Kamis, 23 Agustus 2018

AKU PULANG PAK… AKU PULANG BU...

Seorang anak merasa senang setelah mendapat gaji bulanannya yang ke sekian kalinya. Kali ini ia bergembira karena telah merasa memiliki cukup simpanan di tabungannya, sehingga ada sedikit dari gajinya yang bisa ia sisihkan untuk ia berikan kepada kedua orang tuanya yang selama ini telah membesarkannya.
Ia pun pulang dari perantauannya setelah tiba masa libur kerja. Hanya beberapa hari saja, tidak lama. Beberapa hari yang bisa ia sempatkan dari sekian lama berpisah dengan kedua orang tuanya. Kali ini ia baru sempat untuk berkunjung menemui orang tuanya yang telah lama ia tinggalkan.
Sesampainya di rumah orang tuanya, si anak menyalami bapak dan ibunya yang telah beranjak tua. Ia pun berbahagia sekali bisa kembali melihat wajah kedua orang tuanya yang telah merawatnya sejak bayi.
Ia tatap wajah keduanya, kini ia baru merasakan dan menyadari setelah beberapa lama berpisah dengan keduanya, ternyata memang nampak umurnya sudah semakin tua, kulitnya juga sudah semakin mengeriput, tangannya dilihatnya sudah semakin pucat, rambut ubannya juga semakin banyak saja, pembuluh darahnya begitu nampak di balik kulitnya, kekuatannya pun kelihatan lebih lemah dari sebelumnya.
Dengan keadaannya yang seperti itu, mereka dengan wajah berseri-seri menyambut kepulangan anaknya dari perantauan, melepaskan kerinduan yang telah lama memenuhi sanubarinya terhadap anak yang ia sayang.
Orang tua dan anak itu pun hanyut dalam pembicaraan yang ramah dan santai penuh kegembiraan. Si anak bercerita tentang sedikit kisahnya di tempat kerjanya selama mereka berpisah. Senyuman dan rasa senang begitu terasa pada pertemuan mereka kala itu. Tak lupa sang ibu pun memasakkan makanan kesukaan untuk anaknya itu.
Si anak begitu menikmati liburannya di rumah kedua orang tuanya yang menyimpan berjuta-juta kisah sejak ia lahir di sana. Hingga akhirnya terasa begitu cepat beberapa hari ia lalui di rumah itu. Maka tiba waktunya ia harus kembali berpisah dengan kedua orang tuanya. Ia harus kembali ke tempat kerjanya yang jauh di luar kampung sana.
Demikianlah hampir setiap anak itu pulang kampung, terasa benar kebahagiaan dalam perjumpaan dengan orang tuanya dan juga saudara saudarinya. Sampai pada kepulangannya yang ke sekian kalinya, saat si anak itu hendak kembali lagi, si anakpun berpamitan pada orang tuanya, tak lupa ia selipkan di telapak tangannya beberapa lembar rupiah dari gajinya, tidak banyak, hanya sedikit. Ia pun menghampiri ibunya, hingga terjadilah pembicaraan di antara keduanya:
"Bu, ini ada sedikit buat ibu."
"Oh nggak usah nak, nggak usah, buat kamu aja, ibu sudah ada kok."
Demikianlah umumnya orang tua, bagaimanapun keadaannya, mereka tak ingin merepotkan anak-anaknya. Berbeda dengan anak, yang selalu mengeluh dan merengek kepada orang tuanya, bahkan terkadang sampai ada yang marah-marah kepada mereka.
Si anak pun menatap wajah ibunya, yang ia tak tahu sampai kapan lagi ia masih bisa melihatnya, ia pun berkata:
"Nggak papa bu, kan pengen ngasih sama orang tua."
"Lha emangnya kamu masih punya?"
Ucapan ibunya ini menggetarkan hati anaknya. Ternyata ibunya selalu mengkhawatirkan keadaannya, takut kalau-kalau uang anaknya tidak cukup untuk biaya hidupnya yang jauh di sana. Melihat anaknya pulang saja ia sudah merasa senang, tak perlu harus membawa oleh-oleh ataupun pemberian uang. Ia tak mau menyusahkan anaknya yang ia sayang.
"Udah bu, udah ada kok. Ni masih banyak, insyaallah cukup kok." Sambil tersenyum dan menatap wajahnya dalam-dalam ia meyakinkan sang ibu.
Sang ibu pun menimpali: "Terima kasih ya..."
Degup kencang kembali mengetarkan hatinya, oh tidak... Ucapan ini bahkan mengguncang hatinya. Seumur-umur ia hidup bersama orang tuanya, ia rasa hampir-hampir tak pernah sekalipun ia mengucapkan terima kasih kepada bapak ibunya. Namun sang ibu, dengan jasa-jasanya yang amat besar dan tak terhitung, ia berterima kasih atas pemberian yang sangat sedikit itu. Pemberian yang seolah-olah hanya setetes dibandingkan air sumur tempat ibunya mengambil air untuk memandikannya, mencebokinya, dan memberi ia minum.
Si anak pun merasa malu dan begitu sangat terharu dengan sikap ibunya itu. Ia pun teringat betapa kecilnya ia di hadapan orang tuanya, meskipun ia sudah bisa menafkahi dirinya sendiri.
Kemudian kini tibalah giliran ia untuk berpamitan kepada bapaknya yang seperti biasa, ada-ada saja pekerjaan yang dikerjakan oleh bapaknya di rumah itu. Ia pun menghampiri bapaknya. Sebagaimana kepada ibunya, ia menyelipkan sedikit lembar rupiah di telapak tangannya dan memberikan kepada bapaknya.
Seraya bersalaman, ia pegangi erat-erat tangan bapaknya itu, tangan yang selama ini telah mengusahakan nafkah untuknya, tangan yang selama ini menggendongnya, mengusap kepalanya, dan menyeka air mata tangis masa kecilnya...
"Pak, ini ada sedikit buat bapak."
"Oh nggak usah nak, nggak usah, buat kamu aja, bapak sudah ada."
Ternyata jawaban yang sama pun terucap dari lisan bapaknya itu.
"Nggak papa pak, kan pengen ngasih sama orang tua."
"Lha kamu udah ada?"
Lagi-lagi orang tuanya ini menanyakan hal yang sama sebagaimana ditanyakan oleh orang tua yang satunya tadi.
"Udah pak, udah ada kok."
Ia pun kembali berusaha meyakinkan orang tua yang satunya itu.
"Ya udah, terima kasih."
Kata-kata itu kembali terdengar dari orang tuanya. Betapa terharunya anak itu mendengar kata-kata tersebut. Akhirnya ia pun berpamitan dan pergi kembali meninggalkan keduanya. Ia pun pergi dengan membawa pelajaran yang sangat berharga dari kedua orang tuanya. Tentang betapa besar perhatian dan kasih sayang orang tua kepada anaknya. Tentang akhlak yang mungkin sebelumnya belum pernah ia dapatkan di bangku Sekolah tempat ia belajar. Tentang rasa sayang, perhatian, cinta, ketulusan, sabar dalam penantian, rasa syukur, mengutamakan orang lain, kebesaran hati, dan hikmah perpisahan.
Semoga Allah menjaga mereka dan menjaga bapak ibu kita. Pastinya masing-masing kita memiliki kisah bersama orang tua kita yang bisa kita kenang dan kita ambil pelajaran berharga darinya.
Inilah kurang lebih yang bisa kami kemas, dari secuil kisah antara orang tua dan anak. Kisah perpisahan dan pertemuan yang memberikan banyak hikmah dan pelajaran.
Sahabat Abu Darda radhiyallahu 'anhu pernah berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
الوَالِدُ أَوْسَطُ أَبْوَابِ الجَنَّةِ، فَإِنْ شِئْتَ فَأَضِعْ ذَلِكَ البَابَ أَوْ احْفَظْهُ
“Orang tua adalah pintu surga yang di tengah. Jika kalian mau, sia-siakanlah pintu itu atau jagalah.” (HR. at-Tirmidzi 1900, dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahihut Tirmidzi 1900)
Semoga Allah menjadikan kita termasuk anak-anak yang shalih dan shalihah yang selalu berbakti kepada orang tua, baik ketika keduanya masih hidup maupun telah meninggal dunia. Dan semoga Allah mengaruniakan kepada kita anak-anak yang shalih dan shalihah yang menjadi penyejuk pandangan mata kita. Allahumma aamiin.
--------
Abu Ibrohim Ari bin Salimin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.