Kamis, 02 Februari 2017

PENJELASAN SINGKAT TENTANG IMAN KEPADA MALAIKAT

Keimanan adalah hal yang wajib dimiliki bagi setiap orang yang mengaku beragama Islam. Iman adalah seperti yang dikatakan oleh para ulama di kitab-kitab akidah, yaitu meyakini dengan hati, mengucapkannya dengan lisan, diamalkan dengan anggota badan, serta iman itu bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan. Iman adalah sebagaimana disebutkan dalam hadits Jibril yang masyhur yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, yaitu iman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, Rasul-rasulNya, hari akhir dan iman kepada takdir yang baik maupun buruk. Dalam tulisan ini dibahas tentang iman kepada malaikat yang merupakan rukun iman yang kedua dalam Islam dan merupakan iman kepada yang ghaib.

Makna Iman kepada Malaikat
Iman kepada malaikat adalah mengimani akan keberadaan mereka dengan keimanan yang kokoh tanpa disertai dengan keraguan. (Al-Wajiiz fii Aqiidatis Salafis Shaalih hal. 32) Allah 'azza wa jalla berfirman:
آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ
Rasul telah beriman kepada al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasulNya.” (QS. al-Baqarah [2]: 285)
Poin-poin Iman kepada Malaikat
Kita mengimani bahwa malaikat berjumlah sangat banyak sekali dan tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah subhanahu wa ta’ala. Disebutkan dalam Shahih Bukhari dan Muslim bahwa setiap hari ada tujuh puluh ribu malaikat mendatangi Baitul Ma’mur untuk menunaikan shalat, dan jika mereka telah keluar dari sana, maka mereka tak akan pernah kembali lagi.
Kita mengimani wujud mereka dan bahwa mereka adalah hamba-hamba Allah yang diciptakan dari cahaya dan mempunyai jasad, bukan sesuatu yang maknawi dan bukan kekuatan yang tersembunyi. Mereka adalah merupakan salah satu makhluk Allah, dan mereka bertempat tinggal di langit. Malaikat mempunyai bentuk yang besar, di antara mereka ada yang mempunyai dua sayap, ada yang tiga, ada yang empat dan ada pula yang memiliki lebih banyak lagi, telah sahih bahwa malaikat Jibril ‘alaihissalam memiliki enam ratus sayap. Para malaikat adalah pasukan di antara pasukan-pasukan Allah, mereka sanggup berubah wujud menjadi apapun dan mengubah bentuk seperti manusia sesuai dengan keadaan yang diizinkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Mereka adalah makhluk yang dekat dengan Allah dan dimuliakan. Mereka tidak disifati dengan laki-laki ataupun perempuan, tidak menikah dan tidak berketurunan. Mereka tidak makan dan tidak minum, tetapi makanan mereka adalah tasbih (ucapan subhanallah) dan tahlil (ucapan laa ilaaha illallaah), dan mereka tidak merasa bosan, lelah, maupun letih. Mereka disifati dengan kebaikan, keindahan, malu dan disiplin. (Al-Wajiiz fii Aqiidatis Salafis Shaalih hal. 33)
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman mensifati malaikat-malaikatNya:
بَلْ عِبَادٌ مُكْرَمُونَ. لَا يَسْبِقُونَهُ بِالْقَوْلِ وَهُمْ بِأَمْرِهِ يَعْمَلُونَ
Sebenarnya (malaikat-malaikat itu) adalah hamba-hamba yang dimuliakan. Mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan, dan mereka mengerjakan perintah-perintahNya.” (QS. al-Anbiya [21]: 26-27)
وَمَنْ عِنْدَهُ لَا يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِهِ وَلَا يَسْتَحْسِرُونَ. يُسَبِّحُونَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لَا يَفْتُرُونَ
Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.” (QS. al-Anbiya: 26-27)
Allah ta'ala menutupi mereka dari kita sehingga kita tidak bisa melihatnya, dan terkadang Allah memperlihatkan mereka kepada sebagian dari hamba-Nya sebagaimana Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam pernah melihat malaikat Jibril dalam bentuknya yang asli. Ia mempunyai enam ratus sayap yang menutupi ufuk. Malaikat Jibril pernah menemui Maryam ‘alaihassalam dalam bentuk sama seperti manusia, malaikat Jibril berbicara kepada Maryam dan Maryam pun berbicara kepadanya. Malaikat Jibril juga pernah mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya dalam rupa seorang laki-laki yang tidak dikenal dan tidak terlihat padanya tanda-tanda orang yang sedang bepergian, bajunya sangat putih dan rambutnya sangat hitam, kemudian ia duduk di hadapan Nabi, lalu menyandarkan lututnya ke lutut Nabi dan meletakkan telapak tangannya di atas kedua pahanya, lalu berbicara kepada Nabi dan Nabi pun berbicara kepadanya. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengabarkan kepada para sahabatnya bahwa orang itu adalah malaikat Jibril. (Aqidah Ahlissunnah wal Jamaah, hal. 16)
Nama-nama Malaikat dan Tugasnya
Kita mengimani bahwa para malaikat memiliki tugas-tugas yang Allah bebankan kepada mereka. Mereka melakukan apa-apa yang diperintahkan oleh Allah dan tidak melanggarnya sebagaimana Allah firmankan:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. at-Tahrim [66]: 6)
Syaikh Abdullah bin Abdul Hamid al-Atsari hafidzahullah berkata: “Ahlus Sunnah mengimani para malaikat secara umum, adapun secara rinci maka hanya yang datang dari hadits yang shahih dan siapa saja yang namanya disebutkan oleh Allah ta'ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Seperti Jibril yang bertugas menyampaikan wahyu, Mika’il yang bertugas menurunkan hujan, Israfil yang ditugaskan meniup sangkakala, Malaikat maut yang ditugasi mencabut nyawa, Malik yang menjaga neraka, Ridwan yang menjaga surga, dan dua malaikat yang menanyai orang mati yang bernama Munkar dan Nakir ‘alaihimussalam. (Al-Wajiiz fii Aqiidatis Salafis Shaalih hal. 32)
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah menyebutkan juga nama-nama malaikat beserta tugas mereka. Di antara mereka ada malaikat yang bertugas meniupkan ruh kepada janin di dalam rahim, dan yang lainnya ada yang bertugas menjaga manusia. Ada juga yang bertugas mencatat amal-amal manusia, dimana pada setiap manusia terdapat dua malaikat, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ. مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
(Yaitu) ketika dua orang Malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaaf [50]: 17-18) (Aqidah Ahlissunnah wal Jamaah hal. 16)
Buah dari Keimanan kepada Malaikat
Iman kepada malaikat memiliki berbagai faedah bagi seorang hamba, yang jika ia merenunginya maka akan bertambah keimanannya kepada Allah Yang Maha Menciptakan. Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah menyebutkan faedah-faedah dari iman kepada malaikat dalam kitabnya “Aqidah Ahlissunnah wal Jamaah” halaman 32, beliau berkata:

“Di antara buah dari keimanan kepada malaikat adalah:
Pertama: mengetahui keagungan, kekuatan dan kekuasaan pencipta mereka (yaitu Allah) tabaraka wa ta’ala.
Kedua: rasa syukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas pemeliharaan-Nya terhadap hamba-Nya dengan mengutus malaikat kepada mereka, yang diberi tugas menjaga dan menulis amal-amal hamba-Nya dan selainnya dari kebaikan-kebaikan perbuatan mereka.
Ketiga: rasa cinta kepada malaikat, dimana mereka beribadah kepada Allah dengan ibadah yang sempurna, dan karena mereka memohonkan ampun kepada orang-orang mukmin.”
Di antara pelajaran yang dapat kita ambil juga adalah bahwa malaikat merupakan makhluk yang berukuran sangat besar, namun mereka tetap tunduk dan patuh kepada perintah Allah ta'ala. Sedangkan kita sebagai manusia hanyalah makhluk kecil yang lemah dan tak mampu berbuat apa-apa tanpa pertolongan Allah Yang Maha Kuasa. Oleh karena itu sangatlah tidak pantas bila kita menyombongkan diri di hadapan makhluk Allah yang lain, maka sudah semestinya kita untuk selalu mentaati Allah subhanahu wa ta'ala yang telah memberikan kita kekuatan dan semua kenikmatan yang telah kita rasakan.
Demikianlah apa yang dapat kami sampaikan dari pembahasan singkat tentang iman kepada Malaikat dan semoga bermanfaat.


Abu Ibrohim Ari bin Salimin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.