Minggu, 21 Mei 2017

MARHABAN YA RAMADHAN

Ramadhan adalah bulan yang ditunggu-tunggu kedatangannya oleh orang-orang yang beriman. Betapa tidak, di dalamnya terdapat berbagai keutamaan yang tidak terdapat di waktu-waktu yang lainnya. Oleh karena itulah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para ulama salaf sama sekali tak menyia-nyiakan bulan mulia ini. Semoga tulisan singkat ini dapat memotivasi kita untuk meningkatkan amal ibadah di bulan Ramadhan yang begitu sangat mulia dan istimewa.
Indahnya Ramadhan
Bulan Ramadhan adalah bulan yang mendatangkan kebahagiaan, hal ini akan dirasakan oleh orang-orang yang menghayatinya. Bagaimana mungkin seorang mukmin tidak berbahagia, sedangkan pada waktu itu pintu-pintu surga sedang dibuka. Bagaimana seorang muslim tidak bersuka cita, sedang pada waktu itu adalah momen yang sangat tepat untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan sedekat-dekatnya. Bagaimana pula orang yang bertaubat tidak merasa gembira, sedangkan saat itu adalah lahan untuk memperoleh ampunan dari dosa-dosa. Sesungguhnya bulan Ramadhan adalah bulan al-Qur’an, bulan Ramadhan adalah bulan ampunan, bulan Ramadhan adalah bulan semangat beramal.

Ramadhan Bulan Penuh Ampunan
Ramadhan adalah bulan yang istimewa, ladang untuk meraih ampunan Allah atas dosa-dosa kita dan meraih pahala sebanyak-banyaknya, yang dapat kita lakukan dengan berpuasa dan mengerjakan shalat malam bersama kaum muslimin.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.
“Barangsiapa shalat malam di bulan Ramadhan dalam keadaan iman dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari 37 dan Muslim 759)
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.
“Barangsiapa puasa di bulan Ramadhan dalam keadaan iman dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari 38 dan Muslim 760)
Di Bulan Ramadhan Pintu surga Dibuka dan Pintu Neraka Ditutup
Betapa istimewanya bulan ini dibanding bulan-bulan yang lain, dimana saat itu pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ
“Bila bulan Ramadhan telah tiba, maka pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup, dan setan pun dibelenggu.” (HR. Bukhari 1898 dan Muslim 1079)
إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِيْنُ، وَمَرَدَةُ الجِنِّ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ، فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ، وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الجَنَّةِ، فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ، وَيُنَادِي مُنَادٍ: يَا بَاغِيَ الخَيْرِ أَقْبِلْ، وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ، وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ، وَذَلكَ كُلُّ لَيْلَةٍ.
“Apabila malam pertama dari bulan Ramadhan tiba, maka setan dan jin Ifrit dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup sehingga tak ada satupun darinya yang terbuka, dan pintu-pintu surga dibuka hingga tak ada satupun darinya yang tertutup. Kemudian ada seorang penyeru yang menyeru, “Wahai pencari kebaikan, sambutlah! Dan wahai pencari kejelekan, kurangilah!” Dan Allah membebaskan orang-orang dari api neraka pada setiap malam.” (HR. at-Tirmidzi 682 dan Ibnu Majah 1642, dishahihkan Syaikh al-Albani dalam Shahihut Targhib wat Tarhib 998)
Ramadhan Bulan Meraih Surga
Dengan berpuasa di bulan Ramadhan, kita mempunyai kesempatan untuk meraih keutamaan dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga melalui pintu khusus yang bernama ar-Rayyan.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ صَامَ يَوْمًا فِيْ سَبِيْلِ اللَّهِ بَاعَدَ اللَّهُ وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ سَبْعِيْنَ خَرِيْفًا
“Barangsiapa yang berpuasa satu hari dalam rangka berjihad di jalan Allah, maka Allah akan menjauhkan wajahnya dari api neraka sejauh perjalanan tujuh puluh tahun.” (HR. Bukhari 2840 dan Muslim 1153)
إِنَّ فِيْ الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لاَ يَدْخُلُ مَعَهُمْ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُونَ فَيَدْخُلُوْنَ مِنْهُ فَإِذَا دَخَلَ آخِرُهُمْ أُغْلِقَ فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ
“Sesungguhnya di dalam surga terdapat sebuah pintu yang bernama ar-Rayyan. Akan masuk melalui pintu ini orang-orang yang berpuasa pada hari kiamat nanti, tidak ada yang masuk melaluinya selain mereka. Dikatakan: “Dimanakah orang-orang yang berpuasa?” Maka mereka pun memasukinya, dan apabila orang yang terakhir dari mereka telah masuk, maka pintu itu ditutup dan tidak ada lagi yang masuk selain mereka.” (HR. Bukhari 1896 dan Muslim 1152)
Ramadhan Bulan Diturunkannya al-Qur’an
Di antaranya juga yang membuat Ramadhan begitu spesial adalah karena pada bulan inilah Allah menurunkan al-Qur’an, sebagaimana Firman-Nya:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ
“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka berpuasalah.” (QS. al-Baqarah [2]: 185)
Di dalamnya Ada Satu Malam yang Lebih Baik dari Seribu Bulan
Malam yang mana amalan pada waktu itu dihitung lebih baik dari amalan-amalan yang dilakukan selama seribu bulan di waktu-waktu yang lain adalah malam lailatul qadr. Allah 'azza wa jalla berfirman:
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. al-Qadr [97]: 3-5)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam di Bulan Ramadhan
Di bulan Ramadhan Rasulullah sangat semangat berbuat baik, terlebih lagi apabila telah memasuki sepuluh malam terakhir, maka beliau sangat bersungguh-sungguh untuk beribadah demi mendapatkan malam lailatul qadr. Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, ia berkata:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ بِالْخَيْرِ وَأَجْوَدُ مَا يَكُوْنُ فِيْ شَهْرِ رَمَضَانَ لأَنَّ جِبْرِيلَ كَانَ يَلْقَاهُ فِيْ كُلِّ لَيْلَةٍ فِيْ شَهْرِ رَمَضَانَ حَتَّى يَنْسَلِخَ يَعْرِضُ عَلَيْهِ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقُرْآنَ فَإِذَا لَقِيَهُ جِبْرِيْلُ كَانَ أَجْوَدَ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيْحِ الْمُرْسَلَةِ.
“Dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling pemurah dalam memberikan kebaikan, dan beliau lebih pemurah lagi ketika Ramadhan. Karena sesungguhnya Jibril ‘alaihis salam senantiasa menjumpai beliau setiap malam bulan Ramadhan sampai selesai (habis bulan Ramadhan), Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membacakan al-Qur’an kepadanya. Dan ketika berjumpa dengan Jibril ‘alaihissalam, beliau sangatlah dermawan dalam berbuat baik melebihi angin yang berhembus.” (HR. Bukhari 4997 dan Muslim 2308)
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ
“Apabila memasuki sepuluh (malam terakhir di bulan Ramadhan), Nabi mengencangkan ikatan kainnya, menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya (istri-istrinya).” (HR. Bukhari 2024)
Semangat Para Ulama Salaf di Bulan Ramadhan
Salafush Shalih (ulama Islam terdahulu) adalah sebaik-baik teladan setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bagi kita dalam segala hal, karena merekalah generasi terbaik umat ini. Sesungguhnya Salafush Shalih sangatlah memanfaatkan waktunya di bulan ramadhan untuk mendekatkan diri kepada Allah ta'ala.
Dari as-Saib bin Yazid rahimahullah dia berkata: Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu memerintahkan Ubay bin Ka’ab dan Tamim ad-Dari radhiyallahu ‘anhuma mengimami manusia dengan sebelas raka’at (dalam shalat tarawih). Kemudian sang imam membaca 200 ayat, hingga kami bersandar kepada tongkat-tongkat karena lamanya berdiri, tidaklah kami selesai dari shalat kecuali telah mendekati waktu shubuh. (Diriwayatkan oleh Malik 379, dishahihkan Syaikh al-Albani dalam Tamamul Minah 252)
Imam Malik rahimahullah juga meriwayatkan, dari Malik bin Abdillah bin Abi Bakr, dia bekata: Aku mendengar ayahku berkata: “Dahulu kami selesai dari shalat malam pada bulan Ramadhan, kami pun bersegera mempersiapkan makan karena takut datangnya waktu shubuh.” (Al-Muwaththa 382)
Ibnu Rajab al-Hambali rahimahullah menyebutkan tetang kesungguhan para ulama salaf di bulan Ramadhan dalam kitabnya Lathaiful Ma’arif (1/171):
Dahulu para ulama salaf mengkhatamkan al-Qur’an di bulan Ramadhan dalam shalat mereka dan di luar shalat. Dahulu al-Aswad bin Yazid mengkhatamkan al-Qur’an pada bulan Ramadhan setiap dua malam, an-Nakha’i juga melakukan hal itu pada 10 malam terakhir khususnya, dan pada sisa bulan ia mengkhatamkannya tiap tiga malam. Qatadah selalu mengkhatamkan al-Qur’an tiap tujuh hari, jika datang bulan Ramadhan beliau mengkhatamkannya selama tiga hari, dan pada 10 hari terakhir Ramadhan beliau mengkhatamkannya pada setiap malam. Imam asy-Syafi’i pada bulan Ramadhan mengkhatamkan al-Qur’an sebanyak enam puluh kali, beliau membacanya di luar shalat, Abu Hanifah juga melakukan seperti itu.
Qatadah mempelajari al-Qur’an di bulan Ramadhan, dan az-Zuhri apabila telah memasuki bulan Ramadhan beliau berkata: “Sesungguhnya Ramadhan itu adalah bacaan al-Qur’an dan memberi makan.” Al-Imam Malik bin Anas jika memasuki bulan Ramadhan beliau meninggalkan pelajaran hadits dan majelis ahlul ilmi, dan beliau mengkonsentrasikan kepada membaca al-Qur’an dari mushaf. Sufyan ats-Tsauri jika telah memasuki bulan Ramadhan ia meninggalkan seluruh ibadah (yang hukumnya sunnah -penj.) dan bersungguh-sungguh membaca al-Qur’an.
Ibnu Rajab al-Hambali rahimahullah melanjutkan dengan berkomentar: “Bahwasanya larangan mengkhatamkan al-Quran kurang dari tiga hari itu adalah apabila dilakukan secara terus menerus. Adapun pada waktu-waktu yang terdapat keutamaan padanya seperti bulan Ramadhan, terutama pada malam-malam yang dicari/diburu padanya lailatul qadr, atau pada tempat-tempat yang memiliki keutamaan seperti Makkah bagi siapa saja yang memasukinya selain penduduk negeri itu, maka disukai pada saat itu untuk memperbanyak membaca al-Qur’an, dalam rangka memanfaatkan (keutamaan) waktu dan tempat tersebut. Ini adalah pendapat Ahmad, Ishaq, dan selainnya dari kalangan ulama.” (Latha’iful Ma’arif 1/171)
Demikianlah keadaan para ulama salaf terdahulu dalam menyambut Ramadhan -semoga Allah meridhai dan merahmati mereka semuanya-. Meskipun mungkin kita tak sanggup menyamainya, setidaknya hal itu menjadi motivasi bagi kita untuk meningkatkan amal shalih khususnya di bulan Ramadhan.
اَللَّهُمَّ يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ اِجْعَلْنَا وَجَمِيْعَ الْمُسْلِمِيْنَ مِمَّنْ صَامَ رَمَضَانَ وَقَامَهُ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا فَغُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

“Ya Allah Yang Maha Hidup dan Berdiri sendiri, Pemilik segala keagungan dan kemuliaan, jadikanlah kami dan segenap kaum muslimin sebagai orang-orang yang menunaikan ibadah puasa Ramadhan dan shalat malam dengan penuh keimanan dan harapan akan pahala lantas diampuni semua dosanya, baik yang telah lalu maupun yang belakangan, dengan rahmat-Mu wahai Dzat Yang Maha Penyayang.”

Abu Ibrohim Ari bin Salimin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.