Senin, 20 Februari 2017

JALAN SELAMAT ADALAH MENGIKUTI PARA SAHABAT

Banyak kelompok di negeri ini yang menyandarkan diri kepada Islam, namun cara beragama mereka berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Di antara mereka ada yang mengerjakan amalan-amalan baru dalam agama, ada yang mengajak untuk memberontak kepada penguasa, bahkan ada pula kelompok yang menganggap bahwa orang-orang di luar kelompok mereka adalah kafir, dan lain sebagainya. Padahal dari kelompok-kelompok yang ada itu, semuanya mengaku berjalan di atas al-Qur’an dan Hadits. Ini menunjukkan betapa perpecahan umat telah menjalar di negeri kita yang tercinta ini, sehingga hal ini pun membuat banyak dari kaum muslimin merasa bingung, bagaimanakah cara beragama Islam yang benar sehingga selamat dari fitnah perpecahan?

Perpecahan Umat Pasti Terjadi
Meski agama Islam itu satu dan tak akan pernah terpecah hingga hari Kiamat, namun sesungguhnya umat ini pasti akan mengalami perpecahan, sebagaimana dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang tidak berkata kecuali berdasarkan wahyu dari Allah ta'ala. Beliau bersabda:
وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِيْ عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ مِلَّةً، كُلُّهُمْ فِيْ النَّارِ إِلاَّ مِلَّةً وَاحِدَةً، قَالُوْا: وَمَنْ هِيَ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِيْ.
“Umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan, semuanya di neraka kecuali satu” Para sahabat bertanya: “Siapakah yang satu itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Orang-orang yang mengikuti jalan hidupku dan para sahabatku.” (HR. Tirmidzi 2641, dihasankan Syaikh al-Albani dalam Shahihul Jami’ 5343)
Kenyataan perpecahan umat telah kita saksikan saat ini, maka melalui hadits ini kita mengetahui bahwa hanya satu yang selamat, mereka adalah yang mengikuti para sahabat Rasulullah radhiyallahu 'anhum dalam beragama, yaitu dalam memahami al-Qur’an dan Hadits sebagai dua sumber utama agama Islam. Lalu mengapa keselamatan itu hanya dengan mengikuti pemahaman sahabat Rasulullah? Berikut inilah jawabannya.
Mengikuti Sahabat Adalah Jalan yang Lurus yang Kita Mohon Tiap Hari
Sesungguhnya setiap hari kita meminta kepada Allah ta'ala agar ditunjuki jalan yang lurus dalam shalat-shalat kita, yaitu ketika kita membaca ayat dalam surat al-Fatihah “ihdinashshiraathal mustaqiim (Ya Allah, tunjukilah kami jalan yang lurus).” Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan makna jalan yang lurus dalam ayat ini dengan berkata: “Mereka adalah orang-orang yang mengetahui kebenaran dan berusaha untuk mengikutinya…., maka setiap orang yang mengetahui kebenaran dan berusaha untuk mengikutinya, ia lebih tepat (untuk dikatakan) berada di atas jalan yang lurus. Dan tidak diragukan lagi bahwa para sahabat Rasulullah radhiyallahu 'anhum, mereka adalah orang-orang yang lebih berhak untuk menyandang sifat (gelar) ini daripada orang-orang rafidhah…., oleh karena itulah ulama salaf menafsirkan makna “jalan yang lurus dan orang-orang yang berada di atasnya” dengan Abu Bakar, Umar dan para sahabat radhiyallahu 'anhum.” (Madarijus Salikin 1/72)
Sahabat dan Orang-orang yang Mengikuti Mereka dengan Baik Akan Masuk Surga
Dengan kita mengikuti sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berarti kita mengikuti orang-orang yang telah dijamin masuk surga oleh Allah ta'ala, dan Allah pun ridha kepada orang-orang yang mengikuti para sahabat dengan baik, sebagaimana yang Allah kabarkan melalui Firman-Nya:
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِيْنَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِيْنَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوْا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِيْ تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِيْنَ فِيْهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah. Dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. at-Taubah [9]: 100)
Mengikuti Jalannya Selain Para Sahabat Adalah Kesesatan
Dengan mengikuti para sahabat berarti kita mengikuti jalannya kaum mukminin, maka kita akan selamat dari kesesatan yang menjerumuskan ke dalam neraka Jahannam. Allah 'azza wa jalla berfirman:
وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيْلِ الْمُؤْمِنِيْنَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيْرًا
Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan selain jalannya orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu, dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. an-Nisa’ [4]: 115)
Mengikuti Para Sahabat Berarti Mengikuti Sebaik-baik Umat
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِيْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ
“Sebaik-baik manusia adalah generasiku (para sahabat), kemudian setelahnya, kemudian setelahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Para sahabat adalah murid-murid bimbingan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang menyaksikan langsung saat-saat wahyu turun kepada beliau. Baiknya keislaman mereka pun telah terbukti, melalui perjuangan mereka dalam membela, mengamalkan dan mendakwahkan agama Islam yang mulia ini.
Sehingga ini dia, Imam al-Qurtubi rahimahullah menyebutkan perkataan seorang sahabat mulia Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu 'anhu dalam kitab tafsirnya:
مَنْ كَانَ مِنْكُمْ مُتَأَسِّيًا فَلْيَتَأَسَّ بِأَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَإِنَّهُمْ كَانُوْا أَبَرَّ هَذِهِ الأُمَّةِ قُلُوْبًا، وَأَعْمَقـُهَا عِلْمًا، وَأَقَلُّـهَا تَكَلُّـفًا، وَأَقْوَمُهَا هَدْيًا، وَأَحْسَنـُهَا حَالًا، اِخْتَارَهُمُ اللهُ لِصُحْبَةِ نَبِيِّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَإِقَامَةِ دِيْنِهِ، فَاعْرِفُوْا لَهُمْ فَضْلَـهُمْ، واتَّبـِعُوْهُمْ فِيْ آثَارِهِمْ، فَإِنَّهُمْ كَانُوْا عَلَى الْهُدَى الْمُسْتَقِيْمِ
“Barangsiapa yang hendak mencari teladan, maka teladanilah sahabat Rasulullah. Karena merekalah yang paling baik hatinya di antara umat ini, paling dalam ilmunya, paling sedikit memaksakan diri, paling lurus petunjuknya dan paling baik keadaannya. Mereka adalah kaum yang dipilih oleh Allah untuk menemani Nabi-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam dan untuk menegakkan agama-Nya. Maka kenalilah keutamaan mereka dan ikutilah petunjuk mereka, karena sesungguhnya mereka benar-benar di atas petunjuk yang lurus.” (Tafsir al-Qurtubi 1/60)
Mencela Sahabat Adalah Sebab Datangnya Laknat
Demikian besarnya keutamaan sahabat, sampai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun sangat melarang kita mencela sahabatnya, bahkan mengabarkan bahwa laknat akan menimpa orang yang mencela sahabatnya.
لاَ تَسُبُّوْا أَصْحَابِيْ لاَ تَسُبُّوا أَصْحَابِيْ، فَوَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا أَدْرَكَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلاَ نَصِيْفَهُ
“Janganlah kalian mencela para sahabatku, janganlah kalian mencela para sahabatku! Demi Dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya, seandainya seorang dari kalian menginfakkan emas sebesar gunung uhud, niscaya tidak akan mencapai segenggam kebaikan seorang dari mereka dan tidak pula setengahnya.” (HR. Bukhari 3673, dan Muslim 6651)
مَنْ سَبَّ أَصْحَابِيْ فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ وَالْمَلائِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ.
“Barangsiapa yang mencela para sahabatku maka baginya laknat Allah, malaikat dan semua manusia.” (HR. ath-Thabrani dalam al-Mu’jamul Kabir 12709, dinilai hasan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahihul-Jami’ 6285)
Maka jelaslah bagi kita berbagai keutamaan para sahabat, bahwasanya mereka adalah orang-orang yang dijamin masuk surga oleh Allah 'azza wa jalla, dan orang yang menyelisihi jalan mereka akan jatuh kepada kesesatan, bahkan mencela mereka akan mendapatkan laknat yang besar. Sehingga wajib bagi kita untuk mengikuti pemahaman para sahabat dalam beragama, agar kita selamat dari fitnah perpecahan dan masuk ke dalam surga seperti mereka.
Hakikat Mengikuti Para Sahabat
Dari pemaparan di atas, maka kita ambil kesimpulan bahwa hakikatnya sederhana saja, bahwa mengikuti para sahabat dalam beragama yaitu kita hanya mengikuti para sahabat dalam beramal. Apabila amalan itu dikerjakan oleh Rasulullah dan para sahabatnya, maka kita pun mengamalkannya, dan apabila suatu amalan itu tidak dikerjakan oleh Rasulullah dan para sahabatnya, maka kita pun tidak mengamalkannya. Sehingga kita tidak perlu membuat amalan-amalan baru dalam agama yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabatnya, tidak pula kita mengikuti orang-orang yang mengerjakan amalan-amalan baru dalam agama, meski mereka dianggap sebagai orang yang berilmu dan paham agama. Kita juga meneladani para sahabat dalam berbagai sisi kehidupan mereka, baik dalam aqidah, ibadah, akhlak, muamalah, dan lainnya.
Sehingga dengan dalil-dalil yang telah disebutkan di atas kita mengetahui, bahwa perpecahan umat dan perbedaan di antara kaum muslimin dalam beragama adalah karena mereka tidak mengikuti cara beragamanya para sahabat radhiyallahu 'anhum. Jadi, sudahkah amalan kita sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya radhiyallahu 'anhum?! Dan sudahkah kita mengikuti mereka dengan baik?! Semoga...


Abu Ibrohim Ari bin Salimin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.