13/494)
Sesekali coba lihatlah ibu kita ketika sedang tidur, tataplah wajahnya dengan seksama, wajah yang tanpa ekspresi, lihatlah ia yang telah berletih membesarkan kita, raut wajahnya yang berkeriput karena usianya, tangannya yang telah berpeluh mengurusi kita, badannya yang kian melemah seiring bertambahnya umur hidupnya, betapa mulianya hatinya, betapa banyak jasanya kepada kita, betapa sedikitnya kebaikan kita kepadanya dibanding kebaikannya kepada kita. Kemudian tataplah sekali lagi dengan seksama, lalu bayangkanlah ia telah tiada. Lihatlah bagaimana perasaanmu jika engkau harus kehilangan dia.
Demikian pula bapak kita, tentang bagaimana jerih payahnya mencari nafkah untuk kita, perhatiannya kepada kita selama ini, nasehatnya, tegurannya, dan mungkin terkadang ia tak bisa tidur memikirkan kita, memikirkan biaya sekolah dan apa yang akan kita makan esok hari, bahkan dia lah yang paling bertanggung jawab atas kita di dunia ini dan di akhirat nanti. Maka lihatlah, balasan apakah yang telah kita berikan kepada kedua orang tua kita.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: لاَ يَجْزِى وَلَدٌ وَالِدًا إِلاَّ أَنْ يَجِدَهُ مَمْلُوكًا فَيَشْتَرِيَهُ فَيُعْتِقَهُ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Seorang anak tidak akan bisa membalas jasa orang tuanya, kecuali jika ia mendapati orang tuanya sebagai budak, kemudian ia membelinya dan memerdekakannya.” (HR. Muslim 1510)
Berbaktilah dan Jangan Durhaka
Saudara dan saudariku… Sungguh kita tak akan pernah tahu, sampai kapan kita masih bisa melihat orang tua kita. Maka selagi keduanya atau salah satunya masih ada di dunia ini, berbaktilah kepadanya semampu kita. Sebelum kita menyesal karena kurangnya kepedulian kita terhadap mereka. Benar-benar terus menerus mereka mencurahkan kasih sayangnya kepada kita hingga mereka meninggal dunia.
Jika demikian keadaannya, apakah engkau tega menyakiti hatinya?! Maka janganlah engkau berbuat durhaka kepada orang tuamu, berbuat baiklah selalu kepadanya; hormatilah ia, patuhilah perintahnya selama bukan dalam perbuatan dosa dan keburukan, janganlah engkau mengangkat suaramu melebihi suaranya, dengarkanlah ketika ia berbicara, janganlah engkau membentaknya meski engkau sedang marah, tahanlah wajahmu untuk tidak cemberut di hadapannya, jagalah kehormatannya dan hartanya, jangan sampai engkau membicarakan keburukannya di hadapan orang lain, bantulah pekerjaannya, meminta ijinlah atau pamitlah ketika engkau hendak pergi, ia pasti selalu memikirkanmu dan menghawatirkanmu, sering-seringlah mengunjunginya jika tempat tinggalmu jauh darinya, atau paling tidak sapalah ia melalui telfon atau sms, sisihkanlah nafkah untuknya jika engkau mampu, dan janganlah lupa untuk senantiasa mendoakan kebaikan dan ampunan baginya.
Apabila engkau mendapati orang tuamu tak sesuai keinginanmu, dia berbuat salah atau berbuat tidak baik kepadamu, maka bersabarlah, berusahalah untuk selalu memaafkannya, ia adalah orang tuamu yang telah membesarkanmu dan menyebabkan kelahiranmu. Coba nasehatilah ia dengan lemah lembut bila engkau mampu, atau dengan cara lain yang tidak menyinggung perasaannya; dengan mengajaknya ke tempat pengajian, atau memberikannya buku agama tentang nasehat, atau menyetelkan untuknya ceramah di radio dan televisi Islam, atau engkau meminta orang lain yang dihormati olehnya untuk menasehati orang tuamu. Semoga Allah memuliakanmu dan mengampuni dosa-dosamu.
Ingatlah selalu bahwa Nabi kita shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda:
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ عَاقٌّ
“Tidak akan masuk surga anak yang durhaka kepada orang tuanya.” (HR. Ahmad 6892, dinilai hasan oleh Syaikh al-Albani dalam ash-Shahihah 675)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga pernah bersabda:
أَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ؟ ثَلاَثًا. قَالُوا: بَلَى يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ: الإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ وَجَلَسَ، وَكَانَ مُتَّكِئًا فَقَالَ: أَلاَ وَقَوْلُ الزُّورِ قَالَ: فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا لَيْتَهُ سَكَتَ
“Maukah kalian kuberi tahu tentang dosa besar yang paling besar?” -beliau mengucapkannya tiga kali-. Para sahabat radhiyallahu 'anhum berkata, “Mau, wahai Rasulullah.” Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Berbuat kesyirikan dan durhaka kepada kedua orang tua, dan beliau duduk, sedangkan sebelumnya bersandar, kemudian beliau bersabda: “Dan perkataan dusta”. Sahabat berkata: “Nabi terus mengulanginya sampai kami berkata, ‘Semoga beliau diam.’” (HR. Bukhari 2654 dan Muslim 87)
Orang tua adalah harta karun yang hilang dari anak-anak yang durhaka, semoga kita tidak termasuk mereka.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ
“Ya Rabb kami, ampunilah kami, kedua orang tua kami, dan semua orang yang beriman pada hari ditegakkannya hisab (hari perhitungan amal).”

Abu Ibrohim Ari bin Salimin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.