Senin, 30 Januari 2017

MENGAPA KITA HIDUP DI DUNIA INI?

Kehidupan dan kematian adalah bagaikan dua sisi mata uang yang tak akan terpisahkan. Siapa pun dan apapun yang hidup di dunia ini, pasti akan merasakan kematian. Betapapun seseorang itu tak menginginkannya, baik tua ataupun muda, kecil ataupun besar, baik kaya maupun miskin, kuat maupun lemah, kematian tetap akan menjemputnya, meskipun tidak ada yang tahu kapan dan dimana seseorang itu akan mati dan bagaimana pula cara kematiannya.
Allah ta’ala berfirman:
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Maka barangsiapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh ia telah beruntung. Dan kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Ali Imran [3]: 185)
Hakikat Kehidupan Dunia
Pernahkah kita perhatikan tentang hakikat kehidupan manusia di dunia ini? Sungguh dahulunya kita adalah sesuatu yang tidak ada dan tak berarti apa-apa, tak terlihat oleh mata dan tak teraba oleh indera. Dari ketiadaan inilah Allah Yang Maha Menghidupkan dan Maha Mematikan memulai penciptaan kita dari mani, kemudian berubah menjadi segumpal darah, kemudian berubah menjadi sekerat daging, kemudian malaikat -dengan izin Allah- meniupkan ruh ke dalamnya, setelah itu Allah menyempurnakan penciptaan kita dalam tahapan-tahapan berikutnya.
Kemudian kita hidup di dunia ini, dari sejak bayi hingga masa kanak-kanak, kemudian menjadi remaja, dan akhirnya menjadi tua. Setelah itu hanyalah sisa-sisa umur kita menunggu saat-saat datangnya ajal tiba menjemput kita. Ketika itulah, segala kehidupan dunia yang pernah kita rasakan sirna tanpa tersisa, dan berhenti tanpa bisa ditunda-tunda lagi. Sejak saat itulah, kita menetap di dalam kubur yang gelap dan pengap, tanpa teman dan tanpa bantal. Saat itulah kita sangat amat berharap ada cahaya yang menerangi, atau teman yang menemani kita. Saat itulah hanya Allah ta'ala saja yang dapat menolong kita, dan menjaga kita dari kengerian alam kubur. Sudah menjadi keharusan lah bagi manusia untuk selalu ingat akan nikmat-nikmat Allah yang sedang ia rasakan di dunia, untuk senantiasa disyukuri dan dipergunakan dalam perkara-perkara yang Allah ridhai.
Hidup Adalah Untuk Beribadah
Sesungguhnya diciptakannya jin dan manusia beserta seluruh apa yang ada di dunia ini bukanlah hanya sebuah kesia-siaan belaka, tetapi semuanya tercipta adalah untuk sebuah tujuan yang sangat mulia, yaitu beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Atas tujuan inilah Allah ta'ala berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
"Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka hanya beribadah kepada-Ku.” (QS. adz-Dzariyat [51]: 56)
Oleh karena itulah, sudah menjadi keharusan bagi siapa saja yang menginginkan kesuksesan di akhirat kelak, untuk senantiasa beribadah kepada-Nya dengan sebenar-benar ibadah, dan jangan menjadikan dunia sebagai tujuan hidupnya. Banyak kita lihat dari kalangan kaum muslimin yang mereka sangat sibuk dan bersungguh-sungguh mencari harta dunia mulai dari pagi sampai malam, tetapi ketika adzan shalat dikumandangkan, ia masih sibuk dalam urusannya tanpa memperhatikan shalatnya, bahkan meremehkannya dan meninggalkannya, seolah-olah mereka melihat shalat itu adalah sesuatu yang tidak bermanfaat yang hanya mengganggu kehidupannya saja. Hal ini tentunya adalah sebuah kerugian yang amat besar baginya, yang akan ia tanggung kelak di hari Kiamat. Hari ketika sudah tidak bermanfaat lagi harta dan anak-anak kecuali yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat. Seseorang yang meninggalkan shalat maka ia akan mendapat ancaman dari Allah berupa siksa api neraka yang menyala-nyala, yang di dalamnya ia di bakar hidup-hidup dan disiksa. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman dalam surat al-Muddatsir ayat 42-43:
مَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَ. قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ
"Apakah yang memasukkan kamu ke dalam neraka Saqar?", mereka menjawab: "Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat.”
Dalam ayat lain Allah 'azza wa jalla juga menyuruh manusia agar berdoa kepada-Nya sehingga Dia akan mengabulkannya, dan mengancam orang-orang yang sombong tidak mau berdoa dan beribadah kepada-Nya:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Dan Rabbmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadah kepada-Ku, akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” (QS. Ghafir [40]: 60)
Bekal Menuju Kematian
Setelah kita mengetahui akan beratnya perjalanan menuju negeri akhirat dan beratnya ancaman bagi orang yang tidak mau beribadah kepada Allah 'azza wa jalla, maka kita harus menggunakan hidup kita untuk menyiapkan bekal yang sebanyak-banyaknya guna menghadapi kehidupan setelah kematian, dengan ibadah-ibadah yang telah disyari’atkan kepada kita. Allah pun memerintahkan kita untuk berbekal dengan ketakwaan, karena sebaik-baik bekal adalah takwa.
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ
Dan berbekallah, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang berakal.” (QS. al-Baqarah [2]: 197)
Takwa adalah mentaati apa saja yang Allah perintahkan dan menjauhi apa saja yang Allah larang. Tentunya ketakwaan itu tak akan bisa diraih tanpa ilmu, sehingga agar seseorang bisa bertakwa dia harus menuntut ilmu agama, bahkan ilmu yang bermanfaat akan menjadi bekal yang utama. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengabarkan kepada kita tentang amalan yang tak akan putus pahalanya meskipun pelakunya telah meninggal dunia. Beliau bersabda:
إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ
Jika manusia meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali tiga: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim, at-Tirmidzi dan Abu Dawud)
Akhirnya semoga Allah subhanahu wa ta'ala melindungi kita dari kelalaian dalam beribadah kepada-Nya dan memudahkan kita dalam bertakwa kepada-Nya, menyelamatkan kita dari siksa kubur dan siksa api neraka, serta memasukkan kita ke dalam surga-Nya. Amin ya Rabbal ‘alamin.

Abu Ibrohim Ari bin Salimin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.