Jumat, 11 Mei 2018

ORANG-ORANG YANG PEDULI PADAMU


Saudara dan saudariku, ingatlah bahwa hidup ini adalah kehidupan yang singkat dan fana. Berapapun lamanya seseorang hidup di dunia, ia pasti akan mati juga. Tinggallah ia setelah itu di kehidupan yang sebenarnya, yaitu kehidupan akhirat yang tak ada ujungnya. Hidup ini adalah ujian menuju surga. Maka seorang manusia haruslah ia mengikuti aturan dari Sang Pencipta, agar ia bisa selamat di kehidupan dunia dan di kehidupan setelahnya.
Meski demikian, begitu banyak manusia lalai akan aturan Allah Sang Pencipta, lalai dari kehidupan akhirat yang kekal abadi selama-lamanya. Hingga Allah pun berfirman:
أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ
Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, hingga kamu masuk ke dalam kubur.” (QS. at-Takatsur [102]: 1-2)

Sehingga ketahuilah, bahwa ketika ada orang yang mengingatkan kita tentang akhirat dan tentang bekal takwa untuk menuju ke sana, maka dialah orang yang sangat peduli dengan kita. Dia peduli dengan kebahagiaan kita yang sesungguhnya, yaitu dia berharap dan berusaha agar kita bisa masuk surga dan tinggal di dalamnya selama-lamanya dalam kebahagiaan yang nyata. Dia pun berusaha bagaimana agar kita bisa selamat di dunia ini, dari berbagai macam hal yang bisa menghalangi kita masuk surga dan menjerumuskan kita ke dalam jurang neraka.
Maka alangkah bahagianya jika kita memiliki orang-orang yang bisa selalu mengingatkan kita saat kita lalai dari perintah Allah 'azza wa jalla.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
Yang pertama, orang yang paling peduli pada kita adalah Nabi kita yang tercinta ‘alaihish shalatu wassalam. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman tentang beliau:
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَءُوفٌ رَحِيْمٌ
Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang yang beriman.” (QS. at-Taubah [9]: 128)
Sungguh apabila kita mengetahui bagaimana perjalanan dakwah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, kita pasti akan mengetahui bagaimana besarnya perjuangan beliau mengajak manusia menuju surga dan menjauhkan mereka dari api neraka. Meski demikian, justru banyak orang yang tidak senang dengan ajakan beliau, bahkan lebih memilih jalan lain selain jalan yang diajarkan oleh beliau shallallahu 'alaihi wa sallam. Dengarlah penuturan beliau:
مَثَلِيْ وَمَثَلُكُمْ كَمَثَلِ رَجُلٍ أَوْقَدَ نَارًا فَجَعَلَ الْجَنَادِبُ وَالْفَرَاشُ يَقَعْنَ فِيهَا وَهُوَ يَذُبُّهُنَّ عَنْهَا وَأَنَا آخِذٌ بِحُجَزِكُمْ عَنِ النَّارِ وَأَنْتُمْ تَفَلَّتُونَ مِنْ يَدِيْ
“Permisalanku dengan kalian adalah seperti seorang lelaki yang menyalakan api, sehingga mulailah serangga-serangga dan laron jatuh ke dalamnya, padahal lelaki tersebut berusaha menghalang-halanginya dari api itu. Sedangkan aku memegangi kalian agar tidak jatuh ke dalam neraka, tetapi justru kalian meloloskan diri dari tanganku.” (HR. Muslim 2285)
Saudaraku, saudariku…
Lihatlah bagaimana kesungguhan beliau berusaha menyelamatkan kita sebagai umatnya dari api neraka, maka taatilah beliau. Taatilah Nabimu. Yakinlah bahwa apa saja yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya kepadamu adalah karena di dalamnya terdapat kebaikan yang banyak untukmu, meskipun engkau tidak tahu, dan apa saja yang telah dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya atasmu adalah karena di dalamnya terdapat keburukan yang banyak, meskipun engkau tidak tahu apa itu. Taatilah Rasulullah, meskipun tak sesuai dengan kemauan hawa nafsumu, karena itulah yang terbaik untukmu.
Ingatlah bahwa Allah subhanahu wa ta'ala telah berfirman:
وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan bisa jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. al-Baqarah [2]: 216)
Para Ulama dan Penyeru Kebaikan
Yang kedua, orang yang peduli pada kita adalah para ulama dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka dari para penyeru kebaikan. Mereka adalah orang-orang yang sangat sayang pada kita sebagai umat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Bahkan mereka adalah pewaris para Nabi. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda:
إِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الأَنْبِيَاءِ وَإِنَّ الأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلاَ دِرْهَمًا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
“Sesunggunya para ulama adalah pewaris para nabi, dan para nabi tidaklah mewariskan dinar ataupun dirham, tetapi mereka mewariskan ilmu. Maka barangsiapa mengambilnya, berarti ia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR. Abu Dawud 3643, dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahihul Jami’ 6297)
Maka segala puji hanya milik Allah 'azza wa jalla yang telah menjadikan pada setiap masa yang kosong dari para Rasul, pewaris yang terdiri dari ulama yang berdakwah dan mengajak orang yang sesat kepada hidayah. Mereka tabah dan sabar menghadapi bermacam-macam tantangan dan ujian untuk menghidupkan mereka yang mati hatinya dengan Kitabullah dan dengan cahaya Allah 'azza wa jalla, menjadikan terbuka mata mereka yang buta. Sehingga tidak sedikit dari mereka yang (hatinya) telah mati terbunuh oleh iblis kembali dihidupkan, dan banyak dari mereka yang sesat dan kebingungan kembali mendapat petunjuk. Alangkah baik warisan mereka untuk manusia, tetapi sebaliknya, sungguh buruk penerimaan sebagian manusia terhadap warisan mereka. (Syarah ‘Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah karya ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas hafidzahullah hal. 12-13)
Maka wahai saudara dan saudariku, ketika kita ingin memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat, sambutlah seruan para ulama. Kembalilah kepada mereka dalam memahami agama Islam ini. mereka adalah orang-orang yang sangat peduli padamu.
Orang yang Mungkin Kau Tak Tahu
Selanjutnya yang ketiga, orang-orang yang peduli pada kita adalah mereka yang bisa jadi adalah orang terdekat kita, atau bahkan bisa jadi dia adalah orang lain yang kita tak mengenal siapa dia.
Maka wahai Saudara dan saudariku, coba renungkanlah…
Bisa jadi, ada seseorang di pojokan rumahnya ia termenung.
Bukan sedang memikirkan dirinya, tapi ia memikirkan tentangmu.
Ya, ia memikirkan tentangmu… tentang akhiratmu…
Ia sangat ingin hidayah menyapamu.
Ia adalah orang yang sangat peduli padamu. Peduli dengan keselamatanmu.
Ketika engkau terjatuh ke dalam kesalahan, ia sangat ingin segera menegurmu.
Ketika engkau terjatuh ke dalam kemaksiatan, ia ingin segera menarik tanganmu menyelamatkanmu.
Ia adalah orang yang sangat ingin engkau masuk ke dalam surga dan selamat dari neraka.
Dalam kesendiriannya ia termenung, memikirkan tentangmu.
Tentang bagaimana dia menyelamatkanmu dari jurang kebinasaan.
Sesekali, ia hanya bisa tersenyum sambil berlalu mengingatkanmu dengan sepatah ucapan:
“Mas, shalat yuk ke masjid, udah adzan lho…”
“Mba, apa nggak pengen pake jilbab? Jilbab itu wajib lho…”
“Pak, apa nggak pengen berhenti merokok? Rokok itu kan banyak racunnya…”
“Bu, apa nggak dinasehatin aja langsung, daripada ngomongin kejelekan orang terus…”
“Kak, pacaran itu dosa lho, apa nggak takut jatuh ke dalam zina?”
“Dek, daripada dengerin musik, mendingan baca Qur’an yuk… dapet pahala.”
Itulah sedikit ucapan yang sangat tulus dari lubuk hatinya yang paling dalam.
Ya, baru hanya sedikit kata-kata itu saja, tak lebih…
Bisa jadi, sebenarnya ia ingin sekali menjelaskan kepadamu tentang lebih banyak lagi.
Ia ingin mengingatkanmu tentang kehidupan ini yang hanya sekali saja, agar engkau memanfaatkannya dengan baik untuk bertakwa kepada Allah ta'ala.
Ia ingin mengingatkanmu tentang kematian yang selalu mengancammu kapan saja.
Ia ingin mengingatkanmu tentang indahnya surga dan dahsyatnya neraka, agar kamu ingat dan segera kembali kepada ketaatan pada Allah 'azza wa jalla.
Namun lidahnya terasa berat untuk menjelaskan semua itu, baru hanya sepatah kata itu saja yang bisa ia ucapkan… Yah, hanya sepatah kata itu yang tulus dari dalam hatinya.
Terkadang ia pun bingung mengapa seperti itu.
Mungkin karena ilmunya yang masih sedikit,
Atau karena suasana hatinya yang merasa sangat tidak enak mengungkapkan hal itu.
Meski sebenarnya ia berusaha selalu melawan perasaannya untuk mengucapkan kata yang lebih banyak.
Di dalam kesendiriannya ia sering mendoakanmu…
Bahkan tanpa sepengetahuanmu…
“Ya Allah, berilah hidayah kepadanya…”
“Ya Allah, berilah hidayah kepada bapakku, ibuku, pamanku, bibiku, suamiku/istriku, kakakku, adikku, anakku, temanku, guruku, muridku, tetanggaku, orang-orang di daerahku, di negeriku, kaum muslimin, ya Allah selamatkan kami dari api neraka, kumpulkanlah kami di dalam surga-Mu.”
Bahkan bukan tak mungkin ia menyebut namamu di dalam doanya…           
Dan terkadang tangispun tak tertahankan menetes dan mengalir di pipinya.
Untukmu saudaraku, untukmu saudariku, untuk kebaikanmu… untuk keselamatanmu…
Maka ketahuilah, bahwa ia adalah orang yang sangat peduli padamu, merasa kasihan dengan keadaanmu yang terjatuh dalam kemaksiatan.
Betapa besar keinginannya engkau mendapatkan hidayah dalam ketaatan.
Kalaulah hidayah itu bisa dibeli… Berapapun harta yang ia miliki akan ia tukarkan untuk membeli hidayah itu, agar bisa ia berikan kepadamu.
            Saudara-saudariku…
Maka sambutlah ajakan orang-orang yang peduli kepadamu. Peganglah erat tangannya, dengarkanlah nasehatnya, ia mengajakmu masuk ke dalam surga.
--------
Abu Ibrohim Ari bin Salimin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.