Minggu, 05 November 2017

AT-TAWASSUL ILALLAH (Bagian 01)

(Ringkasan Faedah Tabligh Akbar bersama Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Abbad al-Badr hafidzahumallah di Masjid Mujahidin, Perak, Surabaya, 27 Jumadil Ula 1438 H)
PENYEBUTAN TAWASSUL DALAM AL-QUR’AN
Setelah beliau memuji Allah subhanahu wa ta'ala dan bershalawat atas Nabi-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam beliau menyebutkan bahwa Allah ta'ala telah menyebutkan tentang tawassul dalam al-Qur’an dalam dua tempat:
Yang pertama adalah perintah untuk bertawassul. Allah sebutkan dalam Firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan dan carilah wasilah (jalan) untuk mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah di jalan-Nya agar kamu beruntung.” (QS. al-Maidah [5]: 35)

Yang kedua adalah pujian terhadap pelakunya, yang Allah sebutkan dalam Firman-Nya:
أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًا
Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Rabb mereka, siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah). Mereka mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan siksa-Nya. sesungguhnya siksa Tuhanmu adalah sesuatu yang (harus) ditakuti.” (QS. al-Isra [17]: 57)
Maka sudah sepantasnya bagi setiap muslim untuk memperhatikan masalah ini baik dari segi ilmu maupun amal.
MAKNA TAWASSUL
Tawassul  adalah thalabul qurbi minallah bifi’li ma amara wa ta’atahu wajtinabu ma naha ‘anhu (طلب القرب من الله بفعل ما أمر وطاعته واجتناب ما نهى عنه), yaitu mencari kedekatan kepada Allah dengan mengerjakan perintah-Nya dan mentaati-Nya, serta menjauhi larangan-Nya.
CARA-CARA MENDEKATKAN DIRI (BERTAWASSUL) KEPADA ALLAH
1.      Tawassul dengan Tauhid
Tawassul yang paling utama adalah bertauhid (menjadikan Allah satu-satunya tujuan ibadah), karena tauhid adalah perintah Allah yang terbesar. Tauhid adalah tujuan Allah menciptakan manusia, sebagaimana dalam Firman-Nya:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah hanya kepada-Ku.” (QS. adz-Dzariyat [51]: 56)  
Dan juga karena tauhid merupakan pokoknya agama ini.
2.      Tawassul dengan Keikhlasan dalam Ibadah
Demikian juga yang termasuk tawassul yang paling utama adalah mengikhlaskan ibadah hanya untuk Allah ta'ala. Allah 'azza wa jalla berfirman:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء
Padahal mereka tidak diperintah kecuali untuk mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah karena menjalankan agama yang lurus.” (QS. al-Bayyinah [98]: 5)
Dan amalan seseorang itu tidak akan diterima (oleh Allah) kecuali dengan tauhid dan keikhlasan.
3.      Tawassul dengan Pokok Keimanan
Kemudian setelah orang itu bertauhid dan mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah saja, tawassul yang paling utama adalah melaksanakan pokok-pokok keimanan. Allah 'azza wa jalla berfirman:
لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ
Kebaikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat, tapi kebaikan itu adalah orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-Nya, kitab-kitabNya dan para nabi.” (QS. al-Baqarah [2]: 177)
Dan amalan itu tidak akan diterima tanpa disertai keimanan. Allah ta'ala berfirman:
وَمَا مَنَعَهُمْ أَنْ تُقْبَلَ مِنْهُمْ نَفَقَاتُهُمْ إِلَّا أَنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ وَبِرَسُولِهِ
Tidak ada yang menghalang-halangi untuk diterima infak mereka kecuali karena mereka itu kafir (ingkar) kepada Allah dan Rasul-Nya.” (QS. at-Taubah [9]: 54)
4.      Tawassul dengan Melaksanakan Kewajiban Agama
Kemudian tawassul yang utama setelah tauhid dan keikhlasan dalam ibadah serta keimanan, yaitu melaksanakan kewajiban-kewajiban agama. Dan kewajiban yang paling besar adalah rukun Islam. Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam hadits qudsi bahwasanya Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ
“Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan yang paling aku cintai melebihi kewajiban-kewajiban yang telah Aku tetapkan.” (HR. Bukhari 6502)
Demikian juga disebutkan dalam hadits Jibril 'alaihissalam dan hadits Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma tentang Islam.
وَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِى عَنِ الإِسْلاَمِ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: الإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَتُقِيمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِىَ الزَّكَاةَ وَتَصُومَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيلاً. قَالَ: صَدَقْتَ.
Malaikat Jibril 'alaihissalam berkata: “Wahai Muhammad, kabarkanlah kepadaku tentang Islam!”, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: “Islam adalah enkau bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan haji ke baitullah jika engkau telah mampu melakukannya.” Malaikat Jibril pun berkata: “Engkau benar”. (HR. Muslim 8)
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ وَإِقَامِ الصَّلاَةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ
Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Islam itu dibangun di atas lima perkara: persaksian bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji, dan puasa di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari 8 dan Muslim 16)
Maka merupakan keharusan bagi setiap hamba untuk selalu memperhatikan kewajiban-kewajiban Allah yang telah Dia tetapkan dan tidak menyia-nyiakannya.
5.      Tawassul dengan Menjauhi Larangan Allah
Kemudian tawassul yang utama adalah menjauhi keharaman dan larangan-larangan Allah ta'ala. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا كَرِيمًا
Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar yang dilarang, maka Kami akan hapus kesalahan-kesalahanmu dan akan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).” (QS. an-Nisa’ [4]: 31)
Maksudnya adalah kita menjauhi larangan-larangan Allah dan tidak mendekatinya. Maka seorang muslim hendaknya bersemangat menjauhi dosa-dosa besar dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah, sehingga seorang muslim harus mengetahui berbagai macam dosa-dosa besar dengan membacanya dari kitab-kitab para ulama. Dan kitab yang terbaik yang telah ditulis oleh para ulama tentang dosa-dosa besar adalah kitab “Al-Kabair” karya Imam adz-Dzahabi rahimahullah.
6.      Tawassul dengan Amalan Sunnah
Kemudian tawassul yang utama adalah bersemangat dalam mengamalkan amalan-amalan sunnah, sebagaimana disebutkan dalam lanjutan hadits qudsi yang telah lalu:
وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطُشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا وَإِنْ سَأَلَنِي لأُعْطِيَنَّهُ وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي لأُعِيذَنَّهُ
“Dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah hingga Aku pun mencintainya. Dan apabila Aku telah mencintainya, maka Aku menjadi penuntun pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, pandangannya yang ia gunakan untuk melihat, tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia meminta kepada-Ku pasti akan Aku beri, dan jika ia meminta perlindungan kepada-Ku pasti akan Aku lindungi.” (HR. Bukhari 6502)
Karena amalan-amalan sunnah akan membuat seorang hamba senantiasa dalam penjagaan Allah dan perhatian-Nya. Ia akan senantiasa ditolong oleh Allah dalam pendengarannya, pengelihatanya, dan juga ucapannya. Sehingga amalan-amalan sunnah termasuk sebab terbesar seseorang diangkat derajatnya oleh Allah 'azza wa jalla. Akan tetapi tidak boleh bagi seorang hamba menjadikan perhatiannya terhadap amalan sunnah lebih besar daripada amalan-amalan yang wajib.
Kemudian seorang hamba harus mengetahui bahwa segala kebaikan hanya ada di sisi Allah dan atas keutamaan dari-Nya. Allah ta'ala berfirman:
وَأَنَّ الْفَضْلَ بِيَدِ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ

Dan bahwa karunia itu ada di tangan Allah, Dia memberikannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (QS. al-Hadid [57]: 29)
Bersambung...
_____________
Dicatat oleh Abu Ibrohim Ari bin Salimin
Selesai disalin pada hari Senin 14 Dzul Qa’dah 1438 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.