Senin, 17 April 2017

TIGA PERTANYAAN ALAM KUBUR

Telah menjadi keyakinan yang tetap dalam al-Qur’an dan Sunnah bahwa setelah manusia meninggal dunia maka akan ditanya tentang tiga perkara; yaitu tentang siapa Rabb-mu (Tuhanmu), siapa Nabimu dan apa agamamu. Tulisan ini membahas dengan singkat jawaban dari tiga pertanyaan di alam kubur, yaitu tentang Allah subhanahu wa ta'ala, tentang Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dan tentang agama Islam. Kita berusaha untuk mengenali dan mempelajari jawabannya agar kita bisa mengamalkannya, sehingga semoga kita termasuk orang-orang yang bisa menjawab pertanyaan malaikat di alam kubur nanti dan diselamatkan dari siksa kubur yang mengerikan. Allahumma aamiin.
Mengenal Allah subhanahu wa ta'ala
Siapakah Rabbmu? Inilah pertanyaan pertama yang ditanyakan di alam kubur. Seorang manusia dengan fitrah dan akalnya akan mengenali bahwa alam ini tidak ada dengan sendirinya, akan tetapi ia meyakini bahwa alam ini ada yang menciptakannya. Karena fitrah dan akalnya mengatakan bahwa tidak mungkin sesuatu yang tidak ada menciptakan dirinya sendiri dengan begitu teratur. Maka sebuah keyakinan yang tidak dapat ditolak bahwa alam ini memiliki pencipta. Dialah Allah subhanahu wa ta'ala, Dia adalah Rabb kita, Dia adalah Penguasa alam semesta, Penciptanya, Pemeliharanya dan Pengaturnya.

Darimana kita tahu bahwa Allah adalah Sang Pencipta Alam semesta? Jawabannya adalah bahwa Allah subhanahu wa ta'ala telah berfirman (berkata) dalam kitab-Nya (al-Qur’an):
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam.” (QS. al-Fatihah [1]: 2)
Dari ayat ini kita mengetahui bahwa Allah subhanahu wa ta'ala adalah Rabb bagi alam semesta ini, Dia sendiri yang telah berfirman seperti itu.
Apakah yang dimaksud dengan alam semesta?
Imam Ibnu Katsir rahimahullah yang merupakan salah seorang ulama pakar tafsir al-Qur’an di zamannya, berkata dalam kitab tafsirnya yang terkenal tentang makna “alam” dalam surat al-Fatihah ayat yang kedua ini:
وَالعَالَمِيْنُ: جَمْعُ عَالَمٍ، [وَهُوَ كُلُّ مَوْجُوْدٍ سِوَى الله عَزَّ وَجَلَّ].
“Dan lafadz ‘alamin’ adalah bentuk jamak dari kata ‘alam’ (semesta alam), yaitu setiap yang ada selain Allah 'azza wa jalla.” (Tafsir Ibnu Katsir I/131)
Kemudian Imam Ibnu Katsir membawakan ucapan salah seorang ulama ahli tafsir dari kalangan sahabat Nabi, yaitu Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, bahwasanya beliau berkata:
{الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ} [الفاتحة: 2] الحَمْدُ لِلَّهِ الذِّيْ لَهُ الخَلْقُ كُلُّهُ، السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُوْنَ، وَمَنَ فِيْهِنَّ وَمَا بَيْنَهُنَّ، مِمَّا نَعْلَمُ، وَمَا لَا نَعْلَمُ.
“(Alhamdulillahi rabbil ‘alamin), (Maksudnya) segala puji bagi Allah yang milik-Nya lah seluruh makhluk yang ada, baik itu langit, bumi, apa saja yang ada di dalamnya dan di antara keduanya, baik yang kita tahu ataupun tidak kita tahu.” (Tafsir Ibnu Katsir I/131)
Sehingga kita tahu dengan makna ini, bahwa hanya Allah lah satu-satunya yang bisa menciptakan makhluk -baik yang hidup maupun yang mati- dan memberi mereka rizki, maka sebanyak apapun makhluk hidup yang ada sejak awal terciptanya bumi ini hingga hari kiamat nanti, semuanya diberi rizki oleh Allah ta'ala. Allah, Dialah yang mengatur silih bergantinya siang dan malam. Dialah yang telah menumbuhkan tanaman, menurunkan hujan, dan menegakkan langit tanpa tiang. Dialah yang telah menghidupkan dan mematikan. Dialah yang memelihara alam ini, sehingga terjadi keseimbangan dan ketenangan dalam alam raya ini, antara satu planet dengan planet lainnya tidak saling bertabrakan, air laut pun tidak tumpah ke daratan, gunung-gunung tetap kokoh tegak berdiri di tempatnya meskipun meletus, dan air hujan pun turun dengan rasa yang tawar. Allah ta'ala berfirman:
قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ
Katakanlah (Muhammad): ‘Siapakah yang memberi rizki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan pengelihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?’ Maka mereka akan menjawab: ‘Allah.’ Maka katakanlah ‘Mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?’” (QS. Yunus [10]: 31)
Allah ta'ala juga berfirman:
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ وَسَخَّرَ لَكُمُ الْفُلْكَ لِتَجْرِيَ فِي الْبَحْرِ بِأَمْرِهِ وَسَخَّرَ لَكُمُ الْأَنْهَارَ وَسَخَّرَ لَكُمُ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ دَائِبَيْنِ وَسَخَّرَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ
Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan sebagai rizki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang.” (QS. Ibrahim [14]: 32-33)
Selain Allah tidak ada yang bisa menciptakan dan mengatur alam semesta. Kalaulah seandainya semua yang disebut tuhan dan yang diibadahi selain Allah itu dikumpulkan dan disuruh untuk membuat seekor lalat saja, pastilah mereka tidak akan sanggup melakukannya. Bahkan sayapnya saja merekapun juga tak bisa.
Oleh karena itulah kita hanya boleh beribadah kepada Allah saja. Karena Dialah Tuhan yang sesungguhnya, adapun semua yang diibadahi selain Allah adalah tuhan yang palsu. Allah 'azza wa jalla berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Wahai manusia, sembahlah Rabb kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa.” (QS. al-Baqarah [2]: 21)
Allah 'azza wa jalla juga berfirman:
ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ هُوَ الْبَاطِلُ
Demikianlah (kebesaran Allah), karena Allah, Dialah (Tuhan) Yang Hak (benar). Dan apa saja yang mereka seru selain Dia, itulah yang batil (tuhan yang palsu).” (QS. al-Hajj [22]: 62)
Bahkan tujuan Allah menciptakan kita di dunia ini adalah agar kita beribadah hanya kepada-Nya saja, sebagaimana Dia sebutkan dalam Firman-Nya:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. adz-Dzariyat [51]: 56)
Mengenal Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
Darimana kita tahu bahwa yang berkata demikian tadi adalah Tuhan yang telah menciptakan kita beserta seluruh alam semesta ini? Jawabannya adalah bahwa Dia telah mengutus seorang utusan (Rasul) kepada hamba-hambaNya yang menjelaskan bagaimana cara kita beribadah kepada-Nya. Namanya adalah Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, yang kemudian beliau disebut dengan Rasulullah (utusan Allah), dan terkadang beliau juga disebut dengan Nabi (pembawa risalah dari Allah), bahkan beliau adalah Nabi yang terakhir. Allah ta'ala berfirman:
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ
Muhammad itu bukanlah bapak salah seorang di antara kalian, tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup para Nabi.” (QS. al-Ahzab [33]: 40)
Allah ta'ala juga telah berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا
Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan kepada seluruh umat manusia sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan.” (QS. Saba’ [34]: 28)
Sesungguhnya utusan ini (Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam) telah datang dengan membawa pesan (wahyu) yang ia dapatkan dari Allah Sang Pencipta alam semesta ini, wahyu inilah yang disebut dengan al-Qur’an. Dan beliaulah yang paling memahami isi al-Qur’an. Oleh karena itulah kita tidak bisa beribadah kepada Allah ta'ala dengan benar kecuali dengan mengikuti tuntunan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam. Sehingga kita harus mentaati perintah beliau shallallahu 'alaihi wa sallam, mempercayai apa saja yang beliau kabarkan dan menjauhi larangan beliau, agar kita selamat di kehidupan dunia dan kehidupan setelah kematian (akhirat).
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا
Apapun yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah, dan apapun yang dilarang Rasul bagimu maka tinggalkanlah.” (QS. al-Hasyr [59]: 7)
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah, salah seorang ulama ahli tafsir di abad ini berkata ketika menafsirkan ayat ini: “Perintah dalam ayat ini mencakup keseluruhan pokok-pokok agama maupun cabang-cabangnya, yang dzahir (nampak) maupun yang batin (keyakinan). Dan apapun yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam maka harus diambil dan diikuti, tidak halal menyelisihinya. Apa yang ditetapkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam terhadap suatu hukum adalah sama seperti yang ditetapkan oleh Allah ta'ala. Tidak ada keringanan maupun alasan bagi seorang pun untuk meninggalkannya, dan juga tidak boleh mendahulukan perkataan seorang pun atas perkataan beliau shallallahu 'alaihi wa sallam.” (Taisirul Karimirrahman fi Tafsir Kalamil Mannan hal 813)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
كُلُّ أُمَّتِيْ يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى قَالُوْا: يَا رَسُولَ اللهِ، وَمَنْ يَأْبَى؟ قَالَ: مَنْ أَطَاعَنِيْ دَخَلَ الْجَنَّةَ، وَمَنْ عَصَانِيْ فَقَدْ أَبَى
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Setiap umatku akan masuk surga, kecuali yang enggan.” Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah siapakah yang enggan?” beliau menjawab: “Siapa yang mentaatiku maka ia masuk surga, dan siapa yang tidak mau mentaatiku maka ia telah enggan.” (HR. Bukhari 7280)
Jadi, bila kita ingin masuk surga, kita tinggal mengikuti beliau, mempercayai beliau, mentaati perintah beliau dan menjauhi larangan beliau shallallahu 'alaihi wa sallam.
Mengenal Agama Islam
Apabila kita telah mantap dengan keyakinan bahwa Allah adalah Tuhan kita dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah kepada hamba-hambaNya, maka ketahuilah bahwa ajaran yang dibawa dan disampaikan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah agama Islam.
Islam adalah satu-satunya agama yang diridhai oleh Allah subhanahu wa ta'ala, adapun agama lainnya tidak akan pernah diterima oleh Allah ta'ala dan akan merugi di akhirat. Inilah keyakinan kita sebagai seorang muslim. Allah ta'ala berfirman:
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ
Sesungguhnya agama yang diridhai di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali Imran [3]: 19)
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Barangsiapa mencari agama selain Islam maka tidak akan pernah diterima, dan di akhirat ia akan menjadi orang-orang yang merugi.” (QS. Ali Imran [3]: 85)
Adapun makna Islam yaitu sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah yang merupakan salah seorang ulama besar di zamannya. Beliau berkata bahwa Islam adalah:
الْاِسْتِسْلَامُ لِلَّهِ بِالتَّوْحِيْدِ وَالاِنْقِيَادُ لَهُ بِالطَّاعَةِ وَالبَرَاءَةُ مِنَ الشِّرْكِ وَأَهْلِهِ
“Berserah diri kepada Allah dengan mentauhidkan-Nya, tunduk dan patuh dengan ketaatan, serta berlepas diri dari kesyirikan dan pelakunya.” (Al-Ushuluts Tsalatsah hal 13)
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah, yang merupakan salah seorang ulama dari Unaizah, Saudi Arabia menjelaskan makna Islam ini, beliau berkata:
“Makna ini mengandung tiga perkara: yang pertama berserah diri kepada Allah dengan mentauhidkan-Nya, maksudnya seorang hamba berserah diri kepada Rabbnya secara syar’i (suka rela), yaitu dengan menjadikan-Nya satu-satunya yang diibadahi. Islam seperti inilah yang karenanya seorang hamba itu dipuji dan mendapat pahala. Adapun penyerahan diri secara qadari (terpaksa), maka tidak akan mendapat pahala, karena tidak ada jalan lain bagi manusia padanya.
وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُون
Kepada-Nyalah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.” (QS. Ali Imran [3]: 83)
Yang kedua tunduk dan patuh dengan ketaatan, yang demikian itu dengan mengerjakan perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya, karena ketaatan itu adalah mentaati perintah dengan mengerjakannya, sedangkan mentaati larangan yaitu dengan menjauhinya.
Yang ketiga berlepas diri dari kesyirikan dan pelakunya. Berlepas diri dari kesyirikan yaitu membebaskan diri darinya dan meninggalkannya, maka hal ini mengharuskan seseorang itu juga berlepas diri dari pelaku kesyirikan. Allah ta'ala berfirman:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ
Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: ‘Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja.’” (QS. al-Mumtahanah [60]: 4) (Syarhul Ushul ats-Tsalatsah hal. 56-57)
Inilah pembahasan singkat tentang jawaban dari tiga pertanyaan alam kubur, semoga bisa dipahami, diyakini dan diamalkan. Semoga Allah menyelamatkan kita dari siksa kubur.


Abu Ibrohim Ari bin Salimin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.