Sabtu, 18 Februari 2017

PERJALANAN RUH MANUSIA HINGGA KE ALAM KUBUR

Sesungguhnya apapun yang kita miliki di dunia ini hanyalah titipan dari Allah 'azza wa jalla, maka apabila Allah telah berkehendak mengambil titipan-Nya, Dia akan mengambilnya dari kita. Demikian pula jasad kita, ketika Allah telah menghendaki untuk mencabutnya, maka Allah pun mengambilnya dari kita. Maka terpisahlah ruh kita tanpa jasad. Saat itu berhentilah amal dan perbekalan. Tinggal pertanggungjawaban atas apa yang kita lakukan di dunia selama ini. Karena sejak saat itu kita berpindah ke alam kubur (atau disebut juga dengan alam barzakh).
Sesungguhnya Alam kubur adalah tempat persinggahan pertama perjalanan ruh manusia setelah dicabut dari jasadnya. Alam kubur menjadi penentu keadaan seseorang di perjalanan selanjutnya. Maka sungguh apabila kita merenungi perjalanan ruh setelah dicabut dari jasadnya, hal itu akan mengingatkan kita kepada kehidupan akhirat.
Sehingga bila kita sudah terlalu sibuk dengan dunia, iman kita menurun dan ibadah terasa malas, ingatlah kematian, atau sempatkanlah berziarah ke kuburan. Di sana ada saudara-saudara kita yang mungkin sebelumnya kita pernah berkata-kata dengan mereka, bercanda dan saling menyapa, tapi kini mereka telah terbujur kaku di bawah tanah. Bukan tidur sebagai peristirahatan terakhir, namun mereka sedang mengawali perjalanan mereka yang sangat amat panjang, perjalanan yang kita tidak pernah tahu berapa lama akan berakhir. Cepat atau lambat kitapun akan segera menyusul mereka. Jasad kita akan dimasukkan ke dalam lubang yang sempit, gelap gulita dan pengap tanpa udara, bahkan terendam air di saat hujan meresap ke dalamnya. Bekal apakah yang sudah kita persiapkan?!
كَانَ عُثْمَانُ بْنُ عَفَّانَ إِذَا وَقَفَ عَلَى قَبْرٍ يَبْكِيْ حَتَّى يَبَلَّ لِحْيَتَهُ، فَقِيْلَ لَهُ: تُذَكَّرُ الجنَّةَ والنَّارَ وَلَا تَبْكِيْ، وتَبْكِيْ مِنْ هَذَا؟ قَالَ: إِنَّ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: إِنَّ القَبْرَ أَوَّلُ مَنَازِلِ الآخِرَةِ، فَإِنْ نَجَا مِنْهُ، فَمَا بَعْدَهُ أَيْسَرُ مِنْهُ، وَإِنْ لَمْ يَنْجُ مِنْهُ، فَمَا بَعْدَهُ أَشَدُّ مِنْهُ. قَالَ: وَقَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا رَأَيْتُ مَنْظَرًا قَطُّ إِلَّا وَالقَبرُ أَفْظَعُ مِنْهُ
Dahulu Ustman bin ‘Affan radhiyallahu 'anhu apabila beliau berdiri di kuburan, beliau menangis hingga membasahi jenggotnya. Maka dikatakan kepada beliau: “Engkau diingatkan dengan surga dan neraka engkau tidak menangis, tapi engkau menangis karena sebuah kuburan?” Ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Sesungguhnya alam kubur adalah awal perjalanan akhirat, apabila seseorang selamat di alam kubur maka setelahnya akan lebih mudah, namun apabila tidak selamat, maka setelahnya akan lebih berat.” Ustman radhiyallahuanhu berkata lagi: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Aku tidak pernah melihat suatu pemandangan pun yang lebih mengerikan daripada kuburan.” (HR. Tirmidzi 2308, dinilai hasan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahihut Tirmidzi 2308)
Sebagai seorang muslim, kita harus meyakini apapun yang dikabarkan oleh Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam -selama hal itu sah datangnya dari beliau- sebagai kebenaran. Maka di antara yang beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam kabarkan adalah bahwa setiap manusia akan ditanya di alam kuburnya. Inilah yang dimaksud oleh para ulama dengan fitnah (ujian) kubur.
Perjalanan Ruh Orang yang Beriman
Dalam sebuah hadits yang panjang yang banyak diriwayatkan oleh para Imam, disebutkan tentang perjalanan ruh manusia setelah ia dicabut dari jasadnya hingga ke alam kubur. Dari al-Barra’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:
Kami pernah keluar bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengiringi jenazah seorang laki-laki dari kaum Anshar. Ketika kami sampai di kuburan, sambil menunggu liang lahatnya digali, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk. Kamipun duduk di sekitar beliau (dengan tenang) seakan-akan di kepala kami ada burung.
Di tangan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ada ranting, beliau mengetuk-etukannya ke tanah, kemudian beliau mengangkat kepalanya ke langit. Lalu bersabda:
اِسْتَعِيْذُوْا بِاللهِ مِنْ عَذَابِ القَبْرِ
“Mintalah perlindungan kepada Allah dari adzab (siksa) kubur.” Beliau mengucapkannya dua atau tiga kali.
Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Sesungguhnya seorang hamba yang beriman ketika hendak meninggalkan dunia dan menuju akhirat, turunlah kepadanya para Malaikat dari langit yang wajahnya putih, seolah-olah wajah mereka seperti matahari. Mereka membawa kain kafan dari surga dan hanuth (minyak wangi) dari surga. Merekapun duduk di sekitar hamba yang beriman itu sejauh mata memandang. Kemudian datanglah Malaikat Maut ‘alaihissalam. Dia duduk di samping kepalanya dan mengatakan, “Wahai jiwa yang baik, keluarlah menuju ampunan Allah dan ridha-Nya.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan: Keluarlah ruh itu dari jasad, sebagaimana tetesan air mengalir dari mulut ceret, maka diambillah ruhnya oleh Malaikat Maut. Ketika telah dipegang oleh Malaikat Maut, para malaikat yang lain tidak membiarkannya sekejap matapun berada padanya, sehingga mereka pun langsung mengambilnya. Para malaikat menjadikan ruh itu berada di kain kafan dan hanuth yang mereka bawa. Keluarlah ruh itu dengan sangat harum seperti harumnya parfum yang paling wangi yang pernah ada di bumi.
Raulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan: Para malaikat inipun membawa naik ruh itu. Tidaklah mereka melewati malaikat yang lain, kecuali mereka akan bertanya: “Ruh siapakah yang baik ini?” Mereka menjawab, “Fulan bin Fulan” -dengan nama terbaik yang pernah menjadi namanya di dunia-. Hingga sampailah mereka di langit dunia, mereka minta agar pintu langit dibukakan, lalu dibukakanlah pintu untuk mereka. Maka para Malaikat yang terlewati di setiap langit ikut mengantarkan mereka hingga terus naik menuju langit berikutnya. Hingga berhentilah mereka di langit ke tujuh. Kemudian Allah 'azza wa jalla berfirman, “Tulis catatan amal hamba-Ku di Illiyin, dan kembalikanlah ia ke bumi. Sesungguhnya dari bumi lah Aku menciptakan mereka, kepadanyalah Aku mengembalikan mereka, dan darinya Aku bangkitkan mereka untuk yang kedua kalinya.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan: Maka dikembalikanlah ruhnya ke jasadnya. Lalu datanglah dua malaikat dan mendudukkannya. Keduanya bertanya kepadanya: “Siapa Rabbmu?” Hamba beriman ini menjawab, “Rabbku Allah.” Keduanya bertanya lagi: “Apa agamamu?”, Ia menjawab: “Agamaku islam” Keduanya kembali bertanya: “Siapakah orang yang diutus di tengah kalian?” Ia menjawab, “Dia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Kedua malaikat itu melanjutkan: “Apa ilmumu?” Hamba beriman ini menjawab: “Saya membaca kitab Allah, saya mengimaninya dan saya membenarkannya.” Tiba-tiba ada yang berseru dari arah langit, “Hamba-Ku telah berkata benar, bentangkan untuknya permadani dari surga, pakaikanlah dia pakaian surga, dan bukakanlah untuknya pintu menuju surga.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: Maka datanglah kepadanya angin surga dan wanginya surga, dan kuburannya pun diluaskan sejauh matanya memandang.
Kemudian datanglah seseorang yang rupawan wajahnya, bagus pakaiannya, dan harum baunya. Dia mengatakan, “Kabar gembira dengan sesuatu yang menyenangkanmu. Inilah hari yang dulu dijanjikan untukmu.” Maka hamba beriman tadi bertanya: “Siapa kamu, wajahmu ini wajah yang datang membawa kebaikan?” Orang yang berwajah rupawan ini menjawab, “Saya adalah amal shalihmu.” Segeralah hamba yang beriman tadi berkata: “Ya Rabb tegakkanlah Hari Kiamat, agar aku bisa segera kembali kepada keluargaku dan hartaku.”
(HR. Ahmad 18534, Syaikh Syuaib Al-Arnauth menyatakan sanadnya shahih dalam tahqiq beliau atas Musnad Imam Ahmad, dan Syaikh al-Albani menilai hadis ini shahih dalam Shahihut Targhib wat Tarhib 3558)
Pelajaran
Tiga pertanyaan yang nampaknya sangat mudah untuk dijawab, namun ia bukanlah pertanyaan yang jawabannya hanya sekedar dihafal di lisan saja. Ia adalah pertanyaan alam kubur, hanya orang-orang yang yang diberi taufik oleh Allah subhanahu wa ta'ala sajalah yang bisa menjawabnya. Mereka adalah orang-orang yang mempelajari agama Islam ini, mereka pun mengenal Allah, mengenal Rasulullah, dan mengenal agama Islam ini dengan baik dan benar. Kemudian mereka pun mengimaninya dan mengamalkannya dalam kehidupannya, sehingga jadilah mereka hamba-hamba yang beriman. Ini nampak dari jawaban mereka ketika ditanya oleh malaikat tentang sumber ilmu mereka, mereka mengatakan, “Saya membaca kitab Allah, saya mengimaninya dan saya membenarkannya.” Inilah yang Allah firmankan dalam al-Qur’an:
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ
Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan perkataan yang teguh di dunia dan di akhirat.” (QS. Ibrahim [14]: 27)
Syaikh Shalih al-Fauzan hafidzahullah mengatakan: “Ini disebabkan keimanannya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan bukan karena sekedar pembelajaran ataupun pengetahuan.” (Komentar beliau dalam Syarh Aqidah ath-Tahawiyah Libni Abil Izz-al Hanafi hal 410)
Alangkah bahagianya keadaan seorang mukmin ketika ia telah memasuki kuburnya dan lulus menjawab pertanyaan malaikat. Kini ia telah berhenti dari kehidupan dunianya yang penuh dengan kepenatan dan kelelahan menghadapi berbagai cobaan dan ujian. Kini ia telah merasakan sebuah taman di antara taman-taman surga. Sungguh awal kehidupan akhirat yang menyenangkan. Untuk yang seperti inilah hendaknya manusia berlomba-lomba meraihnya. Semoga Allah subhanahu wa ta'ala menjadikan kita termasuk ke dalam golongan mereka.
Perjalanan Ruh Orang Kafir
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Adapun hamba yang kafir, ketika hendak meninggalkan dunia dan menuju akhirat, turunlah para malaikat berwajah hitam dari langit, mereka membawa al-Musuuh (kain yang kasar). Mereka duduk di sekitar orang itu sejauh mata memandang. Kemudian datanglah Malaikat Maut dan duduk di samping kepalanya. Dia berkata: “Wahai jiwa yang busuk, keluarlah menuju kebencian Allah dan kemurkaan-Nya.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan: Maka ruhnya terpencar di dalam tubuhnya. Lalu Malaikat Maut mencabutnya sebagaimana dicabutnya gancu dari kain wol yang basah, dan ia pun mengambilnya. Para malaikat yang lain tidak membiarkannya sekejap matapun berada pada Malaikat Maut, sehingga mereka pun langsung mengambilnya dan menjadikannya berada pada al-Musuuh yang mereka bawa. Keluarlah darinya seperti bau bangkai yang paling busuk yang pernah ada di bumi. Mereka pun membawa ruh ini naik. Setiap kali mereka melewati malaikat, malaikat itupun bertanya, “Ruh siapakah yang busuk ini?” Mereka menjawab, “Fulan bin Fulan.” -dengan nama yang paling buruk yang pernah menjadi namanya di dunia- hingga sampailah mereka di langit dunia. Kemudian mereka minta dibukakan, tetapi tidak dibukakan. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca Firman Allah:
لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ
Tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga ada unta masuk ke lubang jarum.” (QS. al-A’raf [7]: 40)
Kemudian Allah 'azza wa jalla berfirman, “Tulislah catatan amalnya di Sijjin, di bumi yang paling rendah.” Kemudian ruhnya pun dihempaskan. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca Firman Allah:
وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ أَوْ تَهْوِي بِهِ الرِّيحُ فِي مَكَانٍ سَحِيقٍ
Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka seolah-olah ia jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.” (QS. al-Haj [22]: 31)
Kemudian ruhnya dikembalikan ke jasadnya. Lalu datanglah dua malaikat dan mendudukkannya. Keduanya pun bertanya kepadanya: “Siapa Rabmu?” Maka hamba yang kafir ini menjawab, “Hah..hah.. saya tidak tahu.” Malaikat bertanya lagi: “Apa agamamu?”, Ia menjawab lagi: “Hah..hah.. saya tidak  tahu,” jawab si kafir. “Siapakah orang yang diutus di tengah kalian?” Dia kembali menjawab: “Hah..hah.. saya tidak tahu.” Tiba-tiba muncullah suara dari langit: “Dia telah berdusta, bentangkan untuknya tikar dari neraka, dan bukakan untuknya pintu menuju neraka.”
Maka datanglah kepadanya panasnya neraka dan racun neraka, kemudian kuburnya disempitkan hingga tulang-tulang rusuknya saling berhimpit. Kemudian datanglah seorang yang wajahnya sangat buruk, bajunya sangat jelek, dan baunya pun sangat busuk. Dia berkata: “Bergembiralah dengan kabar yang buruk untukmu, inilah hari yang dulu pernah dijanjikan kepadamu.” Si kafirpun bertanya, “Siapa kamu? Wajahmu ini wajah yang datang membawa keburukan.” Orang tadi menjawab, “Saya adalah amalanmu yang buruk.” Maka dia berkata: “Ya Rabb, jangan Engkau tegakkan hari Kiamat.”
(HR. Ahmad 18534, Syaikh Syuaib Al-Arnauth menyatakan sanadnya shahih dalam tahqiq beliau atas Musnad Imam Ahmad, dan Syaikh al-Albani menilai hadis ini shahih dalam Shahihut Targhib wat Tarhib 3558)
Dalam riwayat lain ada tambahan:
وَأَمَّا الْمُنَافِقُ وَالْكَافِرُ فَيُقَالُ لَهُ مَا كُنْتَ تَقُولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ فَيَقُولُ لاَ أَدْرِي كُنْتُ أَقُولُ مَا يَقُولُ النَّاسُ فَيُقَالُ لاَ دَرَيْتَ، وَلاَ تَلَيْتَ وَيُضْرَبُ بِمَطَارِقَ مِنْ حَدِيدٍ ضَرْبَةً فَيَصِيحُ صَيْحَةً يَسْمَعُهَا مَنْ يَلِيهِ غَيْرَ الثَّقَلَيْنِ
Adapun orang kafir dan orang munafik, maka ditanyakan kepadanya: “Apa yang engkau ucapkan terhadap orang ini (Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam)?” Dia menjawab: “Aku tidak tahu, dulu aku hanya mengucapkan apa yang diucapkan oleh orang-orang.” Maka dikatakanlah kepadanya: “Engkau tidak tahu dan tidak mau tahu!” Akhirnya dipukullah ia sekali pukul dengan alat pemukul dari besi, maka ia pun berteriak dengan sekeras-kerasnya hingga bisa didengar oleh semua makhluk yang ada di sekitarnya, kecuali jin dan manusia. (HR. Bukhari 1374, Abu Dawud 4753)
Pelajaran
Sungguh mengerikannya keadaan orang-orang yang kafir dan tidak beriman di alam kuburnya. Sungguh tak akan ada yang bisa menolongnya kecuali Allah. Namun Allah tak akan pernah menolongnya, karena ia telah durhaka dan ingkar kepada Allah ketika di dunia. Berbanding terbalik dengan keadaan orang yang beriman; orang kafir tidak beriman kepada Allah dan rasul-Nya, atau tidak beriman dengan keimanan yang benar, bahkan ia tidak peduli dengan agama Islam sebagaimana dikatakan oleh malaikat, “Engkau tidak tahu dan tidak mau tahu!” Maka alam kubur menjadi tempat singgah yang sangat mengerikan baginya, sebelum kelak akan datang siksa yang jauh lebih dahsyat yang menghadangnya di neraka. Itulah tempat kembali orang-orang yang celaka.
Syaikh Shalih al-Fauzan hafidzahullah mengatakan: “Adapun orang-orang yang tidak memiliki keimanan, maka ia terlambat dalam menjawabnya, mereka adalah orang-orang munafik yang menampakkan keimanan sewaktu di dunia dan menyembunyikan kekufuran dalam hatinya, maka orang seperti ini tak akan bisa menjawab.” (Komentar beliau dalam Syarh Aqidah ath-Tahawiyah Libni Abil Izz-al Hanafi hal 410)
Lalu apakah yang mendapat siksa di alam kubur hanyalah orang-orang kafir dan munafik saja? Ternyata tidak, karena dalam hadits yang lain disebutkan bahwa siksa kubur juga bisa menimpa orang yang bermaksiat.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ مَرَّ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم بِقَبْرَيْنِ فَقَالَ إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لاَ يَسْتَتِرُ مِنَ الْبَوْلِ، وَأَمَّا الآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, ia berkata: Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati dua kuburan, kemudian beliau bersabda, ”Sesungguhnya kedua penghuni kubur ini benar-benar sedang diadzab (disiksa). Keduanya bukan diazab karena masalah yang dianggap besar. Adapun salah satunya disebabkan karena tidak menjaga diri dari kencingnya, sedangkan satunya lagi karena berjalan di muka bumi mengadu domba di antara manusia.” (HR. Bukhari 218 dan Muslim 292)
Semoga Allah subhanahu wa ta'ala melindungi kita dari siksa kubur. Allahumma aamiin yaa Mujiibas Saa-iliin.

Abu Ibrohim Ari bin Salimin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.