Minggu, 12 Februari 2017

KABAR GEMBIRA BAGI PARA PEJUANG DAKWAH

Dakwah merupakan sarana utama untuk menyebarkan Islam beserta cabang-cabang ilmunya kepada manusia. Melalui dakwah ini manusia mengetahui kewajiban mereka terhadap Allah subhanahu wa ta'ala, dan melalui dakwah ini kebenaran akan tersebar, amar ma’ruf akan tegak, tauhid akan menancap kuat di hati-hati manusia, dan syari’at Islam akan menjadi pedoman yang utama dalam kehidupan sehari-hari. Tak diragukan lagi bahwa dakwah adalah bentuk dari nasehat kepada manusia dan upaya untuk mengingatkan mereka akan kedudukannya sebagai hamba Allah, sehingga mereka dapat merealisasikan tugasnya beribadah dengan istiqamah, yaitu dengan ketakwaan kepada Allah subhanahu wa ta'ala.

Kita Berterima Kasih Kepada Mereka
Alhamdulillah masih banyak dari saudara kita kaum muslimin yang peduli dengan dakwah Islam yang penuh berkah ini, di antara mereka adalah orang-orang yang rela menyisihkan sebagian harta, tenaga dan waktunya untuk membiayai para penuntut ilmu di berbagai lembaga pendidikan; ada yang berlangganan buletin dan menyebarkannya; ada yang membeli kemudian membagi-bagikan buku atau majalah dakwah; ada yang mengaadakan kajian-kajian umum di berbagai tempat dan daerah; ada yang mendatangi saudara-saudaranya bahkan sampai ke plosok-plosok desa untuk memberi sedikit pelajaran, nasehat, ataupun khutbah jum’at; ada yang rela menghabiskan banyak waktunya bahkan bermalam-malam untuk menulis ilmu dan nasehat yang bermanfaat untuk kaum muslimin; dan bentuk-bentuk lain pengorbanan mereka yang berjuang untuk agama ini.
Tak jarang di antara mereka yang harus menempuh jauhnya perjalanan, baik dengan berjalan kaki ataupun berkendaraan di bawah teriknya matahari dan derasnya hujan, demikian pula rasa capek dan kelelahan hingga terkadang sakitpun harus ditahan. Melalui mereka-mereka inilah kita bisa mengenal indahnya Islam, merasakan ketulusan jalinan persaudaraan, memaknai agungnya nikmat hidayah, dan mengetahui jalan menuju surga. Maka kita sangat berterima kasih kepada orang-orang seperti mereka. Mereka adalah para muhsinin, para pejuang dakwah, orang-orang yang dengan ketulusan hatinya menginginkan kebaikan bagi kaum muslimin dalam urusan dunia maupun akhiratnya, besar rasa kasih sayang mereka terhadap kaum muslmin yang belum mengenal agamanya dengan baik, mereka tidak rela bila saudaranya tetap berada dalam ketidaktahuan sehingga terjerumus kepada perbuatan dosa dan kemaksiatan, mereka tidak tega bila saudaranya menapaki jalan yang penuh ancaman neraka. Mereka adalah orang-orang yang menginginkan agar bisa berkumpul bersama saudara-saudaranya di dalam surga.
Mereka adalah pejuang Islam yang berusaha menegakkan agama Allah di bumi-Nya. Semoga Allah ta'ala membalas mereka dengan sebaik-baik balasan di sisi-Nya, memudahkan urusan mereka, memanjangkan umur mereka dalam ketaatan kepada-Nya, dan memasukkan mereka ke dalam surga-Nya yang luas. Surga yang merupakan tempat kembali orang-orang yang bertakwa, di dalamnya terdapat kebun-kebun dan taman-taman yang indah memukau penuh pesona, dipenuhi istana yang megah dan mewah penuh keindahan bagi yang memandangnya, mengalir sungai-sungai yang sejuk airnya dan lezat rasanya bagi yang meneguknya, di dalamnya terdapat segala macam buah-buahan yang sempurna rasanya, bahkan bidadari-bidadari yang cantik jelita lagi tetap muda, penghuninya akan mendapatkan apa saja yang ia minta, mereka akan tinggal di dalamnya selama-lamanya. Alangkah indahnya balasan yang Allah sediakan bagi hamba-hambaNya yang selalu beriman dan bertakwa.
Sehingga cukuplah bagi kita janji Allah berupa surga dan neraka sebagai motivasi bagi kita untuk terus beramal kebaikan dan meninggalkan keburukan serta mendakwahkannya, karena semua amalan itu pasti akan ada balasannya. Allah ta'ala berfirman:
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ. وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ.
Barangsiapa mengerjakan kebaikan meskipun sangat sedikit sekali, ia pasti akan melihat balasannya. Dan barangsiapa mengerjakan keburukan meski sangat sedikit sekali, ia juga pasti akan melihat balasannya.” (QS. az-Zalzalah [99]: 7-8)
Berikut ini adalah kabar gembira yang kami kedepankan kepada para pejuang dakwah, semoga menjadi pengingat untuk senantiasa istiqomah di saat halangan dalam berdakwah menghampirinya.
Dakwah Adalah Tugas Para Nabi dan Rasul ‘alaihimussalam
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
وَمَا نُرْسِلُ الْمُرْسَلِينَ إِلَّا مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ فَمَنْ آمَنَ وَأَصْلَحَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Dan tidaklah kami mengutus para rasul kecuali untuk berdakwah menyampaikan kabar gembira dan memberi peringatan, maka barangsiapa yang beriman dan berbuat kebaikan, dia tidak akan merasa takut dan bersedih.” (QS. al-An’am [6]: 48)
Dari ayat ini, maka sesungguhnya orang-orang yang berdakwah berarti dia telah mengambil kedudukan yang besar, yaitu kedudukan sebagai penerus tugas para nabi dan rasul, penyambung lisan-lisan mereka dan penyampai risalah Allah ta'ala kepada manusia.
Ucapan Yang Disampaikannya Adalah Sebaik-baik Perkataan
Siapakah orang yang paling baik perkataannya? Dia adalah orang yang berdakwah menyeru kepada agama Allah sebagaimana disebutkan dalam Firman Allah subhanahu wa ta'ala:
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang berdakwah menyeru kepada agama Allah dan beramal shalih, serta mengatakan bahwa aku adalah termasuk orang-orang yang berserah diri.” (QS. Fushshilat [41]: 33)
Mendapat Pahala Sama Seperti Orang Yang Didakwahi
Bagaikan orang yang menciptakan mesin uang dengan mendirikan banyak perusahaan beserta pekerjanya, meskipun ia hanya duduk santai di rumahnya namun mesin uangnya terus menerus bekerja menghasilkan uang dan keuntungan yang banyak baginya. Bayangkanlah betapa besar pahala orang yang mengajak kepada kebaikan, sesungguhnya ia sedang menciptakan mesin pahala untuk kebaikan dunia dan akhiratnya. Ketika orang yang didakwahinya mau mengamalkan kebaikan yang diajarkannya, maka ia pun akan mendapatkan pahala yang sama. Bahkan meskipun ia telah meninggal dunia. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
“Barangsiapa memberi petunjuk kepada kebaikan, maka ia akan mendapat pahala sebagaimana orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim 1893)
Pahalanya Akan Terus Mengalir
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika manusia meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali tiga: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim 1631)
Tak diragukan lagi bahwa dakwah adalah termasuk amal jariyah yang pahalanya terus mengalir meski pelakunya telah meninggal dunia, karena dakwah adalah bentuk dari menyebarkan ilmu yang bermanfaat kepada manusia.
Demikianlah beberapa dari keutamaan dakwah yang akan diperoleh bagi para da’i ataupun orang-orang menyebarkan ilmu. Tentunya ada hal yang harus selalu diperhatikan dan dijaga dalam berdakwah kepada agama Allah, yang di antaranya dijelaskan oleh para ulama adalah harus ikhlas, berbekal ilmu, sabar, lemah lembut, berhias dengan akhlak yang baik, memulai dengan dakwah tauhid, memulai dari diri sendiri dan keluarga.
Rambu-rambu Bagi Para Pendakwah
Peringatan yang hendaknya selalu diingat dan diperhatikan oleh orang-orang yang berdakwah adalah agar berusaha selalu mengamalkan kewajiban-kewajiban dan menjauhi larangan-larangan agama yang telah didakwahkannya sesuai kemampuannya.
Dari Abu Zaid Usamah bin Zaid bin Haritsah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata bahwa beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يُؤْتَى بِالرَّجُلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُلْقَى فِي النَّارِ فَتَنْدَلِقُ أَقْتَابُ بَطْنِهِ فَيَدُورُ بِهَا كَمَا يَدُورُ الْحِمَارُ فِي الرَّحَا فَيَجْتَمِعُ إِلَيْهِ أَهْلُ النَّارِ فَيَقُولُونَ يَا فُلَانُ مَا لَكَ؟ أَلَمْ تَكُ تَأْمُرُ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَى عَنِ الْمُنْكَرِ؟! فَيَقُولُ بَلَى كُنْتُ آمُرُ بِالْمَعْرُوفِ وَلَا آتِيْهِ وَأَنْهَى عَنِ الْمُنْكَرِ وَآتِيْهِ
“Pada hari kiamat nanti akan didatangkan seseorang yang diseret lalu dilempar ke dalam neraka sehingga usus-usus perutnya pun keluar, lalu dia pun berputar-putar dengan usus yang terburai itu sebagaimana berputarnya keledai mengitari alat penggilingan. Maka penduduk neraka pun mengerumuninya dan berkata, ‘Hai Fulan, ada apa denganmu?! Bukankah engkau yang menyuruh kepada yang baik dan melarang dari yang mungkar?’ Ia menjawab, ‘Benar, dahulu akulah yang menyuruh pada kebaikan tetapi aku tidak mengerjakannya dan aku melarang kemungkaran tapi aku melakukannya.’” (HR. Bukhari  7098 dan Muslim 2989)
Dalam Syarh Riyadhush Shalihin, ketika sampai pada penjelasan hadits ini di Bab Taghlid ‘Uqubah min Amrin bima’ruf, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah menerangkan:
“Hadits ini mengandung peringatan yang sangat keras bagi orang yang melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar namun perbuatannya menyelisihi ucapannya… Orang yang dilempar ke dalam api neraka dengan berputar-putar menyeret ususnya ini -wal ‘iyyadzubillah-, keadaannya sebagaimana keledai yang berputar mengelilingi alat penggilingan, maka para penghuni neraka akan mengerumuinya, mereka pun berkata, “Ada apa denganmu, apa yang membuatmu datang ke tempat ini, bukankah kamu yang dulu menegakkan amar ma’ruf dan nahi mungkar?” Maka dia menjawab mengakui dirinya, “Dahulu akulah yang mengajak kepada kebaikan tetapi aku tidak mengerjakannya.” Dia menyeru manusia untuk mendirikan shalat sedangkan dia sendiri tidak shalat, ia menyuruh orang lain untuk menunaikan zakat tapi dia sendiri tidak membayar zakat, dia menyuruh untuk berbakti kepada orang tua namun dia sendiri tidak berbakti kepada orang tuanya. Dan demikianlah, dia menyuruh kepada kebajikan namun dia sendiri tidak melakukannya. Demikianlah, ia menyuruh orang berbuat kebaikan namun justru ia sendiri melanggarnya.
Dia juga mengatakan, “Dan aku melarang kemungkaran tetapi aku melakukannya.” Dia berkata kepada manusia “Jangan berbuat ghibah, jangan berbuat riba, jangan menipu dalam jual beli, jangan berbuat buruk kepada keluarga dan tetangga” serta hal-hal yang semisalnya dari perkara-perkara haram yang dia larang. Namun dia sendiri melakukan keharaman itu, wal iyyadzubillah.” Demikian ucapan Syaikh, Allahu a’lam.

Abu Ibrohim Ari bin Salimin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.