Rabu, 06 Februari 2019

CONTOH-CONTOH BID’AH


Sebagaimana penjelasan para ulama, bahwa bid’ah adalah setiap amalan yang diada-adakan dalam agama Islam yang tidak pernah ada tuntunannya dari Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dan para Sahabat beliau radhiyallahu 'anhum, maka kita bisa mengetahui bahwa contoh-contoh amalan bid’ah ada banyak sekali, baik menyangkut keyakinan, ucapan, ataupun perbuatan. Amalan-amalan bid’ah harus ditinggalkan dan dijauhi, karena ia adalah perbuatan dosa dan terlarang, meskipun nampak seperti ibadah, bahkan meskipun dianggap baik dan diamalkan oleh banyak orang. Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma berkata:
كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ وَإِنْ رَآهَا النَّاسُ حَسَنَةً
“Setiap bid’ah adalah sesat, meski manusia melihatnya sebagai sesuatu yang baik.” (Syarh Ushul I’tiqad Ahlis Sunnah wal Jamaah 1/126 karya Imam al-Lalika’i rahimahullah - Maktabah Syamilah)

Syaikh Shalih al-Fauzan hafidzahullah berkata: “Bid’ah dalam agama ada dua, yang pertama adalah bid’ah ucapan keyakinan, seperti perkataan-perkataan Jahmiyah, Mu’tazilah, Rafidhah, dan semua kelompok sesat beserta keyakinan-keyakinan mereka. Yang kedua adalah bid’ah dalam ibadah, seperti peribadahan kepada Allah tanpa ada tuntunannya dari syari’at, dan bid’ah jenis ini ada beberapa macam:
Jenis pertama: yang terdapat pada prinsip pokok ibadah, yaitu dibuatnya sebuah ibadah yang tidak ada tuntunannya dari syari’at. Seperti membuat shalat yang tidak disyari’atkan, puasa yang tidak disyari’atkan, atau perayaan-perayaan yang tidak ada syari’atnya semisal perayaan maulid Nabi dan selainnya.
Jenis kedua: yang berupa tambahan pada ibadah yang disyari’atkan, seperti umpamanya menambahkan raka’at kelima pada shalat dhuhur dan ‘ashar.
Jenis ketiga: yang terjadi pada tata cara ibadah yang disyari’atkan, berupa melaksanakannya dengan tata cara yang tidak disyari’atkan. Seperti mengamalkan dzikir-dzikir yang disyari’atkan dengan serempak satu suara secara berjama’ah, juga seperti dengan menahan nafas dalam ibadah-ibadah tertentu hingga keluar dari tuntunan (sunnah) Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Jenis keempat: mengkhususkan waktu tertentu untuk melaksanakan ibadah yang telah disyari’atkan padahal waktunya tidak ditentukan oleh syari’at. Seperti mengkhususkan waktu siang dan malam di pertengahan bulan Sya’ban untuk berpuasa dan qiyamul lail (menghidupkan malam dengan ibadah). Secara asal puasa dan qiyamul lail adalah disyari’atkan, namun menghkhususkannya di waktu-waktu tertentu membutuhkan dalil.” (Kitabut Tauhid hal. 100-101)
Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu rahimahullah mengatakan: “Jenis-jenis bid’ah itu banyak, di antaranya adalah: (1) perayaan maulid Nabi dan perayaan isra’ mi’raj, (2) tarian, tepuk tangan, dan memukul-mukul rebana untuk mengiringi dzikir dengan suara keras, termasuk juga mengubah (penyebutan) nama-nama Allah (dalam dzikir) seperti: Ah, Ih, Aah, Huwa, Hiya, (3) mengadakan acara-acara kematian (seperti selamatan kematian -penj.), mengundang para kyai untuk membacakan al-Qur’an setelah kematian, dan lain-lain.” (Taujihatun Islamiyyah li Ishlahil Fardi wal Mujtama’ hal. 80)
Jadi sebagaimana penjelasan para ulama, bahwa setiap yang tidak ada tuntunannya dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabat beliau radhiyallahu 'anhum dalam perkara agama, maka itu adalah bid’ah yang harus ditinggalkan oleh kaum muslimin. Sebagaimana dikatakan oleh Imam Ibnu Katsir rahimahullah:
“Adapun Ahlus Sunnah wal Jama’ah mereka mengatakan: ‘Pada setiap perbuatan ataupun ucapan yang tidak datang dari sahabat radhiyallahu 'anhum adalah bid’ah. Karena jika seandainya sebuah amalan itu baik, tentulah mereka para sahabat telah mendahului kita dalam melakukannya. Karena mereka tidak meninggalkan satupun jenis dari jenis-jenis kebaikan kecuali mereka telah bersegera untuk mengamalkannya.’” (Tafsir al-Qur’anil Adhim 4/2574)
Sebagaimana pula dijelaskan oleh Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu rahimahullah ketika membicarakan tentang peringatan maulid Nabi bahwa perayaan ini tidak ada tuntunannya dari syari’at, beliau berkata: “Sesungguhnya yang terjadi di banyak perayaan maulid Nabi tidak terlepas dari kemungkaran, bid’ah dan pelanggaran-pelanggaran syari’at. Perayaan ini tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, tidak pula oleh sahabat beliau radhiyallahu 'anhum, tidak dilakukan oleh para tabi’in, tidak pula oleh imam (madzhab) yang empat, tidak pula oleh selain mereka dari tiga generasi terbaik umat ini, serta tidak ada dalil syar’i akan peringatan maulid ini.” (Minhaj al-Firqatin Najiyah 107)
            Sehingga dari penjelasan di atas, kita mengetahui contoh-contoh yang lain dari amalan bid’ah, seperti:
Dalam akidah (keyakinan): keyakinan bahwa pelaku dosa besar adalah kafir dan kekal di dalam neraka, mengingkari takdir Allah, keyakinan bahwa manusia dipaksa oleh takdir, keyakinan bahwa para sahabat Nabi telah kafir, mengingkari sebagian sifat-sifat Allah, keyakinan Allah ada dimana-mana, keyakinan Allah bersatu dengan makhluk, keyakinan bahwa iman hanyalah keyakinan atau ucapan tanpa perbuatan dan tidak bertambah ataupun berkurang, keyakinan yang berlebih-lebihan terhadap orang shalih yang telah mati bahwa mereka bisa memberikan manfaat dan menolak bahaya, dan keyakinan-keyakinan selainnya yang tidak ada tuntunannya dari syari’at Islam.
Dalam amal ucapan dan perbuatan: perayaan nuzulul Qur’an, acara Tahlilan, acara Yasinan, adzan dan iqamah saat menguburkan mayit, shalawatan atau puji-pujian antara adzan dan iqamah, shalat raghaib di bulan Rajab, salam-salaman dan dzikir berjamaah dengan suara keras setelah shalat, dan amalan-amalan lainnya yang tidak ada tuntunannya dari syari’at Islam.
Itulah di antara contoh-contoh bid’ah yang mungkin sebagiannya masih banyak dipraktekkan di masyarakat kita. Bid’ah tetaplah bid’ah meskipun manusia menganggapnya sebagai sesuatu yang baik, dan bahkan meskipun mereka menghiasinya dengan perkataan-perkataan yang indah. Setiap bid’ah adalah kesesatan yang harus dijauhi dan ditinggalkan.
Semoga Allah menunjukkan kepada kita bahwa yang benar adalah benar dan kita dimudahkan untuk mengikutinya, serta semoga Allah menunjukkan kepada kita bahwa yang salah adalah salah dan kita diberi kemudahan untuk menjauhinya. Aamiin yaa Rabbal ‘aalamiin.
--------
Abu Ibrohim Ari bin Salimin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.