Rabu, 26 April 2017

HADITS KEUTAMAAN MEMBACA SURAT AL-IKHLAS 10 KALI

Bismillah, Segala puji bagi Allah, semoga shalawat dan salam senantiasa terlimpah kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, kepada keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.
Ada sebuah riwayat tentang keutamaan surat al-Ikhlas berikut ini:
حَدَّثَنَا حَسَنٌ، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعَةَ، قَالَ: وَحَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ غَيْلَانَ، حَدَّثَنَا رِشْدِينُ، حَدَّثَنَا زَبَّانُ بْنُ فَائِدٍ الْحمْرَاوِيُّ، عَنْ سَهْلِ بْنِ مُعَاذِ بْنِ أَنَسٍ الْجُهَنِيِّ، عَنْ أَبِيهِ مُعَاذِ بْنِ أَنَسٍ الْجُهَنِيِّ صَاحِبِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ قَرَأَ قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ حَتَّى يَخْتِمَهَا عَشْرَ مَرَّاتٍ بَنَى اللَّهُ لَهُ قَصْرًا فِي الْجَنَّةِ فَقَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ إِذَنْ أَسْتَكْثِرَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهُ أَكْثَرُ وَأَطْيَبُ
Telah menceritakan kepada kami Hasan, menceritakan kepada kami Ibnu Lahi’ah, ia berkata… dan menceritakan kepada kami Yahya bin Ghailan, menceritakan kepada kami Risydin, menceritakan kepada kami Zabban bin Fa`id al-Himrawi, dari Sahl bin Mu’adz bin Anas al-Juhani, dari bapaknya, Muadz bin Anas al-Juhani seorang sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Siapa yang membaca ‘qul huwallahu ahad’ sampai selesai sebanyak sepuluh kali, maka Allah akan membangunkan baginya istana di surga.” Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu berkata: “Kalau begitu kita memperbanyak istana wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Allah lebih banyak dan lebih baik.”

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad beliau no. 15610 dan dinilai shahih oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilah ash-Shahihah no. 589.
Penilaian shahih dari Syaikh al-Albani rahimahullah ini telah dikomentari oleh seorang yang bernama Abu Abdirrahman Khalid bin Umar al-Faqihi al-Ghamidi hafidzahullah dalam sebuah tulisannya bahwa sebenarnya hadits ini adalah hadits yang dhaif (lemah). Ia mengatakan:
وقد تناقشت أنا وبعض الإخوة حول حديث من قرأ قل هو الله أحد عشر مرات بنى الله له قصرا في الجنة ورجعت لكلام الشيخ الألباني رحمه الله على الحديث ( الصحيحة 589) فوجدته قد جانب الصواب غفر الله لنا وله
“Sungguh aku dan beberapa temanku telah berdiskusi tentang hadits “Siapa yang membaca  ‘qul huwallahu ahad’ sampai selesai sebanyak sepuluh kali, maka Allah akan membangunkan baginya istana di surga”, dan aku telah melihat kepada ucapan Syaikh al-Albani rahimahullah atas hadits ini dalam kitab “Ash-Shahihah no. 589”, dan ternyata aku mendapati perkataan beliau telah meyelisihi kebenaran -semoga Allah mengampuni kita dan beliau-.” Kemudian ia menjelaskan sebab kelemahannya, dan di akhir tulisannya ia berkata:
وبهذا يتبين أن هذا الحديث له طريقان :
الأولى : ( طريق معاذ بن أنس الجهني ) وفيها زبان بن فائد لا تصح روايته وخاصة عن معاذ بن أنس
الثانية : (طريق أبي هريرة ) والصواب فيه المرسل عن ابن المسيب
وأقوى الروايات هي المرسلة
“Dengan ini jelaslah bahwa hadits ini memiliki dua jalur periwayatan:
Pertama: (jalur Mu’ad bin Anas al-Juhani) di dalamnya ada Zabban bin Faid, riwayatnya tidak shahih dan khususnya (yang dia riwayatkan) dari Mu’adz bin Anas.
Kedua: (jalur Abu Hurairah), yang benar bahwa pada jalur ini diriwayatkan secara mursal dari Ibnul Musayyib.
Dan riwayat paling kuat hanyalah mursal saja.”
Koreksian ini bisa dilihat di situs http://www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?t=13635
Hadits mursal adalah hadits yang terputus akhir sanadnya setelah tabi’in, maksudnya tidak disebutkan siapa periwayat dari sahabat nabi. (lihat Taisirul Mushthalahil Hadits hal. 87)
Demikian pula hadits ini dinilai dhaif oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Bazz rahimahullah. Beliau mengatakan:
وهذا الإسناد ضعيف لضعف ابن لهيعة ورشدين بن سعد وزبان بن فائد
“Sanad hadits ini dhaif, karena kelemahan Ibnu Lahi’ah dan Risydin bin Sa’ad, serta Zabban bin Fa`id.” Penjelasan beliau ini bisa dilihat di situs berikut: http://www.alifta.net/fatawa/fatawaDetails.aspx?BookID=4&View=Page&PageNo=7&PageID=5173&languagename=
Dinilai lemah pula oleh Syaikh Walid bin Rasyid as-Sa’idan hafidzahullah ketika beliau menjelaskan hadits ini, dan beliau mengatakan: “Sanad hadits ini dengan jalur ini adalah dhaif yang jelas kedhaifannya, karena di dalam riwayatnya ada dua orang yang disebut Risydin bin Sa’ad yang telah didhaifkan oleh jumhur ulama, Zabban bin Fa`id yang juga dhaif, demikian pula dari riwayat Ibnu Lahi’ah. Tiga orang ini yang terdapat dalam sanad ini menjadikan hadits ini pasti dhaif.” Kemudian beliau berkata:
ومما هو المتقارب عند العلماء أن الأحاديث الضعيفة ليست محل صالح لاستنباط أحكام الشرعية، لأن أحكام الشرعية تفتقر في ثبوتها للأدلة الصحيحة الصريحة فلا ينبغي العمل بهذا الحديث حتى وإن كان في فضائل الأعمال فلا ينبغي العمل به.
“Di antara hal yang diakui oleh para ulama yaitu bahwasanya hadits-hadits dhaif (lemah) bukanlah sesuatu yang tepat untuk (digunakan sebagai) penetapan hukum-hukum syar’i. Karena hukum-hukum syar’i tidak membutuhkan hadits-hadits yang dhaif dalam penetapannya, karena telah terdapat banyak dalil yang shahih lagi jelas. Maka tidak sepantasnya mengamalkan hadits dhaif, meski dalam masalah keutamaan amal sekalipun, tak selayaknya untuk beramal dengan hadits yang dhaif.” Selengkapnya ucapan beliau ini bisa dilihat di situs: https://www.youtube.com/watch?v=w0E9R1BXDbI
Syaikh Khalid al-Mushlih hafidzahullah (salah satu murid senior dan juga menantu Syaikh al-Utsaimin) juga mengatakan bahwa hadits ini tidak shahih dan didhaifkan oleh ahli ilmu, lihat di https://www.youtube.com/watch?v=FAgN4y7WzcY
Syaikh Ustman al-Khamis hafidzahullah menyatakan bahwa hadits ini dhaif, beliau berkata:
“Hadits ini ada komentar dari para ahli ilmu, ada yang mendhaifkannya dan ada yang menghasankannya dengan jalur-jalurnya. Allahu a’lam, yang lebih mendekati kebenaran bahwa hadits tersebut adalah dhaif.” Lihat di https://www.youtube.com/watch?v=xWiI7kwDiSY
Syaikh Syu’aib al-Arnauth rahimahullah juga menilai hadits ini hadits yang lemah pada tahqiq beliau terhadap Musnad Imam Ahmad di hadits yang ke 15610. (Maktabah Syamilah)
Bahkan ternyata Syaikh al-Albani rahimahullah juga menilai hadits ini sebagai hadits yang dhaif di kitab Dha’if Targhib wat Tarhib hadits no. 893. (Maktabah Syamilah) Kemungkinan Syaikh al-Albani mengoreksi penilaiannya terhadap hadits ini, kemudian menilai ulang bahwa hadits ini adalah lemah.
Demikian yang bisa saya nukilkan tentang kedudukan hadits keutamaan membaca surat al-Ikhlas sebanyak 10 kali, bahwa hadits ini adalah hadits yang dhaif. Maka ketika kita telah mengetahui bahwa hadits ini derajatnya dhaif, tidak perlu kita mengamalkannya. Cukuplah bagi kita keutamaan-keutamaan yang lain tentang surat al-Ikhlas ini, yang diriwayatkan dari riwayat yang shahih. Allahu a’lam bishshawab.

Abu Ibrohim Ari bin Salimin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.