Rabu, 01 Februari 2017

JAGALAH SHALATMU

Shalat adalah rukun Islam yang kedua sekaligus seutama-utama amal setelah persaksian bahwa tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah dan bahwasanya Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Menjaga shalat adalah merupakan tanda baiknya keislaman seseorang. Sebaliknya, perbuatan menyia-nyiakan shalat merupakan tanda buruknya keislaman seseorang dan lemahnya dia dalam menjalankan kewajibannya terhadap Rabbnya.
Maka alangkah sangat menyedihkannya ketika banyak dari kaum muslimin di zaman ini meremehkan shalat lima waktu. Di antara mereka ada yang asal shalat tanpa memperhatikan rukun dan syarat sahnya, di antara mereka pula ada yang menunda-nunda shalat hingga keluar dari waktunya, bahkan yang lebih parah lagi dengan tenangnya di antara mereka ada yang senantiasa meninggalkan shalat tanpa udzur sedikitpun.
Tidak takutkah mereka akan ancaman yang begitu besar menanti orang-orang yang meninggalkan shalatnya??!. Semoga melalui tulisan yang singkat ini dapat menjadi pengingat kaum muslimin akan pentingnya shalat dan bahaya menyia-nyiakannya.

Kedudukan Shalat Lima Waktu Dalam Islam
Shalat mempunyai kedudukan yang sangat penting di dalam Islam. Sampai-sampai, khusus untuk perintah shalat, Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam diangkat ke langit oleh Allah ta’ala pada peristiwa isra’ mi’raj. Hal ini menunjukkan kedudukan shalat yang sangat agung di dalam Islam, sehingga kita sebagai seorang muslim harus selalu menjaganya dan memperhatikannya dengan sungguh-sungguh.
1.       Shalat merupakan rukun Islam
Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ
Islam dibangun di atas lima perkara, yaitu persaksian bahwa tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, membayar zakat, haji, dan puasa di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari)
Imam Ibnu Rajab al-Hambali rahimahullah berkata tentang hadits ini, “Makna dari hadits ini adalah bahwa islam dibangun di atas lima perkara ini, yang kelimanya itu seperti tiang-tiang bagi bangunannya.” (Jami’ul Ulum wal Hikam, hal. 145)
Hadits di atas menunjukkan tentang rukun-rukun Islam, yang mana shalat adalah rukun Islam yang kedua setelah mengucapkan dua kalimat syahadat. Shalat adalah perkara teerpenting dalam agama ini setelah kalimat syahadat.
2.       Shalat adalah tiangnya agama
Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلاَمُ، وَعَمُودُهُ الصَّلاَةُ، وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الجِهَادُ
Pokok segala urusan adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad.” (HR. at-Tirmidzi, dan dinyatakan shahih oleh Syaikh al-Albani dalam Shahihut Targhib wat Tarhib)
Seseorang yang menegakkan shalat maka ia telah menjaga bangunan agamanya, sebagaimana tiang yang menopang sebuah bangunan agar tidak goyah dan roboh. Sebaliknya, jika ia menyia-nyiakan shalat maka ia telah membahayakan dirinya dan bangunan agamanya.
3.         Shalat adalah amalan yang pertama kali dihisab
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ، فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَح، وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ
Amalan seorang hamba yang pertama kali dihisab di hari kiamat adalah shalatnya, jika shalatnya baik maka ia beruntung dan selamat, jika shalatnya jelek maka ia celaka dan merugi.” (HR. at-Tirmidzi dan an-Nasa’i, dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah)
Dalam hadits ini kita dapat melihat bagaimana shalat menjadi penentu tentang keadaan seseorang di akhirat nanti. Jika shalatnya baik, maka ia akan mendapatkan keberuntungan dan diselamatkan dari siksa. Adapun jika shalatnya jelek, maka ia akan menjadi orang yang merugi dan menderita.
Ancaman Bagi Orang yang Menyia-nyiakan Shalat
Ancaman bagi orang yang meninggalkan shalat sangatlah besar, tidak sama dengan dosa-dosa yang lain karena shalat termasuk rukun Islam. Berikut ini adalah ancaman yang ditujukan bagi orang-orang yang menyia-nyiakan dan meninggalkan shalat:
1.       Menyia-nyiakan shalat termasuk perbuatan orang yang celaka
Allah ta’ala berfirman:
 فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ. الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.” (QS. al-Ma’un [107]: 4-5)
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah menjelaskan tentang makna lalai pada ayat di atas di dalam kitab tafsirnya dengan mengatakan “Maksudnya adalah meremehkannya, meninggalkannya hingga habis waktunya, dan meninggalkan rukun-rukunnya.” (Taisiirul Kariimirrahman fii Tafsir Kalaamil Mannaan hal. 895)
Dalam ayat ini Allah subhanahu wa ta'ala mensifati orang yang lalai dari shalatnya dengan kecelakaan, sedangkan tidak ada tempat lain di akhirat bagi orang-orang yang celaka selain neraka yang menyala-nyala. Tentunya ini adalah ancaman yang harusnya diperhitungkan matang-matang oleh orang-orang yang melalaikan shalatnya.
2.       Meninggalkan shalat diancam dengan kekafiran
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
العَهْدُ الَّذِي بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمُ الصَّلاَةُ، فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ
Perjanjian antara kita dengan mereka adalah shalat, barang siapameninggalkannya maka ia kafir.” (HR. at-Tirmidzi, an-Nasa’i dan Ibnu Majah, Syaikh al-Albani menghukuminya shahih dalam Shahihut Targhib wat Tarhib)
Dalam hadits lain, beliau juga bersabda:
بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكُ الصَّلاَةِ
Pembatas antara seseorang dengan kesyirikan dan kekafiran adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim)
Meskipun ada perbedaan penafsiran di antara ulama tentang makna kafir di sini, namun kedua hadits ini sudah cukup menunjukkan akan besarnya dosa meninggalkan shalat, hingga ancamannya sampai kepada derajat kekufuran, karena shalat merupakan rukun Islam yang kedua.
3.       Meninggalkan shalat penyebab masuk neraka saqar
Allah ‘azza wa jalla berfirman dalam surat al-Muddatsir ayat ke 42-43:
مَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَ. قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ
Apakah yang memasukkan kamu ke dalam neraka saqar? Mereka menjawab: ‘Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat.’”
Lihatlah bagaimana jawaban penduduk neraka ketika mereka ditanya tentang apa yang menyebabkannya masuk ke dalam neraka sehingga mereka menderita karenanya, dibakar hidup-hidup dan disiksa dengan siksaan yang pedih tiada bandingnya. Mereka menjawab bahwa dahulu mereka tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat ketika masih hidup di dunia. Semoga Allah melindungi kita dari hal itu.
Marilah kita menjaga shalat-shalat kita sebagai bentuk ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala, sekaligus sebagai bentuk rasa syukur kita kepada-Nya atas karunia yang telah kita dapatkan, sehingga kita selamat dan terhindar dari ancaman yang menimpa orang yang menyia-nyiakan shalatnya. Banyak kita saksikan kaum muslimin yang hidup di negeri-negeri yang mayoritas penduduknya non muslim, tak terdengar suara adzan menggema di waktu shalat, bahkan terkadang mereka harus sembunyi-sembunyi untuk bisa melakukan shalat. Maka Alhamdulillah di negeri ini kita bebas melaksanakan shalat berjamaah, yang dikumandangkan adzan di setiap waktu shalat memanggil-manggil dan mengingatkan kaum muslimin untuk menghadirinya. Sudah seharusnya bagi seorang hamba untuk selalu bersyukur dan mentaati perintah Rabbnya.


Abu Ibrohim Ari bin Salimin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.